Sudah tahun 2020, itu artinya aku sudah melewati tiga tahun tanpa ada kamu. Apa kabar Tuan? Ini aku, Gadis bingungmu yang masih menunggumu pulang. Bodoh ya, padahal kamu sudah melangkah jauh, amat jauh tanpa aku. Harusnya aku sadar, bahwa aku bukan lagi orang penting dalam hidupmu. Tapi entahlah, aku selalu merasa kamu masih layak untuk kutunggu, kamu masih layak untuk kuperjuangkan.
Tuan, aku mau bercerita banyak hal. Tentang mimpiku yang berubah-ubah dan tentang semesta yang selalu merayuku untuk melirik pilihan lain. Tapi, walau semesta berusaha merayuku dengan pilihan terbaiknya, aku tetap mau kamu. Aku tahu, kamu memang cuma ada satu di dunia, tidak ada duanya apalagi tiga. Tuan, kamu di mana sekarang? Kamu tidak rindu pulang?
Kalau kamu mau tau, aku masih sering menyanyikan lagu kesukaan kita, bahkan memutarnya ribuan kali tidak membuatku bosan. Membayangkan bagaimana kamu dan aku bernyanyi malam itu seringkali membuatku rindu. Pernah suatu hari, aku sedang berbelanja di sebuah supermarket dan tiba-tiba saja seorang pria lewat dengan wangi parfum yang biasa kamu pakai. Lemah, orang-orang menertawakanku kalau aku bercerita tentang kamu. Mereka bilang, katanya aku terlalu polos, terlalu memegang janji yang pernah aku ucapkan dulu sebelum kita berpisah.
"Aku nggak akan pacaran lagi." itu janjiku untuk kamu yang masih aku pegang sampai sekarang, oh ya, aku juga tidak lupa, kamu juga pernah berjanji hal yang sama, walau pada akhirnya kamu ingkari beberapa bulan setelah kita berpisah. Jangan tanya bagaimana sakitnya aku saat itu, aku bingung kenapa kamu secepat itu melupakan janjimu.
Katanya, kamu tak tega menola gadis yang kala itu mendekatimu. Lalu apakabar dengan aku? ya, memang akunya saja terlalu bodoh. Aku kira alasanmu mengakhiri kisah kita adalah untuk saling menjaga, padahal nyatanya tidak. Aku saja yang terlalu percaya diri, bahwa kita akan saling menunggu sampai saat yang tepat tiba, padahal nyatanya tidak. Padahal, mungkin kamu memang ingin aku pergi, kamu tidak mau ada aku di kehidupanmu. Maaf, karena aku telat menyadari.
Tuan, kalau aku masih mengharapkan kita bisa bersama, apakah aku bodoh? Mungkin kamu akan menjawab ya, seperti teman-temanku. Tapi tuan, sejauh aku melangkah, tujuanku masih kamu. Langkahku hanya akan berhenti setelah aku menemukanmu, atau memang kamu yang menyuruhku berhenti, dan keadaan di mana kamu tidak mungkin lagi untuk kumiliki. Tuan, untuk sementara izinkan aku untuk tetap mendoakanmu, untuk tetap memperhatikanmu dari jauh. Entah sampai kapan, mungkin sampai aku lelah, sampai ada seseorang yang mampu menyihir duniaku, sebagaimana kamu menyihir duniaku.
Tulisan ini dibuat untuk mengenang masa-masa di mana aku berjuang untuk melangkah, entah untuk mendekatimu atau justru menjauhimu. Dibuat agar aku tetap bisa mengenangmu, berkali-kali dan abadi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”