Tawa dan keceriaan kini memilih untuk menyendiri dan meninggalkan segala kenangan yang pernah kita miliki. Sempat ada beberapa moment aku merasa dibohongi. Tapi sedikit pun tak ada niat untuk berhenti. Aku tak punya alasan yang kuat untuk menahanmu disini. Semoga kau menemukan bahagia yang kau cari.
Aku berharap kita bisa dewasa. Tidak memalingkan muka dan tetap bertegur sapa.
Kita telah sepakat untuk tak saling acuh walau telah berbeda jalan. Tak jarang ku tengok hp dan berkata dalam hati: mungkinkah kau tiba-tiba menanyakan kabar ?
Inginku juga bertanya: apakah kau sudah makan ? bagaimana sekolahmu ? apakah tidurmu nyenyak ? Pertanyaan yang dulu biasa ku lontarkan, kini terasa berat untuk diucapkan.
Mungkin, kita telah berjarak sekarang. Bahkan untuk mengirim pesan pun aku tak mampu. Lalu bagaimana kalau tiba-tiba kita bertemu ? Kau pernah bilang, kita tetap bisa berteman meski tak lagi bersatu. Benarkah semudah itu ? apakah kau benar tak akan memalingkan muka ? apakah bibirmu mampu berucap untuk menyapaku ?
Aku haya ingin kau mengerti, berat memang menjalin hubungan baik setelah perpisahan yang pernah kita alami. Tetapi, aku berharap kita punya kedewasaan diri untuk menerima semua ini. Tak perlu lagi bersikap seolah tak peduli yang justru akan menyakitkan diri sendiri. Aku tak berharap kau bisa kembali, tapi setidaknya penuhilah janjimu untuk berteman baik setelah perpisahan ini.
Kamu perlu tahu, perlu waktu agar sudut mataku sekering ini. Sebelumnya hatiku seperti tak ada bentuknya lagi.
Pedihnya perpisahan memang belum hilang sepenuhnya, biar bagaimanapun kita harus bisa menerima. Dulu, begitu besar harapanku untuk bisa menjadikanmu yang terakhir dihidupku. Tapi apa yang bisa ku kata, jika justru perihnya sakit hati perpisahan yang harus ku terima. Aku tak menyesalinya, sungguh aku tak menyesal. Meski tak jarang sedikit mengenang kisah kita dan meneteskan air mata menahan sakitnya.
Kau bilang, kita harus berbesar hati menerima dan mari melihat ke depan tanpa berpikir untuk kembali ke belakang. Kita sudah sama sama menutup lembaran buku yang pernah kita rangkai indah ceritanya. Meski sesak ini masih tersisa, aku juga ingin bisa ringan melangkah walau tanpamu yang dulu sempat kupikir akan searah. Aku hanya ingin hidup bebas tanpa penyesalan dan meninggalkan sakitnya perpisahan.
Kita memang berpisah lebih cepat dari yang pernah kita kira. Tapi, percayalah rencana Tuhan mungkin lebih indah dari yang pernah kita gambar bersama.
Where is good in goodbye ?
Kau meyakinkanku untuk bisa bersabar menerima semuanya. Ya, sepenuh hati aku mampu memahamimu. Namun, setidaknya dulu kita punya mimpi mimpi yang tentu tak mudah hilang leyap begitu saja. Mimpi untuk bisa membawa hubungan ketitik dimana aku dihalalkan menjadi pasanganmu di mata Tuhan dan semua orang. Tapi apa yang terjadi sekarang mungkin hal terbaik yang Tuhan berikan.
Air mata kita yang tak tertahan menghadapi perpisahan, aku harap kini bisa kering dan tak akan pernah jatuh lagi. Semoga kau bisa menemukan yang lebih baik, semoga aku juga bisa hidup lebih bahagia. Terima kasih ku ucapkan atas semua yang telah kau lakukan untuk hubungan kita. Meski tak berakhir manis, tapi semoga menjadi pelajaran yang berarti untuk kita agar lebih menghargai tulusnya cinta.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.