Sebuah Catatan Pendek Tentang Ibu. Sosok yang Akan Ada untuk Anak-anaknya, Selalu

Catatan pendek tentang ibu

Ketika begitu banyak orang tertarik menjabarkan kata cinta atau makna dari sebuah cinta antara sepasang kekasih, mungkin aku bukan lah salah satu dari mereka. Karena aku lebih tertarik bercerita tentang ibu.

Advertisement

Ya, tentang ibu. Karena ketika kata ibu terucap dari seseorang kepadaku. Entah mengapa ada perasaan di hati yang begitu sulit untuk dijelaskan. Yang jelas ada kecemasan dalam hati, yang menimbulkan sebuah pertanyaan kepada diriku sendiri…


“Apakan aku masih punya cukup banyak waktu untuk membahagiakan ibu?”


Pertanyaan itu yang selalu ada di pikiranku bila mendengarkan kata ibu. Bagiku ibu adalah sosok wanita yang sangat tangguh dan kuat,dia adalah ibu dari 5 orang anak. Dia mengurusku dan kakakku seorang diri sejak aku masih di sekolah dasar. Mungkin kalian bertanya kenapa sendiri, dan kemana ayahku?Namun aku tak ingin menceritakan itu. Aku hanya ingin bercerita tentang ibu.

Advertisement

Sejak sekolah dasar ibu mengurusku, mencari nafkah untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari-sehari tanpa keluh kesah dan seperti seseorang yang tak memiliki rasa lelah.

Singkat cerita, kini aku telah lulus sekolah dan mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan otomotif di Jakarta. Hal itu menjadikan keuangan kami menjadi sangat stabil, hingga aku meminta ibu berhenti mencari nafkah dan biarkan aku yang kini menjadi tulang punggung keluarga. Karena memang sudah sepantasnya dia menikmati masa tuanya.

Advertisement

Seiring bertambahnya usiaku menuju pada kedewasaan kini aku pun memiliki seorang kekasih. Suatu ketika setelah gajian aku membagi-bagikan uang jajan untuk ibu dan kakakku, dikarenakan aku telah memiliki kekasih aku pun mentraktir kekasihku makanan untuk dibagikan di rumahnya, dan setelah aku pulang dari rumah kekasihku ibu berkata:


"Nak, kok mamah tidak dibelikan kue seperti yang kamu belikan untuk kekasihmu?"


Namun entah karena kelelahan atau apa aku pun menjawab asal:


"Mamah iri terus sih. Kan sudah dikasih jatah bulanan!"


Lalu ibu menjawab:


"Ya sudah, mulai sekarang mama tidak akan meminta apapun."


Mendengar perkataan itu aku langsung tersadar bahwa perkataan ku itu menyakiti hatinya. Selama beberapa hari bahkan bulan, aku selalu bertanya tentang keinginannya, namun dia menjawab “tidak ingin apa-apa”.

Aku sangat merasa bersalah atas apa yang telah kulakukan.Sampai suatu ketika di tengah malam aku terbangun dari tidur lelapku. Di luar kamar aku mendengar seorang wanita yang tengah menangis, aku pun penasaran dan mengintipnya dan ternyata itu adalah suara  ibuku yang sedang mendoakanku agar sukses dan bahagia.

Melihat kejadian itu dadaku terasa sesak seperti ada yang menghujam. Tak terasa air mata ini menetes karena melihat seorang ibu yang mungkin telah disakiti oleh perkataanku, namun dia tetap mendoakan yang terbaik untukku.

Hal itu selalu terbayang di pikiranku. Aku merasa sangat bersalah atas semua yang telah aku lakukan. Tidak seharusnya aku bersikap seperti itu hanya karena aku berusaha membela kekasihku.

Sejak saat itu aku selalu berfikir dan bertekat mencari cara untuk membahagiakan ibu. Akhirnya aku pun mengubah pikiranku dengan sebuat kalimat “Aku memiliki banyak waktu untuk membahagiakan kekasihku, tapi aku tidak memiliki banyak waktu untuk membahagiakan ibu…"

Di usianya yang mulai senja, dengan tubuh yang yang tidak lagi prima seudah sepantasnya saat ini aku mengutamakan ibu. Karena aku tidak ingin menyesal di kemudian hari.

Ibu, maafkan anakmu yang begitu banyak salah kepadamu. Mulai saat ini aku akan mengutamakanmu di banding yang lain. Kau segalanya bagiku. Kau adalah alasan bagiku untuk menjadi sosok yang kuat.

Ibu, bersabarlah menunggu aku sukses. Saat ini aku sedang mengupayakan masa depan yang lebih baik agar aku tetap bisa bersamamu hingga Sang Pencipta memutuskan siapa yang akan dijemputnya lebih dahulu, antara aku dan engkau.

Hanya itu yang saat ini bisa aku katakan dan upayakan. Bagiku kau adalah roket tercepat yang dapat mengantarkan doaku kepada sang pencipta agar doaku lebih cepat dikabulkan.

Terima kasih ibu, aku akan memanfaatkan waktu yang ada untuk selalu membuatmu tersenyum.

Terima kasih…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya seorang anak laki-laki yang bukan berasal dari keluarga kaya namun selalu berusaha membuat orang tua bangga. Hoby saya memotret,dengan memotret saya dapat bercerita dan bahagia karena dengan memotret juga saya bisa mengabadikan moment spesial orang-orang di sekitar saya.Memotret juga memberikan saya begitu banyak pelajaran kehidupan.

Editor

Not that millennial in digital era.

One Comments

  1. Dewi Yunita Elnessa berkata:

    Pada akhirnya hanya KEBAIKAN di setiap ibu yg menyadarkan betapa beruntungnya si anak memiliki ibu yg terbaik, ibunya sendiri…
    Namun ibu juga manusia, yg memiliki ego dan juga emosi… tapi Tuhan menganugerahkannya sedikit cinta yg Lebih. Hingga mampu mencintai lebih. Isitimewanya untuk buah hatinya:)

    Maka saling memaafkanlah… bersyukur aku membaca tulisan ini jadi bisa memaknai ibuku yg dulu pernah sangat galak padaku, ternyata hatinya memendam cinta kasih. Cinta kasih manusia yg tulus.