zaman dulu menyatakan cinta dengan kata-kata lisan nampaknya sangat tabu, apalagi di masa-masa duduk di sekolah dasar. Rasanya menyatakan cinta adalah suatu proses panjang, dan butuh banyak pertimbangan.
Masa-masa pacaran adalah masa-masa cinta monyet untuk anak kecil, tapi yang kurasakan adalah ketika bertemu dengan seseorang yang aku cintai, rasanya seperti ada sesuatu yang tidak tertahankan di hati.
Kala itu, walau hampir setiap hari bertemu dengannya aku masih belum bisa menatap matanya. Karena pada dasarnya perasaan itulah yang kunamakan cinta. Setiap hari bertemu, setiap hari bermain, setiap hari berbicara dengannya tapi perasaan canggung di hati masih ada.
Waktu itu aku mencoba untuk mengatakan perasaanku dengan menuliskannya disecarik kertas di sebuah buku tulis kecil, disitu aku tuangkan bagaimana perasaanku dengannya, aku tuliskan semua rasa yang kumiliki ketika dengannya, bahkan aku tuliskan harapanku kelak untuk bisa menjadi pasangannya.
Perasaanku tentangnya aku tulis dengan sangat jelas dan gamblang di secarik kertas di dalam buku tulis tersebut, bahkan aku juga menyebutkan namanya di setiap kalimat yang kutuliskan. Senang hati rasanya sudah menyampaikan perasaanku walau hanya sebatas tulisan.
Tidak seperti sekarang, orang-orang menuangkan perasaannya melalui media sosial dan dengan bangga menyebar luaskan perasaannya. Tapi dahulu orang-orang menuangkan perasaannya di dalam sebuah buku diary, orang-orang bisa berekspresi disitu, bisa tentang hari ini, bisa tentang perasaan sedih, dan juga bisa tentang perasaan cinta yang terpendam. Tak heran orang- orang menjaga sekali buku itu, bahkan ada sebagian yang memberikan gembok pada buku diary tersebut, agar orang-orang tidak bisa membuka dengan gampang dan terjaga kerahasiannya.
Berbeda dengan aku yang sangat teledor, aku menaruh buku itu sembarangan. Ketika aku selesai menuliskan perasaanku di secarik kertas di dalam buku notebook tersebut, aku tak sengaja menaruhnya diatas kulkas dekat dengan laci tempat uang warung, karena kebetulan kami punya usaha warung.
Ketika orang yang aku tulis namanya datang untuk membeli sesuatu ke warung ibuku, dia tidak sengaja membaca buku notebook kecil yang berisi tulisan tadi, yang memang dengan jelas tertulis namanya disitu. Aku tak tahu pada saat itu ekspresinya bagaimana, tapi melalui perkataan ibuku, ibuku mengatakan bahwasanya dia terlihat kesal ketika membaca buku itu.
Aku yang mendengar tentang cerita itu langsung saja membakar buku itu, dan melenyapkan seketika agar tidak ada yang tahu dan bisa membaca itu, malu bukan kepalang malu hampir semua orang di keluarga sudah tahu bahwa aku memang menyukai perempuan itu.
Aku yang pada saat itu masih kecil juga sudah bisa merasakan apa itu malu, dan aku simpulkan bahwasanya dia benar-benar tidak menyukaiku dengan respon dia yang tidak terlihat senang. Dari situ aku menganggap bahwasanya cinta memang benar adanya, tapi ketika dia tidak mencintaimu tidak apa-apa. Ada kalanya kamu ditolak tapi ingatlah bahwa jodoh yang baik akan datang tepat pada waktunya dan kamu akan bersyukur dengan hal itu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”