Curahan Hati Seseorang yang Lebih Suka Menyendiri dan Berteman Sepi. Mohon Dimengerti

Curhatan seorang introvert

Ada di sini yang termasuk anak introvert? Saya juga. Bahkan saya tergolong orang yang sangat pendiam dan super introvert. Saking introvertnya, orang-orang di sekeliling saya kerap menganggap saya orang yang aneh. First impression mereka ketika baru pertama kali bertemu saya adalah penyendiri, sombong, ansos, autis (sebutan yang seharusnya tidak layak disebutkan) atau hidup di dalam dunianya sendiri. Tulisan ini merupakan curhatan seorang introvert, yang mungkin mewakili teman-teman yang lebih suka menyendiri dan berteman sepi.

Advertisement

Nah, tetapi ada hal-hal lain yang jauh lebih menyebalkan dibandingkan dengan dijuluki penyendiri dan lain sebagainya. Saat pertama kali bertemu saya, orang-orang langsung memiliki asumsinya sendiri. Mereka memperlakukan saya seperti anak kecil (biarpun terkadang kami ini seumuran atau mereka yang lebih muda) yang polos dan naïf. Kata mereka, saya terlihat lugu, mudah dipengaruhi, tidak berpendirian, berpikiran sempit dan tidak memahami kerasnya dunia. Wow! Saya takjub. Padahal baru bertama kali bertatap muka dan belum saling mengenal satu sama lainnya, tapi dengan mudahnya menjudge orang dengan persepsi sendiri.

Yang kedua, orang-orang suka mengira kalau saya seorang anak yang manja. Mereka menyebut saya princess atau terkadang inces (biar gemes katanya, padahal saya merasa geli karena berasa menjadi Syahrini). Bukannya bermaksud menyombongkan diri, namun saya dulunya sempat kuliah dan hidup diluar negeri. Plus, keluarga saya memang termasuk golongan menengah ke atas. Tetapi itu tidak serta merta membuat saya menjadi pribadi yang sombong, apalagi manja.

Di balik ini semua, saya menganut prinsip hidup sederhana. Belanja bukan karena lapar mata, tapi kalau ada yang disukai, lagi butuh dan bermanfaat saja. Saya tak perlu makanan mewah, lauk seadanya saja sudah cukup membuat saya bahagia. Saya tidak pernah memamerkan kekayaan maupun harta benda saya di sosmed.

Advertisement

Dan saya orang yang cukup independen. Saya suka beraktivitas sendirian seperti bepergian, makan bahkan belanja. Saya tidak butuh orang lain untuk menemani atau membantu karena saya percaya saya bisa melakukannya sendiri. Dan saya merasa lebih nyaman untuk bepergian sendirian dibandingan bersama dengan sekumpulan banyak orang. Lebih efisien dan tidak rempong, karena saya benci dengan kerempongan.

Sayangnya, kemandirian saya ini sering disalahartikan sebagai bentuk mengucilkan diri. Memang di negara +62 yang berflower ini, kaum individualis masih dipandang sebelah mata. Saya sih paham, masyarakat sini masih menganut budaya kekeluargaan dan kekompakkan. Kebersamaan masih dijunjung tinggi. Kalau ada satu orang saja yang ”menyendiri” atau beda jalur, maka biasanya orang tersebut akan dijadikan bahan omongan ataupun diolok-olok.

Advertisement

Terakhir, saya terkadang merasa seperti menjadi magnet bagi orang-orang yang super menyebalkan. Terutama orang-orang kepo dan ingin tahu. Mereka bak detektif yang sedang menyelesaikan kasus. “Menyelidiki” dan “menginterogasi” saya dan aspek-aspek kehidupan saya yang kadang cukup pribadi.

Kemudian, ada orang-orang yang naggy. Mereka bagaikan emak-emak nyinyir yang suka mengomentari dan mengkritik apapun yang saya lakukan dan kerap mencoba menasihati saya namun caranya salah dan terkesan menghakimi. Mereka juga sering berusaha membuat saya setuju dengan pendapat atau nasihat mereka, padahal tidak ada yang minta. Dan saya masih punya hak untuk setuju maupun tidak setuju dengan pendapat orang lain karena kita manusia pasti berbeda-beda jalan pemikirannya.


Yang paling menyebalkan adalah orang-orang yang mendekat karena ada maunya atau ada maksud terselubung.


Ada beberapa contoh, misalkan fake friends yang doyan memanfaatkan, bergosip dan menusuk dari belakang, cowok f*ckboy atau player yang mendekat karena desperate banget untuk dapet pacar biar bisa diapa-apain dipamerin ke teman-temannya, dan mereka-mereka pemberi harapan palsu yang datang lalu pergi secepat angin setelah keinginannya dipenuhi.

Entahlah apa yang ada di pikiran orang-orang semacam ini terhadap saya, sehingga mereka bersikap judgmental dan membuat asumsi mereka sendiri. Hanya mereka dan Tuhan lah yang tahu. Yang pastinya, saya bukanlah orang yang seperti mereka kira. Dibalik sifat pendiam dan penampilan seperti cewek baik-baik ini, saya menyimpan banyak rahasia yang tidak diketahui banyak orang. Rahasia tentang sifat dan sisi lain saya yang sesungguhnya hanya diketahui oleh orang-orang terdekat termasuk saya sendiri.

Manusia akan terus men-judge dan berasumsi biarpun kamu telah menunjukkan jati dirimu yang sepenuhnya. Mereka belum tentu akan peduli dengan apa yang kamu buktikan biarpun yang mereka pikirkan ternyata salah. Kadang mereka ini hanya berusaha untuk memancing emosimu dan menjatuhkan mentalmu.

Oleh karena itu tidaklah penting untuk terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan/katakan tentang dirimu. Hidup ini singkat, pergunakanlah waktumu dengan sebaik-baiknya hanya untuk kepentinganmu saja, bukan demi orang lain. Terutama orang-orang yang hobinya menghakimi, membuat asumsi sendiri dan doyan ngejudge. Jadilah dirimu sendiri, tidak peduli mau pendiam atau introvert atau bukan. Tidak ada yang salah dengan menjadi berbeda dari manusia kebanyakan, justru di situlah keunikanmu akan tampak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis jadi-jadian. Introvert. Burung hantu

Editor

Not that millennial in digital era.