Kala itu, bahagia pernah begitu mudah didapatkan, tetapi perpisahan mengubah kita, mengubah kenyataan, mengubah harapan, mengubah segalanya. Ada sekat yang begitu kuat untuk sekadar memberi tahu jika hari ini hujan tak pernah lagi turun dari mataku.
Kau tahu, hati ini masih bertanya tentang mengapa Rusia menyerang Ukraina. Mengapa tidak hidup damai saja, apa susahnya hidup berdampingan tanpa ada permusuhan, meski asing hanya berlaku bagi punggung-punggung yang akhirnya berbalik arah.
Sesekali, aku ingin berteriak "URRAAA!" Saat udara membawa kembali sisa-sisa sesal yang tak pernah bisa kuambil hikmahnya. Aku tahu, semua pasti ada hikmahnya. Tapi mengapa sampai saat ini aku tak pernah menemukan hikmah apa dari kehilanganmu. Selain penyesalan berkepanjagan.
Mengapa semudah itu rencana berubah arah. Saat sampan kita akan segera tiba di dermaga. Aku karam sendirian, sedangkan kau berenang mememui daratan lantas melambaikan tangan sebagai salam perpisahan.
Bukankah dulu, aku adalah angin daratan yang menggerakan perahumu. Membuatnya kembali berlayar setelah sempat hancur oleh gelombang dan menghantam karang.
Kau tahu, lingkaran memang tak punya ujung. Dan begitulah rupa rindu kini. Sesekali ingatan memutuskan berhenti, sebelum nanti keras kepala untuk melanjutkannya lagi.Â
Entah siapa penjahat itu? Mungkin mereka-mereka yang berada di pemerintahan. Karena sempat saya membaca "jika tak ada orang baik yang bisa menang."
Perasaan itu arus tenang yang seringkali menenggelamkan. Membuat kita lalai membaca cuaca, gerimis yang pernah turun kini berganti siang yang diselimuti kabut. Diam menjadi bahasa terbaik bagi rupa rindu yang tak lagi meminta temu.
Kapan lagi kita bercita tentang dongeng yang aku ciptakan sendiri hingga aku malu dan bingung bagaimana menemukan ujung yang lucu.
Kala itu, semua tampak mudah dan indah. Hingga kembali tetap menjadi mimpi, aku tahu itu tak pernah mungkin terjadi. Meski orang bijak mengatakan tak ada yang tidak mungkin tapi percayalah itu hanya ungkapan motivasi saja, karena nyatanya banyak hal yang tidak diciptakan untukku.
Di ujung sana kau rupanya berbahagia, menikmati sejuk udara baru bersama ia, kekasihmu. Aku yang masih menikmati musim hujan, telah lama kedinginan, kesepian, dilupakan.
Badai takdir telah memukul mundur tubuhku, dari jangkauan lenganmu. Sapa-sapa dilenyapkan bisu nelangsa. Lalu kaki yang tak pernah lagi berpijak di tempat yang sama. Mata kubuka, terbangun dan tak pernah melihat siapa-siapa.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”