Saya Bersyukur Punya Orang Tua yang Tidak Punya Akun Media Sosial

Punya orang tua yang tidak punya akun media sosial

Bapak saya lahir tahun 1964 sedangkan ibu saya lahir pada tahun 1968. Kalau dilihat dari usia bapak dan ibu saya yang 50 tahun ke atas, beliau-beliau ini masuk kategori simbah tapi belum terlalu tua. Walaupun sudah mempunyai 3 orang cucu, tapi saya akui bapak dan ibu masih sehat dan energik. Sejak dari zaman saya sekolah dulu, orang tua saya termasuk orang yang tidak mengikuti kecanggihan teknologi alias gaptek. Ibu saya sendiri punya HP belum ada satu dekade. Itu pun masih menggunakan HP merek Samsung tipe GT-E1272 sampai sekarang yang terkenal baterainya super awet.

Advertisement

Kalau bukan karena punya jasa catering, mungkin ibu saya enggan punya HP. Sedangkan bapak saya punya HP belum genap tiga tahun. Beliau punya HP sejak masa kerjanya habis di pabrik. Itu pun karena diwajibkan oleh pihak asuransi agar lebih mudah ketika menghubungi bapak saya. Kalau HP bapak saya mereknya Nokia tipe 125 yang sama-sama awet baterainya seperti punya ibu saya.

Sebagai anak, saya sudah berulang kali menawarkan agar orang tua saya ganti HP yang lebih canggih. Zaman sekarang kan kebanyakan orang-orang sudah punya media sosial entah WA, FB, Instagram, dll. yang punya fitur video call sehingga sangat membantu sekali untuk media komunikasi. Tapi orang tua saya tetap saja menolak. Katanya ribet harus punya pulsa yang banyak atau kalau tidak kuotanya harus full. Pokoknya angel deh. Dirayu dengan sekuat tenagapun orang tua saya tetap tidak mau ganti HP yang lebih canggih.

Suatu ketika saya bertanya kepada ibu saya, “Bu, emang ibu ora pengen due WA opo FB ngono koyo ibu-ibu liyane. Kan seneng sih, biso ndongeng nang grup WA ibu-ibu PKK, biso upload foto nang FB, opo update status sing apik-apik ngono? (Bu, memangnya ibu tidak ingin punya WA atau FB gitu seperti ibu-ibu yang lain. Kan senang, bisa ngobrol di grup WA ibu-ibu PKK, bisa upload foto di FB, atau upadate status yang bagus-bagus gitu?)”.

Advertisement

Lalu dengan nada yang makjleb, ibu saya menjawab, “Halah, isine wong pamer tog. Sitik-sitik foto. Sitik-sitik update status wadul. Pengen ndongeng yo temoni rha wonge. Ndongeng kui yo penake temu langsung. Ora ngguya-ngguyu koyo wong edan karo HP. (Halah, isinya cuman orang pamer doang. Dikit-dikit foto. Dikit-dikit update status mengadu. Ingin ngobrol ya ketemu sama orangnya. Ngobrol itu lebih enak kalau ketemu langsung. Tidak senyam-senyum sendiri sama HP seperti orang gila)”.

Setelah mendengar jawaban ibu saya tersebut, saya jadi mikir kalau memang seharusnya orang tua saya lebih baik tidak usah punya akun media sosial. Membayangkan seandainya orang tua saya sudah kecanduan main FB dan sering-sering upload foto setiap beliau berkegiatan atau kalau tidak sering sambat di status WA membuat saya ngeri sendiri. Misalnya saja saat ibu saya sudah memasak dari pagi tapi anak-anaknya tidak ada yang memakannya kemudian ibu saya sambat melalui status WA seperti ini, “Sudah capek-capek masak seharian tapi anak-anak tidak ada yang mau makan. Dasar anak durhaka, bla bla bla. Atau saat bapak dan ibu saya sedang live streaming di FB saat sedang belanja di pasar. Haduh. Isin.

Advertisement

Bagi saya, mendengarkan omelan-omelan orang tua atau keluh kesahnya secara langsung lebih bisa diterima daripada saya tahu apa yang dirasakan atau dilakukan oleh orang tua saya melalui status atau aktivitasnya di media sosial. Punya orang tua yang tidak punya akun media sosial adalah bukan suatu hal yang dianggap ketinggalan zaman. Kita malah harus bersyukur, orang tua kita terhindar dari hal-hal negatif dampak dari media sosial yang penggunaannya kurang tepat. Kecanggihan teknologi memang tidak bisa dihindari oleh semua orang.

Tapi, setiap orang harus tahu tentang dampak positif maupun negatifnya. Kalau dirasa teknologi tersebut lebih banyak kerugiannya daripada manfaatnya, ya lebih baik jangan digunakan. Bijaklah dalam menggunakan teknologi dan bermain media sosial. Jangan sampai komunikasi yang seharusnya bisa lebih mudah malah jadi menjauhkan hanya karena kesalahpahaman melaui status, foto, atau kegiatan apapun yang diupload di media sosial.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jangan Bosan Jadi Orang Baik."