Saat Segalanya Telah Berubah

Sore yang mendung ini, aku hanya duduk terdiam dengan secangkir kopi susu dingin kesukaanku. Dinginkah kopi ini? Atau terasa pahit? Atau manis? Rasanya lidah ini sudah berubah kebas, sekebas hatiku. Dear kamu, baru semalam kau tanyakan padaku kembali, bagaimana perasaanku padamu? Apakah aku mencintaimu seperti dulu? Cintakah aku? Jika pertanyaan ini kau tanyakan padaku 10 tahun lalu, aku tahu pasti bahwa tanpa ragu pasti aku akan menganggukan kepala dan menjawab 'ya'. Tapi kini, cintakah? Entahlah…

Advertisement

Kita tahu pasti bahwa jalan panjang yang telah kita lewati selama ini tidaklah mudah. Seringkali aku tersandung dan jatuh. Kau juga begitu. Adakalanya aku begitu lelah menatap aneka tagihan kebutuhan rumah tangga yang datang, seringkali juga aku begitu lunglai mengingat semua tanggung jawab yang ada di pundakku. Dengan jadwal kerja yang terasa mencekik leher, dan kamu pun juga kadang tenggelam dalam ego laki-lakimu.

Gelora masa muda kita telah sirna. Semakin lama, debaran-debaran itu pun lenyap. Adrenalin yang terpompa seperti dulu saat membayangkan kencan kita pun sudah tak ada. Tatap menenangkanmu saat aku resah juga tak bisa lagi ku rasakan. Dan yang terutama, lenganmu pun tak lagi mampu menenangkan dan menyamankanku. Aku juga tidak tahu ke mana perginya itu semua. Tergerus kerikil-kerikil tajam kenyataan hidupkah? Saat aku sadar pasti bahwa hidup bersamamu tidaklah seindah novel roman picisan atau Drama Korea. Tergantikan dengan aneka perdebatan antara kita, yang seakan tiada akhir, tiada ujung. Dan aku jenuh…aku jenuh…

Seringkali aku bertanya, pada diriku sendiri lebih tepatnya. Apakah semua pernikahan begini sulitnya? Apakah kau yang berubah menjadi menyebalkan? Atau aku yang berubah rumit? Saat dua manusia bersatu dalam komitmen itu, bukankah tujuannya adalah saling menopang dan melengkapi? Kenapa aku malah merasa…terkekang…terbebani? Dua kata yang ku ucap perlahan, khawatir kembali melukai egomu sebagai pria.

Advertisement

Ku tatap nanar gelas kopiku yang semakin sedikit isinya. Masih ku ingat jelas kala itu. Sosok mudamu yang begitu manis, begitu gigih memperjuangkanku. Sosokmu yang begitu sabar mengusahakan agar aku melupakannya dan berpaling kepadamu, sosokmu yang dengan sadar menerima segala kurangku. Ah, aku jadi teringat kepada dia, apa kabarnya di sana? Bagaimana keadaanku kini jika kala itu aku bersamanya? Apakah dia telah bahagia sepeninggalku? Semoga dia berbahagia. Dia yang telah menyakiti diri mudaku berkali-kali dan berulang-ulang, namun tetap ku rindukan. Hingga kau datang, di waktu yang tepat, di saat yang tepat, dan menyelamatkanku saat aku hampir tenggelam. Kalau begitu, betapa jahatnya diriku, pernah sangat merindukan orang yang terus dan terus menyakitiku, namun kini malah hampir menyerah berusaha memperjuangkan orang yang selalu ada di sisiku.

"Aku mencintaimu…" Kau selalu katakan itu, lagi dan lagi. Ku ingat-ingat kembali semua daya yang kau upayakan demi mengatasi kesulitan kita. Apakah sudah berhasil? Belum…tapi aku sadar bahwa kau terus berusaha. Bukankah yang terpenting adalah usaha tak kenal lelah? Dan selanjutnya biarkan Tuhan yang bekerja? Aku tahu kau juga sedang berusaha menata hatimu, agar tetap waras di tengah segala masalah yang ada.

Advertisement

Lamunan panjang ini menyadarkanku juga, bahwa bukan rasa cinta yang telah tiada, hanya saja cinta itu telah bermetamorfosa, menjadi sebuah bentuk berbeda. Bernama tanggung jawab, komitmen, dan rasa yang makin terbiasa. Kau terbiasa dengan keberadaanku, aku pun juga terbiasa dengan keberadaanmu. Menjadikan diri kita masing-masing menjadi bagian tak terpisahkan. Aku, dan juga kamu, kita hanya manusia biasa yang bisa jatuh. Tapi kita juga manusia yang harus bangkit lagi dan tak boleh menyerah.

Aku pernah sangat mencintaimu, kan sayang? Dan aku yakin kepada diriku sendiri, bahwa aku kali ini pun sanggup membuat cinta itu kembali bangkit. Cinta itu tidak hilang, hanya sedang terlena oleh putaran waktu yang terus melaju tanpa henti. Aku mencintaimu…ku ucapkan amin beribu kali dalam hatiku, menjadi doa panjang dalam kalbuku. Aku mau mencintaimu kembali, berulang-ulang, setiap hari sepanjang hidupku.

Pernikahan…tidak sesederhana yang ku pikirkan, bukan hanya sebaris kalimat "i love you" atau "will you marry me?" Pernikahan adalah proses panjang tanpa henti. Untuk dua insan terus belajar saling menyelaraskan diri. Diciptakan di surga, namun perawatannya dilakukan di bumi, saat nafas masih ada di diri ini.


"Aku mencintaimu…" bibir ini perlahan dapat kembali mengucapkan mantra ajaib itu. Mencintaimu….


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Instagram : @shine_bridal Fanpage FB : shine bridal and cafe - Mother of OneDaughter - MakeUp Artist - A wife - A dreamer - Messy writer

One Comments

  1. Fara Putri Arief berkata:

    Dear Calon Pengantin,
    Untuk yang sedang mencari tempat Pernikahan Mewah, Elegan dan Glamor di daerah sekitar Slipi/Palmerah, aku punya referensi Menarik untuk kalian yaitu HIS GRAND SLIPI. Tidak hanya menyediakan Venue yang sangat mewah dengan kapasitas besar, tetapi HIS juga menyediakan Paket Pernikahan Lengkap dengan detail dibawah:
    – Buffet & Pondokan Hotel Bintang 4
    – Dekorasi Pelaminan 15m dan Lainnya
    – Pakaian, Rias dan Hair Do untuk Pengantin dan keluarga
    – Photo & Videography juga Live Music
    – MC dan Jasa WO
    – Wedding Car
    – Jasa Wedding Consultant yang akan membantu dan memandu anda sejak tahap persiapan hingga Pernikahan terlaksana dengan baik
    Selain detail yang disebutkan dibawah, kamu juga bisa dapat hadiah langsung GRATIS TANPA UNDI (Pilihan Honeymoon ke Bali, Maldives, Thailand,Iphone XS MAX)
    Info lebih lanjut 085716942670 – FARA