Di tengah ucapan duka yang datang silih berganti selama kenaikan kasus covid-19 kali ini. Aku menyempatkan diri untuk menarik nafas panjang dan berhenti. Berhenti melakukan apapun selama satu jam penuh. Mematikan daya HP, menutup laptop, mengunci pintu kamar. Duduk bersila di atas kursi rotan yang usianya sudah puluhan tahun. Aku hanya menatap bingkai foto diri yang bergaya menantang sinar matahari. Foto yang dihadiahkan teman-teman dekat ketika aku berhasil menyelesaikan masa kuliahku.
Selama satu jam masa sunyi itu, aku melihat-lihat sekeliling kamar. Menyadari bahwa kamarku ternyata penuh dengan barang-barang yang belum tertata rapi paripurna. Dan kok agaknya terasa menyesakan setelah diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, salah satu tombol di otak mengirimkan sinyal untuk bebersih. Hitung-hitung menyeleksi barang-barang yang sudah tidak dipakai.
Pernah nggak sih kalian merasa sayang untuk membuang barang-barang yang lama tersimpan dan sudah tidak terpakai lagi? Jujur, aku adalah tipe orang yang suka menumpuk barang. Banyak barang-barang dari zaman SD masih ku simpan rapi di lemari. Sayang aja gitu buat dibuang. Dengan melihat barang-barang itu lagi bikin ingatan jadi melayang-layang muterin kodak film, episode barang itu ada.
Tapi aku merasa ingatanku terlalu manipulatif untuk menyimpan barang-barang yang sebenarnya bisa banget dibuang dan tidak akan melunturkan kenangan masa barang itu ada. Memilah-milah barang-barang untuk dibuang dan disimpan ternyata nggak mudah dan menghabiskan banyak sekali energi. Aku tidak menyangka. Seharian itu, dari pagi sampai sore, aku berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri untuk memilih barang-barang yang harus dibuang. Target hari itu cuma satu, membuat ruang kamar menjadi lebih lega.
Setelah memeras keringat seharian, entah kenapa aku merasa super bahagia ketika berhasil memutuskan untuk membuang banyak barang. Bahkan, aku mengeluarkan meja ukuran sedang dan memutuskan menggantinya dengan meja ukuran kecil. Rasanya, tenang sekali. Pikiran-pikiran gelisah sebelum aku mulai membersihkan kamar berangsur hilang.
Masalah-masalah yang membuat hati tidak tenang dapat ku selesaikan dengan baik pada malam setelah aku bebersih kamar. Bayangkan, aku bahkan mendapat pesan kejutan yang berhubungan dengan pekerjaan. Persis setelah bebersih. Persis setelah diri ini merasa puas telah menata ulang kamar menjadi sebuah ruang yang lebih melegakan untuk bernafas.
Aku adalah penganut kepercayaan tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Jadi, aku berselancar ke Internet dan mencari tahu tentang pengaruh bebersih rumah secara psikologis. Terkejut, aku menemukan banyak tulisan tentang pengaruh beberes untuk kesehatan mental. Orang-orang yang sedang berperang dengan ketidakpastian hidup, bebersih rumah dapat menjadi sebuah jalan untuk mengambil kontrol pada diri dan lingkungan mereka.
Hal kecil seperti mengganti sprei saja dapat membuat kenyamanan dalam tidur apalagi bagi orang-orang yang mengalami susah tidur. Membuang barang-barang atau mengurangi perabotan yang sebenarnya tidak terpakai juga dapat meningkatkan konsentrasi. Hal tersebut dipicu karena otak kita tidak banyak memperhatikan banyaknya barang-barang yang ada di ruangan tersebut. Apalagi setelah lelah bekerja dan masuk ke kamar ternyata kamar kita penuh dan berantakan. Hal tersebut dapat memicu stress dan rasa cemas. Aku pun merasakan perubahan tersebut.
Padahal, aku hanya membersihkan dan menata ulang kamar. Namun, aku merasakan perubahan yang menyegarkan setelah aku menerapkan bebersih kamar selama 10 sampai 15 menit sehari. Paling tidak aku mulai rutin melakukannya. Kegiatan bersih-bersih tersebut menjadi sebuah healing way atau escape selain berolahraga. Pikiran menjadi tercerahkan lagi ketika mencium aroma-aroma wewangian baru.
Mungkin, banyak yang mengernyitkan dahi mendengar aku semangat bercerita tentang hobi baruku ini. Tapi sungguh, kalian harus mencobanya ketika kalian merasa sedang dalam kebuntuan. Mungkin saja, setelah kalian menyibukan diri dengan bersih-bersih rumah, ada hal baik yang akan terjadi. Mungkin, karena terlalu fokus dengan masalah, jadi tidak berselera untuk membersihkan ruangan. Sampah juga menjadi menumpuk. Malah tambah bikin stres.
Melihat saya sendiri yang menjadi semangat hari demi hari, HP saya pun sepertinya merespon perasaan tuannya. Siang itu, ketika saya ngaso dan membuka beranda youtube, ada rekomendasi video dari channel cleaneravengers. Channel tersebut menyajikan sebuah organisasi yang membantu orang-orang kesulitan untuk membersihkan rumah. Bukan hanya rumah berantakan biasa, melainkan rumah yang berubah menjadi sebuah tumpukan sampah yang menggunung.
Di setiap sudut rumah sudah tertutupi oleh sampah, entah sampah sisa makanan, entah sampah pakaian. Orang-orang yang memanggil cleanavangers untuk membersihkan rumahnya biasanya merupakan orang yang sedang berjuang dengan depresi. Mereka mengalami kejadian yang traumatik yang akhirnya membuat mereka kehilangan sense of cleaniss. Mereka sudah tidak mempedulikan lagi tentang keadaan rumah mereka.
Seperti video yang saya tonton berjudul My life was ruined by my ex-boyfriend (ft.interview) menceritakan seorang perempuan yang mengalami trauma seksual dengan mantan pacarnya. Hidup sendiri dan jauh dari keluarga membuat dia menaruh kepercayaan penuh mantan pacarnya. Dengan kemungkinan Mbak ini rentan manipulasi cinta, perempuan tersebut mengalani kehamilan yang tidak direncanakan.
Singkatnya, mantan pacarnya tidak mau bertanggungjawab (this kind of joke, dude! Mau enaknya aja lo). Kemudian, Si Mbak  membeli pil aborsi. Mbak ini mengalami trauma berkepanjangan karena aborsi yang dilakakukannya. Kehidupan sehari-harinya mulai berubah, tidak teratur dan menimbun sampah. Jika melihat videonya, kalian pasti dapat merasakan kesedihan jelas tergambar pada keadaan rumah Mbak tersebut.
Contoh di atas membuat aku tersadar bahwa bebersih rumah memang dapat menjadi sebuah obat untuk ketidakpastian yang sedang dialami. Pandangan pun ikut terbuka. Aku dapat melakukan kontrol diri yang lebih tegas, dapat memutuskan sesuatu dengan lebih bijaksana. Dengan menimbang semua kemungkinan yang akan terjadi, Menyempatkan diri untuk semprot-semprot wewangian di kamar juga menyadarkanku bahwa menikmati berbagai macam aroma wewangian adalah sebuah kenikmatan.
Dengan tulisan ini, aku berharap pada teman-teman yang sekarang sedang mengalami masa sulit untuk dapat terus kuat. Apalagi dengan keadaan yang penuh ketidakpastian karena pandemik berkepanjangan ini. Untuk yang masih merawat orang-orang terkasih, untuk yang sedang bersabar menahan diri tidak kemana-mana, untik yang sedang sakit, we are on this together! Jangan lupa sekali-kali untuk menengok lantai yang kotor, atau membuang sampah yang menumpuk.
Yang sebelumnya tidak pernah memikiran untuk menata ulang barang-barangnya atau memilah barang yang harusnya bisa dibuang. Cobalah sedikit demi sedikit melakukannya. Tidak perlu sekaligus. Setidaknya, untuk mencari pengalihan dari masalah yang sedang dihadapi. Semoga pandemi ini segera berlalu dan bisa segera berkumpul dengan orang-orang terkasih kembali.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”