Saya Sudah Sangat Lelah, Saya Rasa Tepat Waktunya Untuk Berkata, ‘Sudah’…

Ini hari ke sekian di Februari yang basah, dengan hujan yang tiada enggan datang mengguyur pipi. Tak bisa kuhitung rindu yang berhasil menyusup segumpal daging hati ini. Aku hilang akal. Bahkan sekedar untuk mengeja kata demi kata cinta yang ranum di matamu, aku tak kuasa. Aku seperti tiba-tiba tuna aksara. Bibirku kelu, seakan semua terbungkam di pangkal tenggorokan. Bahkan rasaku pun seakan tawar. Kucoba menakarnya, tapi bahkan neraca kehilangan angka-angka.

Advertisement

Duhai rindu jadi cemeti. Meninggalkan luka, meski bekasnya sudah tiada…

Aku mencoba mencari petunjuk. Menyusuri lorong-lorong kehidupan. Bertemu banyak orang dari setiap sudut jalan, memberi pelajaran tak terduga selama tiada kamu di sisiku. Aku bahagia sebab mereka membuatku memantapkan langkah hingga sejauh ini. Menguatkan kaki kecil yang terbata-bata hingga kini mampu berdiri di titik ini. Tapi, ada satu hal yang tak kusepakati, yaitu :

Kata mereka, kalau rindu lihatlah langit. Sebab langit kita sama, jadi kita tak pernah jauh. Tapi bagaimana kalau langitmu panas dan langitku hujan? Atau sebaliknya. Langit kita tak sama bukan?

Advertisement

Jadi, kalau rindu.. Aku sebut kamu banyak-banyak dalam doa. Sebab, Tuhan Maha Mendengar dan kusemogakan Dia pantulkan doa itu ke dalam hatimu.

‘..karena kata-kata dan janji akan lenyap bersama angin, tapi perasaan yang kita simpan dalam hati dan doa akan kekal selamanya…’

Advertisement

Bukankah kita pernah bersepakat meyakini bahwa hati itu bernyawa ; yang dari hati pasti sampai ke hati? Kau tak mungkin melupakannya, ‘kan?

Sayang… Hanya doa-doa kerinduan yang mampu kukirimkan dari sebalik punggungmu. Meski segalanya tak akan mudah. Untuk sebentuk hati yang kujaga, aku tak akan pernah pergi meninggalkanmu. Meski kadang kepercayaan merapuh, rasa mulai tawar, rayuanmu jadi hambar. Tapi, bukankah hanya kita sendiri yang tahu arti cinta yang kita bina?

Tenanglah, Sayang.. Kau takkan sendiri. Sebab kupastikan ada aku yang akan selalu mengisi ruang kosong di hatimu, takkan kubiarkan kau merasa sepi. Dalam lelahnya kisah pengembaraanmu, takkan kutinggalkan. Kau tetap teman seperjalanan yang paling menyenangkan. Izinkan aku menemani sepanjang perjalananmu.

Jangan takut saat di tengah perjalanan kita, kau menemukan setitik air yang jatuh di mataku. Aku menangis bukan sebab kau mengajakku menikmati laranya kisahmu. Bukan, Sayang. Jadi, usahlah kau memintaku berhenti jika perjalananmu menyakitiku. Toh, sedari tadi sudah kusampaikan simpul setiaku padamu. Aku akan selalu menemanimu. Bukankah saat aku menerimamu adalah aku menerima kelebihanmu sepaket dengan kekuranganmu?

Hal-hal yang menciptakan tangis di hatiku, bisa jadi pemantik keyakinan kita untuk melangkah ke depan. Kita akan semakin siap, saling mengisi, saling menghidupi.

Sayang..

Kita sama-sama tahu bahwa sejatinya hidup ini hanyalah serangkaian perjalanan. Sesampai kita pada satu titik tuju, kita akan menuju pencapaian berikutnya. Ya, target-target yang kau cita-citakan itulah seni perjalanan. Dan kisah cinta yang kita bawa hanyalah sebagian alur yang mengikutinya. Lantas tak pantas rasanya bila kita hanya berputar-putar pada satu masalah : hubungan kita. Padahal sebenarnya kita telah mencapai titik bahagianya. Bukankah alangkah lebih baik bila kita kemudian fokus pada pencapaian kita selanjutnya?

Sayang..

Aku memang mengatakan akan selalu menemanimu. Tapi, sungguh aku lelah jika kita masih berjalan di situ-situ saja. Aku lelah, Sayang. Aku ingin berhenti. Tolong cukupkan saja ! Cukupkan aku di hatimu. Lantas mari kita berjalan menuju kisah perjalanan yang belum kita tuntaskan.

Aku akan dengan setia memperjuangkan apa yang kau perjuangkan. Aku hanya ingin menemani segala prosesmu hingga kau berdiri menjadi lelaki hebat di mata orang lain. Sesuai dengan kehendakmu dan harapku.

Dan saat itu terjadi nanti, kau boleh memutuskan pada akhirnya. Akan dengan siapa kau menikmati keberhasilan dari panjangnya perjalanan yang telah kau tempuh. Denganku atau bukan. Sebab bisa mengantarkanmu pada pencapaian akhirmu saja adalah kebahagiaan tak terhingga untukku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat proses perjalanan yang tak jarang berteman sepi, berkasih air mata, dan dipeluk luka. Lantas kamu masih mau menemaniku berjalan, Sayang?

25 Comments

  1. Kiki Rizkiyah berkata:

    Perempuan saat mengatakan sudah lelah sesungguhnyabia tidak benar2 lelah.
    Dia pasti tetap masih bisa bertahan apabila lelakinya juga ikut mempertahankan

  2. Dari kemarenan soal cinte mulu lo ki hahaha

  3. Siie Abiie berkata:

    Iya bner
    Tapi kdang laki” mmprthankan bukan krna dia syg
    Tpi mgkin krna Blum ada serep nya ????

  4. Kiki Rizkiyah berkata:

    Hahhaa. Iya dit. ?

  5. Dedy berkata:

    Cindy buat dibaca aja,soal ngomong emang mudah,hati yg susah,aku tau,tapi gak ada salahnya baca,buat motivasi

  6. Miftahul Jannah berkata:

    baca aja dulu,kali aja ngena Mgs Imam Wahyudi