Saat Terluka, Kamu Belajar untuk Tak Melukai. Saat Melukai, Kamu Belajar Bahwa Rasa Bersalah Itu Lebih Membebani.

Pernahkah kamu terluka akan sebuah kata sederhana? “Bisa Nggak sih?”, tanpa tahu bahwa dibaliknya kamu sudah berulangkali mencoba dan berusaha lebih keras namun masih belum memenuhi ekspektasi yang dimau.

Advertisement

Lisan mudah sekali diucapkan, seringkali terngiang dan bekasnya sukar hilang. Bahkan sekian tahun berlalu, terkadang sekalipun telah memaafkan, hatimu akan ingat kata-kata siapa yang pernah menggores tatu di sana. Katanya, bahkan saat luka itu sembuh, saat kamu menatap bekasnya masih terngiang perihnya saat masih segar waktu itu. Well, tentu itu tergantung orangnya juga. 

Terlepas dari itu, kata-kata memang sekuat itu pengaruhnya. Hingga pepatah Jawa pun menyatakan, ajining diri gumantung saka ing lathi. Harga diri seseorang bergantung pada tutur katanya. Orang bermartabat nan bijak kecil kemungkinan melontarkan kata yang sesumbar. Kata-katanya cenderung berbobot.

Makanya sebagian dari kita, termasuk saya mengambil jalan teraman dengan diam saat rasanya tidak mampu mengucapkan kata baik. Bukan sebuah pilihan yang baik, namun ciptakan sedikit waktu untuk memikirkan kata terbaik tanpa menyakiti.

Advertisement

Tulisan ini sebenarnya juga terinspirasi dari lagu Lathi yang tengah naik daun di 2020. Salah satu bait liriknya berbunyi “ajining diri ana ing lathi”. Pesan yang sangat mendalam bagi manusia mana saja. Karena sejatinya, meski manusia beragam pada dasarnya ada kesamaan yaitu memiliki soft-spot yang rawan tercederai. Cedera paling mudah berasal dari lisan.

Saat marah, kita akan memiliki beragam kata paling menusuk dan menyakitkan bukan? Hal yang natural. Saat terluka, ada masanya ingin mempertahankan harga diri (salah satunya dengan balik melukai). Biarlah luapan emosi itu tetap di benak, simpan dulu untuk dirimu sendiri. Jangan katakan tanpa memilah, itu hanya akan menyakiti hati orang. Terlukai tidak lantas memberimu hak untuk melukai.

Advertisement

Pun jika ingin mengingatkan atau menegur meski gemes tetap kendalikan diri untuk tak terlalui menyakiti hati. Ingatkan saat sedang berduaan, bukan di hadapan banyak orang. Mungkin kamu hanya ingin mengingatkan, but first put yourself at someone’s shoes. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.

Saya adalah orang yang percaya karma. What goes around comes around. Kata maaf tidak berarti perbuatanmu termaafkan. Setiap kali saya meminta maaf, saya tahu itu. Seringnya lebih pasrah, biar Tuhan yang membalas kejahatan saya. Karena kata maaf tak mampu menghapuskan rasa bersalah dan tatu itu. Dimaafkan tidak meringankan kekecewaan saya pada diri sendiri. Mengapa harus semudah itu menyakiti padahal diri sendiri mudah tersakiti.

Daripada menyakiti, esensi hidup kita adalah memberi manfaat dan bahagia. Lisan adalah hal yang paling mudah diucapkan. Tidak perlu pengorbanan materi tidak perlu susah payah dicari. Makanya, selagi bisa dibuat lebih baik mengapa hanya dipakai untuk mencerca dan mencabik. Tidak ada manusia yang sempurna. Namun bukan berarti bisa khilaf tiap saat. Kita bisa memperbaiki meski takkan mengembalikan pada kondisi semula. Kita tidak sempurna, namun kita bisa berusaha dan terus belajar lebih baik lagi.

Lisan boleh ringan dalam mengucap rasa terima kasih atau pujian. Namun gunakan lebih banyak waktu untuk memilah kata saat ingin mengkritisi atau bahkan memarahi. Kurangi kecenderungan untuk menormalisasi "gitu aja baper". Kata baper menjadi kata sakti untuk menyamarkan ujaran berlebihan (insult). Yang dicandai sudah terlukai malah disalahkan juga.

Tapi hidup memang isinya belajar. Saat terluka, kamu belajar untuk tak melukai. Saat melukai, kamu belajar bahwa rasa bersalah (karena telah menyakiti) itu lebih membebani. Maka kamu menjadi terilhami untuk lebih mudah memaafkan. Karena ternyata tak mudah juga untuk memaafkan diri sendiri (bagi mereka yang terlanjur melukai). Dan lebih dari itu, ikhlas memaafkan orang lain dan diri sendiri adalah cara terbaik melindungi hati kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini