Saya Ingin Melanjutkan Hidup, Tanpa Kamu

Hai, apa kabar? Sehat, semoga kamu sehat ya. Saya tidak lagi tahu bagaimana jadwal kerjamu. Tidak lagi tahu, hari ini kamu di kota mana dan besok akan ke mana. Tidak juga menjadi alarm bangun pagimu. Semoga kamu tidak pernah terlambat ya. Semoga alarm di HPmu cukup untuk membangunkan kamu. Kalau kamu mau tahu kabar saya, saya kacau. Saya sibuk dengan begitu banyak pekerjaan, menyibukkan diri. Sambil berharap, kesibukkan – kesibukkan itu cukup untuk membuat saya lelah, hingga tidak perlu susah tidur.  Berharap pekerjaan-pekerjaan itu akan cukup untuk mengakuisisi ingatan-ingatan tentang kamu. Berhasil sejauh ini, setidak – tidaknya, bisa menahan diri ini untuk mencari tahu kabarmu.

Advertisement

Saya memutuskan untuk pindah dari tempat tinggal kita dulu. Kamu pasti tahu, saya tidak akan mampu terus berada dalam ruangan yang di setiap sudutnya ada kamu. Setiap malam saya sibuk mengukir langit-langit kamar saya. Terkadang menyesal, lebih seringnya rindu. Saya peluk diri saya sendiri, meyakinkan bahwa semua ini akan terlewati. Entah cepat atau lambat, tapi saya yakin akan melewatinya. Tidak peduli akan perlu waktu yang panjang, yang saya tahu, saya harus melewatinya. 

Saya ingin melanjutkan hidup saya, tanpa kamu. Menata ulang mimpi-mimpi kita tanpa melibatkan kamu. Tapi sekaligus saya tidak ingin mengabaikan bahwa kamu pernah ada. Saya tidak ingin melupakan kamu, saya ingin berdamai dengan kamu. Ingin mengenang kamu dengan cara yang baik. Tidak dengan penyesalan tapi dengan rasa lega. Tapi jujur saja, saya tidak akan pernah siap jika harus bertemu kamu lagi. Itu sebabnya, saya memilih benar-benar menghilang dari kamu, memutuskan berpindah kota. Memutuskan semua sosial media. Katakan saja saya chidish, tapi untuk saat ini, yang bisa saya lakukan adalah menyelamatkan diri saya lebih dulu.

Setiap malam terbangun, saya lihat notifikasi di HP saya, tidak ada kamu. Tidak ada kamu yang memberi kabar pulang terlambat. Tidak ada kamu yang mengucapkan selamat istirahat. Tidak akan pernah ada lagi kamu. Kemudian saya akan menghembuskan napas panjang, mencoba kembali memejamkan mata, mengusir pertanyaan-pertanyaan semacam di mana ya kamu? Sedang apa ya kamu? Atau apakah kamu juga melewati malam-malam yang sesak? Lucunya, saya berharap kamu tidak pernah merasakannya. Cukuplah saya yang melewati malam yang menyesakkan. Cukuplah saya yang fisiknya juga hancur karena terlampau banyak pikiran.

Advertisement

Penyesalan itu nyata sekali. Kelebatan pertengkaran terakhir kita, masa-masa jatuh cinta kita, masa-masa perjuangan kita. Semua hal ingatan-ingatan itu berkelindan membentuk banyak tanda tanya mengapa? Semua kenangan itu menyatu seolah bekerja sama membuat tenggorokan ini tercekat menahan air mata. Saya tidak pernah mencari tahu kabarmu. Bukan karena tidak ingin, tapi saya terlalu pengecut untuk tahu bahwa kamu baik-baik saja tanpa saya. Ya, saya masih seegois itu. Tapi tenang saja, suatu saat, perasaan itu akan musnah tidak bersisa. 

Tapi sebelum masa itu tiba, saya biarkan saja perasaan tidak enak ini. Saya tidak berusaha melawan, hanya menyampaikannya lewat tulisan – tulisan yang tidak akan pernah kamu baca ini. Saya rindu sekali, berceloteh banyak hal dan kamu mendegarkan sambil sesekali tersenyum tipis. Saya rindu menunggu kamu pulang kerja dan loncat kegirangan saat kamu pulang lebih awal. Saya rindu semua hal tentang kita. Tapi tenang saja, saya masih cukup sadar diri untuk tidak berharap apa-apa. Saya berharap kamu bahagia, sungguh.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sedang menyibukkan diri, salah satunya dengan menulis. Karena saat menulis, saya jadi lupa waktu.