Tak ada orang yang ingin hidup sendiri apalagi hendak memilih untuk menjauhkan diri dari ingar-bingar kehidupan bersama. Setiap orang ditakdirkan untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang ada di sekitar tempat tinggalnya masing-masing.
Dari skop terkecil hingga masuk ke dalam ruang lingkup yang besar tak ada ruang yang tak membutuhkan orang lain. Sejak di dalam lingkungan keluarga sebagai organisasi masyarakat terkecil, kita sudah merasakan bagaimana pentingnya proses pembentukan yang diberikan oleh orang-orang yang dekat dengan kita.
Interaksi di dalam keluarga berpengaruh pada arah langkah yang diambil setiap orang. Berbagai bentukan dan bentakan yang pertama kali muncul di balik atap rumah akan membentuk ayunan langkah pada tangga hidup selanjutnya.
Proses yang luar biasa di dalam rumah bersama dengan orang-orang yang kita cintai erat kaitannya dengan pembawaan diri pada tahap hidup selanjutnya. Selain ayah dan ibu sebagai aktor utama yang mendidik dan membesarkan kita, akan tetapi selama kita berada di rumah ada juga saudara serahim yang berada bersama dalam proses pembentukan diri kita. Kakak salah satunya.
Entah kakak perempuan atau laki-laki, pada intinya saudara tertua memiliki tanggung jawab yang begitu besar dibandingkan dengan saudara serahim yang usianya lebih kecil. Kakak menjadi panutan, sandaran sekaligus orang yang dicontohi bagi adik-adik yang masih kecil. Dengan predikat sebagai anak tertua, kakak diwajibkan untuk turut memainkan andilnya dalam membesarkan adik-adik yang masih membutuhkan tuntunan dari orang-orang yang berada di dalam rumah.
Tentu sebuah kebahagian istimewa apabila memiliki saudara tertua yang perhatian, dan plusnya lagi ia bisa diandalkan dalam segala lini kehidupan bersama. Saat kakak membentak kita bias saja ia sedang tersulut emosinya, mungkin ia sedang merisaukan segala tingkah laku dari adik-adiknya yang sudah salah arah dan salah kaprah. Keadaan yang menggerogoti pikirannya mendorong naluri sebagai saudara tertua untuk membentuk adik-adiknya yang kiranya lekas berubah dan jarang berulah.
Ayah dan ibu menjadikan anak tertua sebagai sasaran jika ada kesalahan kecil di dalam rumah. Tanpa tedeng aling-aling ayah atau ibu langsung melempari kesalahan pada anak yang tertua, meskipun sumber persoalan diciptakan oleh adik yang masih kecil. Tetap saja kakak yang akan disalahkan nantinya.
Di dalam keluarga sang kakak harus dapat diandalkan pada berbagai urusan di dalam rumah. Saat ayah dan ibu sedang berpergian keluar rumah, tentu sudah menjadi kewajiban agar kakak yang akan mengambil alih jalannya roda kehidupan di rumah. Ia akan menjalankan tugas tambahannya. Entah mulai dari memasak, menyiapkan santap pagi, siang dan malam, mencuci pakaian bahkan memandikan adik yang paling kecil.
Di dalam rumah, kakak juga berperan sebagai pemimpin untuk adik-adiknya yang masih kecil. Jiwa kepemimpinan sang kakak dapat terlihat di dalam melerai persoalan yang sedang bergulir di antara adik-adiknya. Ia lihai untuk mengambil jalan tengah sambil memberikan peneguhan pada adik-adiknya supaya menghindari sikap yang merugikan dirinya dan orang lain. Nah, pada keadaan demikian ia sedang menjalankan fungsi kepemimpinan. Ia mengarahkan adik-adiknya agar lebih arif dalam melangkah.
Tanggung jawab sebagai anak tertua lebih besar dibandingkan dengan adik-adik yang masih kecil. Beban sebagai “model” di dalam keluarga pun harus dapat ditunjukkan dengan sebaik mungkin. Setidaknya ia melangkah di atas rata-rata dari adik-adiknya. Bila perlu saudara tertua dipaksakan menjadi sukses sehingga dapat membuka jalan bagi adik-adiknya untuk mengikuti jejak yang telah ia toreh.
Kehadiran saudara tertua di dalam rumah memberikan banyak warna dalam hari-hari yang kita arungi. Tidak hanya ketika kita masih kecil mereka berperan begitu penting, bahkan saat kita sudah memasuki usia dewasa mereka masih menganggap kita sebagai adik kecilnya yang masih membutuhkan arahan dan tuntunannya. Jangan heran mereka masih menanyakan kabar kita setiap harinya, entah mulai dari menanyakan tentang kondisi kesehatan, uang tabungan hingga urusan percintaan pun akan mereka tanyakan.
Kakak dapat diandalkan dalam memberikan solusi terbaik pada adik-adiknya ketika kita sedang diperhadapkan dengan sebuah masalah. Ia kelak memainkan peran sebagai kakak yang mengayomi dengan memberikan solusi terbaik dari persoalan yang dihadapi adik kecilnya. Bahkan, sembari ia menawarkan jalan keluar sesekali ia akan mengelus-elus rambut kita sambil berujar: ah, adik ternyata engkau sudah tua.
Sebagai saudara sedarah, ikatan emosional sesama saudara serahim lebih kokoh dibandingkan membangun hubungan dengan orang yang tak sedarah. Alangkah bahagianya jika kita menua bersama dengan mereka di rumah.
Saudara kandung tentu berbeda jauh dengan sahabat. Sahabat akan datang silih berganti. Mereka datang sesuka hatinya saja. Saat kita sedang merayakan sukacita mungkin mereka akan datang, namun ketika kita mengalami dukacita mereka akan beranjak dan mulai meninggalkan kita. Akan tetapi, hubungan saudara sedarah tak akan sirna termakan ruang dan waktu, akan terus-terusan ada setua perjalanan hidup kita.
Kuncinya cuma satu, tetaplah menjalin komunikasi dengan kakak atau adik setiap harinya. Jangan sungkan untuk menceritakan segala lika-liku yang sedang kita hadapi. Mereka akan dengan setia menggunakan telinga untuk mendengar cerita kita, meminjamkan bahunya agar dijadikan sandaran bagi kita, bahkan akan memakai lidahnya muntuk menemukan jawaban terbaik dari pertanyaan yang akan kita ajukan. Asalkan kita jangan egois, tetap peduli dengan saudara sedarah serta tanpa bosan untuk berbagi kabar setiap harinya. Sudahkah engkau menelpon kakak atau adikmu pada hari ini?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”