Seberapa pentingnyakah untuk memiliki visi hidup? Visi hidup yang mengarah pada orientasi kita hidup, apa tujuan kita dalam hidup. Visi hidup setiap orang sangat beragam. Bisa jadi goals, cita cita, linkungan, dan kebermanfaatan. Visi dunia memang tidak ada habisnya jika harus disebutkan satu persatu. Yang jadi pertanyaan nya ialah apakah kita sudah siap menghadapi resiko kegagalan visi yang telah kita rancang sedemikan rupa?
Usaha memang penting bahan sangat krusial, namun seringkali didunia ini tidak hanya membutuhkan effort saja, faktanya privilege sangat lah berperan besar di negara ini. Orang akan memiliki kesempatan lebih besar untuk bekerja dengan mudah, belajar di sekolah yang diinginkan, dengan mengandalkan hubungan keluarga dan kekerabatan. Tapi bukan berarti kerja keras hanya sia sia belaka saja. Pasti ada celah harapan dalam kehidupan. Apa itu?
DO'A. Ketika mungkin ada yang bertanya untuk apa sih berdo'a? Jawabannya, do'a memberi harapan bagi kita pada peluang sekecil apapun. Umpama seseorang yang baru saja didiagnosis kanker stadium akhir. Maka apa yang bisa ia perbuat? Mengeluh atau marah?
Pertanyaannya, apakah dengan bersikap demikian mampu menyelesaikan masalah? TIDAK. Cara menyelesaikan masalahnya adalah dengan pola pikir dan nurani. Bagiamana kita menanggapi sesuatu dnegan bijak. Ketika harapan sudah berada di ujung tanduk, tidak bisa kita sangkal yang pasti akan kita lakukan selain berusaha adalah berdo'a. Dengan do'a kita mengharapkan datangnya keajaiban di situasi yang tak logis sekalipun.
Begitupun dengan rasa kecewa. Kecewa dapat terjadi karena kita telah menempatkan suatu ekspetasi terhadap suatu hal, namun ternyata hal itu tidak sesuai dengan harapan yang kita angan angankan. Kita sangat jarang sekali menyadari bahwa Islam telah membahas persoalan itu ribuan tahun yang lalu. Dalam surah Al inshirah :8 berbunyi
"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap".
Dengan tafsir berikut, "Dan jadikan keinginanmu dan tujuanmu hanya kepada Allah semata". Kita terbiasa dan tidak menyadari bahwa selalu menggantungkan harapan pada manusia. Namun seberapa spesialkah manusia? Manusia sering melakukan kesalahan, sering mengecewakan dirinya sendiri apalagi orang lain. Intinya manusia ialah sumber kekecewaan terbesar.
Statement itu TIDAK BISA DIPATAHKAN oleh apapun juga, karena memang benar adanya. Ketika kamu sudah benar benar sadar dan membuka pikiran, maka mulai sekarang bersikaplah biasa saja. Bukan lagi saatnya untuk berharap kepada orang lain, berharap untuk diistimewakan. Memang siapa kah kita, seistimewa apakah kita? Dan apa yang bisa kita harapkan dari sesama manusia?
Manusia ialah mahluk biasa, yang seringkali mengedepankan ego, memandang orang lain rendah, terkadang mudah goyah. Jika kita menjadikan cita cita dunia sebagai visi kita, mari kita selisik, kita memiliki rencana hidup yang begitu sempurna. Mungkin, bekerja diperusahaan ternama, menikah di usia muda, punya kendaraan roda empat sebelum menikah. Kita hanya fokus pada apa yang kita angan angankan. Memang, tidak ada yang salah dengan itu karena akan memicu kita untuk semangat dan optimal melakukan segala sesuatu nya, but let's be real, jika kita berpotensi untuk mendapatkannya maka kita juga berpotensi untuk kehilangannya. Ibarat mengenggam pasir, ketika kita mendapatkannya maka saat itulah kita kehilangannya perlahan. Apapun visi yang berbau duniawi, semuanya sama sama berpotensi mengalami kegagalan namun, dalam bentuk yang berbeda. Jadi jika dunia masih dijadikan sebagai visi hidup paling utama, maka kita harus siap menerima resikonya.
Namun jika visi agama, yang kita jadikan orientasi dalam hidup. Apa yang kita peroleh? Mari kita telaah, ketika kita hanya mengharapkan keinginan dan tujuan pada Allah semata, tidak bisa disangkal hati kamu akan lebih legowo dalam menerima hal hal dunia yang tidak menyenangkan sekalipun, karena tujuan kamu bukan dunia yang sementara ini. Ingatlah manusia hanya berkesempatan untuk menjalankan kehidupan di dunia bukan berkesempatan untuk menggenggam hal hal dunia. Perbedaan dari orang yang memiliki visi dunia dan akhirat, terlihat jelas dari pola pikir dan cara-nya menyikapi suatu persoalan karena mengacu pada standar benar menurut Islam.
Orang yang memiliki orientasi hidup kepada agama cenderung memiliki kesehatan mental yang baik dan stabil, mereka tidak memberontak atas ketetapan yang telah digariskan untuknya. Karena mereka menanamkan pola pikir, bahwa dunia hanyalah titipan yang sewaktu waktu dapat diambil sesuai kehendak pemilik-Nya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”