Secangkir Kopi dan Kisah yang Mengiris Hati

Aku dan kamu sama-sama sepakat bahwa tidak ada kopi yang senikmat kopi hitam yang pekat dan pahit.

Advertisement

Minggu kali ini benar-benar sendu.

Aku menghabiskan hari Minggu ini dengan bermalas-malasan di dalam kamar, menyelimuti diri ku dengan selimut tua yang sudah tidak setebal saat pertama kali aku mendapatkannya dari ibu. Ditemani seekor kucing peliharaan dan lagu-lagu mellow agar lebih terasa sendu di hari Minggu. Aku tidak ada rencana untuk keluar hari ini. Ya, selama hujan diluar tetap mengguyur aku akan tetap berada di tempat persembunyian paling aman disini.

Tapi, sepuluh menit yang lalu hujan benar-benar berhenti.

Advertisement

Secara tiba-tiba aku ingin pergi keluar. Mencari secangkir kopi panas untuk menghangatku yang sedang kedinginan. Perlu kamu tahu, selain hujan kamu juga membuat ku menggigil dingin. Ternyata hujan tidak hanya membawa basah dan meninggalkan genangan. Tapi hujan juga membawa kamu dan meninggalkannya dalam bentuk kenangan.

Dengan kata lain, aku merindukan kamu.

Advertisement

Dan seperti kebiasaanku, hanya secangkir kopi hitam yang pekat dan pahitlah yang paling pantas dan tepat untuk menemani ku mengenang kamu.

Aku memilih tempat biasa untuk bisa menikmati secangkir kopi setelah hujan. Bersama kamu yang masih berbentuk dalam kenangan, aku memilih meja paling sudut. Cukup jauh dari keramaian, cukup tenang untuk mengenang.

Secangkir kopi ku tiba diatas meja. Aromanya yang kuat membuat ku ingin terus menghirupnya. Semakin dalam, semakin lega kurasakan. Ada dua bungkus gula berada disebelah cangkir, tapi aku tidak pernah ada keinginan untuk menuangkannya. Aku lebih suka kopi hitam yang pahit tanpa gula.

Disini aku bisa mengenang mu lebih dalam, serta dapat ku ketahui bahwa kamu semakin bahagia setelah berpisah dengan ku. Aku mengetahui, kamu telah kembali pulang pada cinta pertamamu. Seorang perempuan yang nyaris tidak pernah pergi dari hati mu. Seorang perempuan yang namanya seringkali datang di hubungan kita. Seorang perempuan yang akhirnya membuat kita berpisah dan mengakhiri hubungan ini.

Kopi ku masih sama seperti kemarin-kemarin. Hitam, pekat, dan pahit. Seperti yang kamu tahu, menambahkan gula pada kopi bukanlah keahlian ku. Sama halnya membuat kamu bahagia. Aku tidak ahli.

Aku belum seahli cinta pertamamu.

Ini masih menyakitkan walau kita sudah lama berpisah. Bayang-bayang kamu seolah enggan pergi dari hidup ku. Menyiksa ku. Terlebih setelah aku tahu, ternyata kamu kembali pada cinta pertama mu. Terlihat lebih bahagia daripada saat kamu bersama ku.

Tidak masalah. Setelah berpisah, apapun yang terjadi di hidupmu bukan lagi menjadi urusanku. Kamu berhak memilih siapapun tuk bisa bahagiakan kamu. Tuk bisa membuat hidup mu lebih terasa hidup. Tuk bisa membuat mu merasa pulang setiap saat kamu merindukan sebuah rumah.

Maafkan aku bila masih merindukanmu disela waktu senduku. Tapi, tenanglah, aku tidak akan mengganggu waktu bahagia mu bersama cinta pertama mu.

Aku hanya sedang berusaha menikmati semua ini. Mengingatmu, mengenangmu, merindukanmu dalam secangkir kopi yang selalu sama dan tidak pernah berubah.

kopi ku sudah habis tapi fikiran ku tidak habis-habisnya memikirkan mu

Aku memutuskan untuk kembali pulang kerumah dan memilih untuk meninggalkan mu bersama ampas kopi yang biasa kamu kunyah dan membuat gigi mu hitam. Seringkali aku memarahi mu karena hal itu. Bukan apa-apa, aku hanya khawatir pada asam lambung mu yang seringkali naik setelah menghisap ampas kopi dari sela gigimu itu.

Tapi aku tidak pernah bisa benar-benar marah. Karena kamu tahu, aku mencintaimu.

Aku mencintaimu sama seperti kamu mencintai cinta pertamamu, Mahesa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I am a window. Break me and you bleed.