Sebuah Renungan: Semestinya, Cinta Itu Menguatkan! Bukan Melemahkan

Sejenak renungan ini kita layangkan pada hati kita yang belakangan ini sering dilanda kegelisahan dan membuat hidup terasa lebih susah. Lantaran cinta yang tidak mencapai titik pemenuhan dari harapan yang sudah sedemikian rupa dibangun, atau karena tiadanya penghargaan dari apa yang telah dilakukan yang selama ini diniatkan karena cinta yang pada awalnya dianggap sebagai sebuah ketulusan yang nantinya akan menguatkan.

Advertisement

Kita kembalikan arah pikiran ini pada awal penciptaan semesta yang sejatinya merupakan wujud cinta kasih Yang Maha Kuasa dan menjadikan kita sebagai makhluk yang hidup dalam keharmonisan dan cinta, serta kemudian menjadi pucuk pimpinan dari kelangsungan hidup manusia, menjadi khalifah atau wakil Tuhan yang bertanggung jawab dalam mempertahankan keberaturan hidup di dunia dan nantinya mengembalikan segalanya dalam bentuk pertanggungjawaban yang akan diukur di hadapan mahkamah Tuhan kelak di hari penghakiman.

Lantaran cinta kasih serta kepercayaan ini, Tuhan memberikan mandat kepada manusia. dan atas dasar cinta juga, manusia menjadi lebih bertanggung jawab, kokoh, serta kemudian ia bisa mencapai titik kehidupan yang hakiki. Sungguh ini merupakan gambaran cinta yang agung di antara Pencipta dan Cipta-an, tiada yang satupun yang lemah dalam hal ini.

Hal yang serupa juga bisa kita saksikan pada bagaimana kokohnya kehidupan Adam dan Hawa karena cinta yang mereka jaga. Meskipun ketika diturunkan ke Bumi, mereka terpisah dalam jarak yang begitu jauh dan waktu yang begitu lama, lantaran cinta dan kesetiaan yang telah mengakar kuat semenjak hidup di Taman Firdaus, membuat keyakinan yang begitu kuat di dalam sanubari mereka, hingga pada akhirnya mereka bertemu di Padang Arafah dan kemudian memulai kehidupan yang baru hingga terbangunnya sebuah peradaban yang mengokohkan kehidupan di dunia. Itu semua tentu tidak akan terwujud jika tiadanya prinsip yang kokoh di dalam hati mereka, keikhlasan serta kesetiaan yang telah mengakar, hingga komitmen yang begitu tinggi akan cinta yang pada dasarnya adalah bentuk penghambaan kepada Sang Pencipta.

Advertisement

Sekarang, mari kita kembalikan segalanya kepada diri kita. Apakah selama ini kita telah mencapai titik pengokohan diri dengan cinta yang kita miliki? Apakah kita sudah menjadi makhluk yang ikhlas dengan harapan yang kita bina? Dan apakah kita sudah menghargai cinta itu sendiri? Melalui menghargai diri sendiri pada saat berharap kepada orang lain, atau menghargai setiap harapan yang ditambatkan kepada kita.

Banyak yang pada akhirnya lemah dan kehilangan "maruah" atau harga diri lantaran cinta yang tak teralamatkan pada tempat yang semestinya, atau ada yang rapuh karena kehilangan akal sehat karena sesuatu yang ia anggap sebagai cinta yang sejati. Dan akhirnya, pikirannya tertutup dengan kebenaran hakiki, dan kemudian mulailah ia membangun berbagai pembenaran demi membela cinta yang salah alamat dan salah cara itu, hingga pada akhirnya ia memiliki jiwa yang rapuh, tanpa prinsip yang teguh, dan tentunya tanpa iman yang kokoh.

Advertisement

Semestinya, cinta tidak membuat manusia menjadi lemah. Menggadaikan harga diri demi sebuah harapan yang keliru. Begitu juga dengan mereka yang berani menumbuhkan harapan, sepatutnya ia tidak bermain-main dengan harapan dan cinta, karena cepat atau lambat, itu akan menjadi petaka besar bagi dirinya. Meskipun, ia menafikan dirinya telah menumbuhkan harapan kepada orang lain, dan melimpahkan kesalahan kepada mereka yang terlalu berharap dengan menganggapnya terlalu perasa, dan kemudian berlalu begitu saja tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Maka dari itulah, kembalikanlah hakikat cinta itu kepada yang menciptakannya. Tambatkanlah harapan kepada yang mampu memenuhi harapan, bukan kepada mereka yang sejatinya hanya bermain-main dengan harapan lantaran merasa memiliki pesona yang menawan dan jemawa saat keberadaan dirinya bisa menumbuhkan harapan bagi orang banyak. Jika kita mampu menumbuhkan kesadaran yang begitu kokoh terhadap hal tersebut, maka sudah tentu kita akan hidup di dalam kekokohan.

Ingatlah, Tuhan memiliki cinta yang Maha Sempurna. Ketika kita kembali dari kealpaan, Tuhan menyambut kita dengan sangat gembira, ketika berjalan menuju keharibaan-Nya, lantas Dia menghampiri dengan berlari, lebih cepat, dan tentunya dengan cinta kasih yang begitu Agungnya. Lantas, apa lagi yang membuat kita lemah, rapuh, dan hancur hanya karena harapan yang salah kepada orang yang salah? Renungkanlah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini