Sekitar satu tahun yang lalu, saya sibuk bolak-balik rumah sakit mengantar ayah saya rawat jalan atas kanker stadium empat yang baru diketahui di usianya yang sudah 80 tahun, tanpa gejala apapun. Meskipun iuran BPJS saat ini naik , saya tidak banyak mengeluh, saya sendiri merasa terbantu, karena pengobatan yang dilakukan nyaris gratis, mulai dari CT scan, rontgen, MRI, sampai biaya rawat inap berminggu-minggu disana yang sampai puluhan juta. Paling mentok hanya membayar taksi online, parkir, dan makanan selama di sana saja.
Mengapa saya berkata bahwa rumah sakit adalah tempat yang ajaib?
Saat itu, saya sedang berada di Instalasi Gawat Darurat, mengantar ayah saya yang memiliki keluhan sesak nafas dan susah berjalan. Kami masuk pada pukul lima sore, dan baru masuk kamar pukul tiga pagi. Ya. Pukul tiga pagi.
Selama kurang lebih sepuluh jam di IGD, puluhan pasien mengantri untuk mendapat tindakan medis oleh perawat dan dokter yang rasionya tidak sebanding dengan jumlah pasien, namun kelelahan karena kebanyakan dari mereka bekerja melayani pasien lebih dari delapan jam dan tetap harus dapat tersenyum dan memberikan pelayan yang terbaik.
Sepuluh jam di sana, saya menyaksikan beberapa korban kecelakaan lalu lintas yang berdarah-darah, seorang lainsia yang tiba-tiba mengalami serangan jantung, hingga pekerja bangunan yang terjatuh dari ketinggian saat bekerja. Beberapa diantaranya ada yang mendapatkan transfusi darah, disuntikan cairan infus, hingga dioperasi saat itu juga saking gawat darurat kondisinya.
Sepuluh jam disana, saya melihat beberapa pasien menghembuskan nafas terakhirnya di sana. Begitu banyak air mata yang jatuh saat itu dari mereka yang mengantar pasien tersebut. Belum lagi, keluarga dan teman-teman yang datang tak lama setelah dikabari oleh mereka yang mengantar, bahwa orang yang mereka kasihi telah tiada. Rumah sakit adalah tempat terakhir di dunia bagi mereka yang ditakdirkan Tuhan untuk menghembuskan nafas terakhirnya di sana.
Dan, selama kurang lebih sepuluh jam di IGD, beberapa ibu hamil terpaksa dilarikan ke IGD, entah itu karena pecah ketuban, mengalami pendarahan, hingga kontraksi hebat menjelang persalinan. Bebepa di antaranya langsung dialihkan ke kamar bersalin untuk dilakukan proses persalinan. Selang beberapa jam kemudian, lahirlah bayi tersebut, air mata kembali jatuh dari mereka yang mengantar. Dan tentu saja, keluarga dan teman-teman yang datang tak lama setelah dikabari, juga sama-sama meneteskan air mata. Â Rumah sakit adalah tempat pertama di dunia bagi bayi tersebut untuk menghirup nafas pertamanya setelah keluar dari janin ibunya. Setelah menunggu selama sepuluh jam, akhirnya kami bisa masuk kamar dan sedikit lebih lega, walaupun perjalanan belum berakhir.
Rumah sakit adalah tempat yang sangat ajaib bagi saya. Awal mula kehidupan manusia dimulai disini, dan barangkali akhir dari kehidupan manusia diakhiri disini juga. Kelahiran manusia ditangisi oleh para orang tua dan keluarganya, dan akhir kehidupan manusia juga ditangisi oleh orang-orang yang mengasihinya disini.
Bayi yang baru lahir dimandikan oleh tenaga medis disini, sedangkan jenazah yang baru meninggal juga sama-sama dimandikan disini oleh para tenaga medis disini. Bayi yang baru lahir menggunakan pampers agar urin dan pupnya tidak bau dan kotor, dan orang tua menjelang kematiannya pun sama-sama menggunakan pampers agar urin dan pupnya juga tidak bau dan kotor.
Bayi yang baru lahir tidak memiliki gigi dan botak, sedangkan orang tua menjelang kematiannya pun giginya sudah mulai tanggal dan mulai botak. Bayi yang baru lahir bersikap cengeng jika kemauannya tidak dipenuhi, dan orang tua menjelang kematiannya pun sama-sama bersikap cengeng.
Bayi yang baru lahir didorong oleh kedua orang tuanya keluar rumah sakit dengan menggunakan stroller, sedangkan orang tua menjelang kematiannya didorong masuk rumah sakit dengan menggunakan kursi roda. Bayi yang baru lahir akan diadzankan oleh orang tuanya, sedangkan orang tua yang baru saja meninggal dunia akan didoakan oleh anak-anaknya.
Begitu banyak hal ajaib yang dapat dilihat dari rumah sakit, yang barangkali, hal yang saya tuliskan di atas lebih dahulu disadari oleh para dokter dan perawat yang sudah bekerja di rumah sakit sejak lama, bahwa awal dan akhir kehidupan manusia memiliki fase serta siklus yang sama persis, dan juga berada di tempat yang sama, yakni di rumah sakit.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”