Perjalanan kali ini mungkin perjalanan yang sangat berkesan bagiku. Perjalanan yang mungkin akan menjadi sebuah cerita untuk anak cucu kita nantinya. Di sebuah rumah kecil ditepi pegunungan tempat kau dilahirkan menjadi saksi cerita kita dimulai.
Rumah sederhana dengan perpaduan cat warna putih hijau dan sedikit cat warna hitam turut melengkapinya. Sebuah pohon jambu dipojok halaman yang tengah berbunga telah menjadi parfum wangi alami setiap orang yang melewatinya. Pagar sederhana yang menjadi tamang berdiri kokoh mengelilinginya.  Bebatuan tersusun rapi di sepanjang jalan menuju pintu rumah.
Tak terasa tiga hari telah berlalu, liburanku terasa cepat berlalu di rumah itu. Ucapan terakhir di perjumpaanku kali ini dengan keluargamu menyisakan tangisan haru bagiku.  Perlahan-lahan dengan berat hati kaki ini mulai melangkahkan kaki untuk meninggalkannya. Campur aduk hatiku ketika melangkah menjauhinya. Keluargamu yang menyambutku dengan suasana hangat, tak lupa senyuman ramah di wajah penduduk sekitar membuat suasana aman dan tentram membuat aku betah disana.
Kendaraan roda dua yang menemani perjalanan kita kali ini menyisakan banyak cerita.Genggaman tanganmu membuat hatiku merasa nyaman dan aman disepanjang perjalanan pulang. Keheningan diperjalanan telah terpecah ketika kamu mulai bercerita tentang tempat-tempat bersejarah. Seperti anak kecil di malam hari yang di dongengkan oleh sang bunda untuk penghantar tidurnya.
Tidak hanya tempat bersejarah saja yang aku dengar, tapi juga cerita tentang tempat apa saja yang ada selama perjalanan kita sedang berlangsung. Pancaran senyum manismu terlihat jelas dispion. Kumis tipis yang menggemaskan setiap kali aku melihatnya kini sudah mulai panjang.Â
Hidungmu yang mancung membuat aku ingin mencubitnya setiap hari. Tidak mau ketinggalan dari kumis tipis dan hidung mancung, lesung pipi  di sebalah kanan maupun kiri tampak eksis setia menemani disetiap senyumanmu membuat aku tak mau jauh darimu.
Bicara mengenai dongeng sejarahmu, ternyata bukan aku saja yang mendengarakan dongeng-dongeng sejarahmu itu tapi juga sang angin sepoi-sepoi yang turut mendengarkan. Hingga angin mengusikku, dia tak mau jika aku mendengarkan dongeng sejarahmu hingga dia bersama temannya datang membawa obat tidur untukku.
Sungguh bodohnya aku tak dapat menahan obat tidurnya. Perlahan suasana menjadi gelap gulita pertanda bahwa mata ini sudah terpejam terbawa jauh ke alam mimpi. Entah aku sudah berapa lama terlelap di belakang punggungmu. Yang aku tahu waktu itu hanyalah aku sedang bahagia, tidak ingin perjalanan ini cepat berlalu begitu saja.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”