Sakit perut karena banyak pikiran?

Sensasi dan Persepsi

Kalian mungkin pernah menemukan informasi atau bahkan mengalami sendiri terkait gejala sakit perut yang terjadi karena merasa gugup atau sedang dalam kondisi pikiran yang tertekan. Apa yang menyebabkan gejala tersebut? Apakah bisa ditangani? Simak penjelasan berikut.

Advertisement

 

Dalam ranah ilmiah, gejala sakit perut tersebut dikenal dengan Irritable Bowel Syndrome (IBS). Ng, dkk (2018) mendefinisikan IBS sebagai gangguan Gastrointestinal Fungsional kompleks yang ditandai dengan nyeri perut kronis atau ketidaknyamanan dan kebiasaan buang air besar yang berubah. Qin, dkk (2014) menjelaskan bahwa interaksi kompleks antara sistem saraf, hormon, dan kekebalan tubuh diduga menjadi penyebab utama munculnya IBS, namun tidak menutup kemungkinan bahwa faktor lain seperti stres, alergi, dan infeksi pencernaan juga berperan dalam munculnya IBS. Selain itu, IBS merupakan gejala yang sensitif terhadap stres (Qin dkk, 2014). IBS lebih rentan terjadi pada seseorang yang memiliki usus dan otak yang mudah tersinggung (Qin dkk, 2014). Singkatnya, seseorang bisa saja terjangkit IBS apabila memilki kondisi usus dan otak yang sensitif terhadap stres.

 

Advertisement

Stres merupakan suatu kondisi yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian (Garniwa, I. 2007). Stres mampu mengaktifkan sistem fight or flight pada manusia, lalu jika sudah melewati fase stres tersebut, respon negatif akan terjadi untuk menghilangkan respon stres tersebut. Akan tetapi, apabila individu tidak mampu mengatur stres tersebut, maka otak akan merespon hal tersebut sebagai ancaman dan memicu sistem fight or flight (Qin dkk, 2014). Oleh karena itu, seseorang yang mengidap IBS akan merasa sakit perut ketika Ia sedang dalam kondisi gugup, ragu, atau kondisi lain yang mampu memicu stres. Salah satu contoh kasus sederhana yang dapat terjadi adalah perasaan gugup yang muncul ketika ingin melakukan presentasi. Individu yang mengidap IBS akan merasa sakit perut karena perasaan gugup yang muncul saat ingin melakukan presentasi.

 

Advertisement

Eksperimen yang telah dilakukan pada hewan yang memiliki model stres yang berbeda seperti stres terhadap air, stres menahan diri, stres pasca trauma, dan lain-lain menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara stres dengan fungsi pencernaan. Dalam kondisi normal, otak berkomunikasi dengan Sistem Saraf Enterik. Sistem Saraf Enterik berperan penting dalam regulasi fisiologi usus, sekresi, motilitas dan pelepasan berbagai neuropeptida dan hormon (Qin dkk, 2014). Faktanya, komunikasi antara pusat sistem saraf dengan Sistem Saraf Enterik dapat menjadi komunikasi yang bersifat dua arah (Qin dkk, 2014). Otak mampu memengaruhi fungsi dari Sistem Saraf Enterik sehingga stres dapat menjadi pemicu munculnya gejala IBS. Setelah itu, gejala IBS mampu memengaruhi kondisi psikologis seseorang seperti rentan terhadap rasa cemas dan tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang dapat terkena gangguan psikologis seperti depresi.

 

Lalu apakah IBS dapat disembuhkan? Pengobatan farmasi tradisional seperti penggunaan Pencahar dan Secretagogues telah gagal dalam memberi rasa lega yang permanen (Qin dkk, 2014). Oleh karena itu, pengobatan IBS harus fokus pada pengelolaan stres dengan mengeratkan hubungan dengan pengidap IBS, mengurangi kegiatan yang berpotensi menyebabkan stres, rajin berolahraga dan masih banyak lagi. Selebihnya, Qin, dkk (2014) menjelaskan bahwa elemen Farmakologi yang menargetkan gejala psikologis harus dikembangkan lebih lanjut untuk perawatan usus dan otak yang sensitif terhadap stres.

 

Sebagai penutup, IBS merupakan gejala yang sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Namun, bisa dipastikan bahwa IBS merupakan gejala yang memiliki keterkaitan antara otak dengan sistem pencernaan karena pengaruh yang diberi oleh rasa sakit yang timbul di perut yang kemudian dapat memengaruhi kondisi psikologis atau bahkan sebaliknya. Penelitian terkait penyembuhan melalui pendekatan psikologis harus terus dikembangkan, serta hubungan dengan pengidap IBS juga harus dieratkan untuk meminimalisasi potensi munculnya gangguan psikologis terhadap pengidap IBS.

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini