Teruntuk gerimis teman menulisku, aku ingin menceritakan sebuah kisah padamu. Tentang seorang gadis dengan segala resah di hatinya. Menyimpan sebuah ragu akan jalan yang ditempuhnya. Gadis itu adalah aku, yang kini tengah dirundung pilu. Hanya bisa menuliskan curahan hati pada sebuah buku. Lembar demi lembar ku tuliskan sebuah cerita tentang kerasnya hidup di kota, tentang perjuangan meraih cita-cita. Tak lupa ku tulis sebait doa untuk jiwa-jiwa yang begitu setia mengorbankan segalanya “Ayah, Ibu, aku berdoa semoga kalian baik-baik saja, selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa, dilancarkan segala urusan dan selalu diberi kesehatan.”
Di dalam bilik sempit ini aku mengukir rindu, rinduku pada bocah cilik bermata sendu, rinduku pada hangat peluk Ayah dan Ibu, rinduku pada kokok ayam di pagi hari, rinduku untuk kembali. Telah ku torehkan begitu banyak kenangan, telah ku rangkai dengan indah sebuah cerita, telah ku jatuhkan hatiku pada kampung halamanku. Desa yang asri dengan udara sejuk dan ramah penduduk. Desa kecil yang mengajariku banyak hal akan arti persahabatan, persaudaraan, dan makna sebuah kehidupan.
Desaku, sejauh mata memandang selalu datang gambar-gambar samar dalam ingatan. Saksi bisu perjuangan gadis cilik yang mencoba membawa mimpi-mipinya terbang, dan benar saja sebuah mimpi membawaku berlari ke kota ini. Terasingkan dan kesepian. Hanya sebuah tekad sebagai teman. Entah berapa banyak air mata yang telah ku titihkan, demi sebuah cerita indah di hari kepulangan. Aku menyadari banyak harapan yang menantiku di sana. Ada yang tak berhenti berjuang dan berdoa. Dalam malam-malam sunyi ia bersimpuh memohon yang terbaik untuk anak gadisnya. Andai ku bisa ingin ku percepat perputaran waktu. Tak ingin kau melewati masa ini. Tapi aku sadar, sukses adalah sebuah proses panjang dengan tak sedikit perjuangan, jadi aku harus menerimanya dengan hati yang lapang.
Kota memang menawarkanku begitu banyak kemudahan, memberiku begitu banyak pengalaman. Mengenalkanku pada sebuah kata, yaitu kemewahan. Meski demikian, hatiku tak pernah pergi dari kampung halaman. Di sana menyimpan sejuta kenangan. Aku ingin pulang, menyapa kembali mentari jingga menjelang petang dan menikmati gerimis dengan tenang. Menjadi anak desa bukanlah suatu kehinaan tapi justru sebuah hadiah indah yang Tuhan berikan. Dengan segala keindahan alam yang menawan, menjadikannya tempat yang begitu nyaman. Sungai, sawah dan ladang sebagai teman sepanjang perjalanan. Setiap sudutnya memberiku begitu banyak pelajaran, mengajariku arti kesederhanaan dan kesahajaan.
Bukan aku tak menyukai kota, hanya saja aku sudah terlanjur jatuh hati pada desa. Ku kirimkan salam terhangat untuk desaku yang ku rindukan, tunggulah daku pulang membawa sebuah kesuksesan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Iya klo rumahnya kondusif
Duhh maniss yaa gambar pohonnya