Pernahkan kamu mengalami cinta bertepuk sebelah tangan kepada seseorang yang membuat menitikkan air mata hingga mati rasa, atau dilukai oleh orang yang sangat kita jaga perasaannya? Mungkin ilustrasi berikut sedikit membuka mata kita bahwa bahaya dari luka batin terasa lebih menyakitkan dari luka fisik.
Seorang gadis usia 9 tahun, duduk di atas kursi sambil berpangku tangan ditemani kursi kosong yang berserakan tali kaset. Dia duduk termenung bersama dengan pikirannya. Hatinya sedang remuk karena kejahilan temannya di sekolah. Peristiwa tadi siang tidak hanya terjadi sekali, tetapi sudah menjadi rutinitas di kesehariannya. Dia dirundung oleh teman-temannya di sekolah. Di sekolah, dia tidak menemukan teman yang menghiburnya dan tidak menemukan kenyamanan.
Ilustrasi di atas mungkin dapat menggambarkan sebuah keadaan ruminasi.
Ruminasi atau gagal move on adalah bentuk respon diri terhadap suatu stress yang dilakukan dengan cara memikirkan kejadian yang membuat kita stress secara berulang-ulang. Ruminasi memang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat peristiwa yang terjadi secara terus-menerus menimbulkan gangguan pada kejiwaan. Kejadian yang membuat stress di keseharian seperti penolakan, pengkhianatan, perundungan, dan kejahatan kecil yang terjadi di kehidupan manusia. Penyembuhan luka tersebut memerlukan waktu dan cara agar dapat pulih seperti sedia kala.
Menurut Guy Winch dalam buku Emotional First Aid, ketika luka-luka psikologis dibiarkan tanpa penanganan dengan cepat, mereka akan terinfeksi sehingga memicu ancaman kerusakan yang serius terhadap kesehatan jiwa. Luka psikologis lebih sulit ditangani daripada luka fisik. Dalam tayangan TEDx, Winch menyebutkan cara mengobati luka psikologis adalah dengan meminimalkan penderitaan akibat luka batin itu sendiri. Luka batin harus dialihkan menjadi kegiatan positif agar tidak semakin parah
Beberapa langkah dapat dilakukan untuk memulihkan ruminasi. Penanganan terhadap ruminasi adalah dengan cara melakukan TIKI-TAKA, yaitu tindakan kecil untuk mengalihkan pikiran menjadi lebih produktif, menekan pikiran negatif serta ekspektasi berlebih terhadap sesuatu, melepaskan hasrat untuk meraih tujuan yang tidak menyenangkan, atau tidak mungkin tercapai.
Ketahui penyebab ruminasi dan sumber stress, alihkan pikiran untuk meningkatkan harga diri dengan melakukan hobi, koreksi kesalahan masa lalu, dan tidak mengulanginya, dan atur rencana untuk menangani skenario terburuk dari setiap tindakan. Selain TIKI-TAKA, masih perlu diiringi dengan melakukan olahraga setiap hari secara teratur dan meditasi agar didapatkan hasil yang maksimal.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”