Sudah menjadi takdir ketika harus dilahirkan menjadi anak terakhir dalam keluarga, si anak bungsu atau orang Betawi biasa sebut anak bontot, bukanlah hal yang mudah. Dengan stigma yang melekat bahwa anak bungsu identik dengan sifatnya yang manja dan memiliki kehidupan yang menyenangkan ternyata nggak selalu benar. Anak bungsu tetaplah sama seperti anak pertama ataupun anak tengah, iya sama-sama mempunyai beban dan tekanan sendiri. Itulah yang aku rasakan menjadi anak perempuan terakhir.
Ketika masih anak-anak memang yang dirasakan begitu indah dan mudah dalam menjalankan kehidupan karena saat itu yang diketahui hanya bermain tanpa belum mengerti tentang begitu beratnya kehidupan yang akan dijalankan ketika sudah menginjak dewasa. Karena si bungsu ini sering merasakan dimanja, apa yang diinginkan bisa diberikan orang tuanya, ditambah pasti ada kakak-kakak yang siap mengalah untuk adik terakhirnya itu.Â
Namun, semua itu berbeda ketika mulai memasuki usia dewasa, di saat kakak-kakaknya satu persatu sudah mulai mempunyai kehidupan masing-masing hingga tinggallah si anak yang terakhir ini menjadi satu-satunya harapan orang tua.
Baik si bungsu laki-laki maupun perempuan mempunyai beban dan tekanan yang sama, seperti orang tua mengharapkan si anak bungsu ini bisa seperti kakak-kakaknya, selalu menjadi bahan perbandingan, dituntut untuk selalu mandiri tapi suka dikekang, dan terakhir menanggung ekspektasi orang tua maupun keluarga. Nah, berat juga ya bebannya~
Sadar akan beban dan tekanan, ia juga mau menunjukkan bahwa si anak bungsu juga harus mandiri dan mempunyai tanggung jawab yang bukan lagi harus bergantung dengan orang tuanya tetapi sudah saatnya siap bisa merawat orang tua di masa tuanya, memberikan kehidupan yang layak serta membahagiakannya seperti yang pernah dilakukan sewaktu dahulu ke anaknya.
Berjalannya waktu pada akhirnya si anak bungsu harus bisa menerima bahwa harus kehilangan masa jaya orang tuanya, menghadapi tantangan dan harus kalah dengan usia orang tuanya.
Karena saingan terberat bagi si anak bungsu terutama si anak perempuan terakhir adalah usia orang tuanya.
Seketika langsung menusuk banget ke hati harus mengetahui, mendengar ucapan itu, tapi itulah yang harus diterima untuk si anak bungsu. Yuk para anak bungsu kuatkan lagi bahunya, tegarkan hatinya, sehatkan fisiknya tunjukkan pada dunia bahwa kita si anak bungsu yang manja ini bisa berhasil mengukir senyum di wajah orang tua kita.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”