Kala itu aku sedang berkunjung ketempat adikku, yang sedang menuntut ilmu  disebuah lembaga pendidikan yang berasrama. Di tengah hiruk-pikuknya para pencari jati diri sebuah kampung damai (hmmm…. orang mengatakan seperti itu), aku terpaksa menginap ditempat itu karena beberapa urusan belum bisa terselesaikan hari itu juga.
Hari masih gelap dan meneruskan sisa-sisa mimpi rasanya sangat nyaman bagi para pemalas, ditambah dinginnya udara malam serasa menusuk tulang belulang. Menjelang fajar, suara kokok ayam pun mulai bersaut-sautan, sementara matahari pun masih enggan menampakkan batang hidungnya.Â
Akan tetapi tiada henti terdengar ditelingaku hentakan kaki melangkah. Sebenarnya aku masih merasa ngatuk sihh, tapi aku merasa aneh, akhirnya ikutan beranjak dari tempat tidur.Â
Sebelum keluar sempat aku tengok dari jendela kamar tamu yang kebetulan menghadap kehalaman depan, sungguh pemandangan yang luar biasa baagiku yang tak pernah aku temui di kampungku. Aku pun merasa takjub, dipagi hari seperti ini orang orang kok sudah wira-wiri kesana kemari (gumanku dalam hati).
Mereka semua pada bersiap pergi ke masjid untuk menunaikan sholat, padahal subuh masih agak lama. Dngan memakai pakaian serba putih bersih, suci, sesuci hati untuk menghadap Illahi Robbi, sembari menenteng kitap tipis "kitab kuning orang jawa mengatakan" katanya mereka bawa itu untuk dikaji selepas sholat.
Aku yang sebagai tamu beranjak keluar dari masjid usai sholat subuh. Berjalan-jalan melihat bangunan gedung-gedung asrama santri serta kegiatan para santri yang lain, yang tidak ikut kajian di masjid. Pemandangan yang begitu asing bagiku dan kayaknya begitu asyik untuk diikuti.
Dikala asyiknya menikmati pemandangan baru, tiba-tiba mataku mengarah pada seorang bocah yang sedang duduk sendirian. Terlihat ia menangis sesenggukan, kenapa bocah ini ?Â
Memisahkan diri dari temen temennya, yang lain pada ikut kajian atau kegiatan yang lain, ia kok malah tak mengikuti? (tanyaku dalam hati).
Usut punya usut ternyata ia baru saja dapat kabar berita dari rumah kemudian langsung lari dan menangis di situ. Aku langkahkan kaki ini ke arahnya ku hampiri dia. Entah apa yang ia rasa? Terlihat kesedihan yang begitu mendalam dari mukanya.
Pagi nan indah, sejuk, di iringi indahnya sang mentari yang mulai memunculkan sinarnya. Waktu pagi yang seharusnya ia tatap dengan riang untuk menatap masa depan, mewujudkan mimpi-mimpi yang terpendam, anak ini justru malah sedih menangis.Â
Ada apa nak? Pagi begini engkau menangis? (Sapaku) sambil duduk merayu agar mau cerita. Mungkin dengan mengungkapkan ke orang lain bisa sedikit meringankan beban yang ia rasakan, harapku.
Perlahan ia mulai cerita. Ia dapat kabar bahwa ibunya yang selalu mengasihi telah pergi untuk selamanya, sementara ia harus menempuh ujian nanti, yang tak mungkin ia tinggalkan. Kabar yang begitu memilukan, bagaikan disambar petir di siang bolong. Di saat-saat krusial seperti ini ia harus menghadapi kenyataan pahit, kehilangan sosok orang yang begitu sangat ia cintai
Yang sabar ya, nak, kuatkan dirimu, kita berdoa aja. Kamu adalah aset ibumu yang selalu mengirimkan doa ketika ia sudah tak bisa lagi berdoa untuk dirinya sendiri dan itu akan meringankan beratnya perjalanan menghadap Ilahi Robbi.
Ingat nak, semua yang hidup pasti akan mengalami kematian. Termasuk kita ini adalah lagi ngantri, kita siapkan aja bekal untuk kita bawa di kehidupan setelah mati.
Tak ada sesuatu pun yang abadi di dunia ini, hanya doa dan amal sholeh sebagai tinggalan. Kebaikan kita yang ditiru orang, itulah kebaikan yang sepeninggal kita nanti akan terus berlanjut pahalanya.
Ditinggalkan orang terkasih itu ibarat kita terjatuh. Kemudian belajar berdiri dengan tertatih-tatih bangkit.
Dengan kepergiannya membuat kita belajar menerima keadaan, belajar sabar, belajar ikhlas rela dalam hati. Belajar bagaimana kita harus bersikap.
Layaknya mentari senja bergeser, malam mengajari kita menghargai rasa sunyi. Bahwasannya terang itu tak selalu menemani.Â
Teruslah semangat menatap masa depan dan mewujudkan mimpi-mimpi.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”