Rizkya dan Sebuah Harapan yang Kemudian Musnah

Keluarga besarku rutin mengadakan perkumpulan keluarga tiap tahun. Tahun kemarin kami berkumpul di rumah nenek, sekaligus mengadakan pembacaan surah Yasin untuk almarhum kakek, tahun sebelumnya di rumah paman. Tahun ini perkumpulan keluarga akan diselenggarakan di rumahku. Seperti tahun-tahun kemarin, semua keluarga di undang keluarga jauh maupun dekat.

Advertisement

Semua direkatkan kembali dalam ikatan kekeluargaan yang hangat. Bagi yang sudah menikah datang dengan pasangan-pasangan mereka namun yang belum menikah di atas 20 tahun, boleh membawa pacar, teman dekat atau hanya sekedar teman.

Aku termasuk poin yang ke dua ini. Tahun ini aku sangat senang karena untuk pertama kalinya, Rizkya berkunjung ke rumahku meskipun bukan sebagai orang yang dekat denganku melainkan sebagai teman dari sepupuku, Aprilia. Aku melihat potongan rambut tomboynya namun sama sekali tidak mengurangi rasa cintaku padanya. Matanya yang besar persis selalu membuatku terpesona.


Oh, Rizkya sayangku, kelak aku akan membawamu ke rumah ini sebagai calon ibu dari anak-anakku. Sudah dua bulan aku dekat dengan Rizkya. Kami sering bertengkar tapi tentu sebenarnya kami adalah dua insan yang saling mencintai. Rizkya sama sekali bukan seperti mantan-mantanku terdahulu yang sering memberi perhatian lebih terhadap hubungan kami. Rizkya tipe cewek yang cuek dan super sibuk. Bagiku, tidak ada yang namanya cuek dan sibuk, semua hanya tentang prioritas, tentang bagaimana kamu kalah dengan apa yang ada pertama kali di matanya.


Advertisement

Tidak hanya tentang manusia tetapi apa pun itu, bisa berupa benda atau segala hal lainnya termasuk perkerjaan. Rizkya? Sama sekali aku tidak tahu apa yang pertama kali ada di matanya, yang jelas aku merasa sering tidak diperdulikan olehnya. Banyak hal yang dirahasiakannya dan aku tahu belakangan. Namun di lain kesempatan ketika bertatap langsung dengannya, dia adalah pribadi yang hangat dan senang ngobrol. Itulah yang membuatku bingung orang seperti apa dia sebenarnya.


Rizkya pernah berkata, ‘Aku nyaman ketika bersamamu, aku juga sayang sama kamu, aku juga cinta sama kamu.’ tetapi dari sikapnya aku tidak benar-benar melihat itu semua. Tetapi entah kenapa aku selalu meyakinkan diriku bahwa dia adalah masa depanku dan akulah yang harus merubah diriku agar lebih dewasa.


Advertisement

"Senang melihatmu datang," sapaku dengan senyum. "Aku juga senang bisa hadir di sini. Waw! di sini sangat ramai," katanya kagum. Rizkya merapat ke arahku. "Yang paling membuat aku senang, karena ada kamu di sini." Ia membisiku, pipinya memerah.

Aprilia datang ke arah kami, "Ciee, yang lagi… ekhem ekhem," ia berdeham. Hanya Aprilia saja yang tahu aku dekat dengan Rizkya, selain itu orang-orang di tempat ini tidak mengetahui hubungan kedekatan kami. "Nanti lagi dekat-dekatnya," sambung Aprilia. "Ayo Riz, kita bantu-bantu siapin jamuan." Aprilia mengajak Rizkya. "Aku ke sana dulu," ujar Rizkya dengan berat hati. "Iya, good luck!" ungkapku dengan semangat.

Aku memperhatikan hidangan-hidangan ini disajikan secantik mungkin, ibuku memang ahli dalam hal masakan. Masakannya bukan hanya cantik namun rasanya juga boleh diadu dengan masakan-masakan restoran. Aku bangga Rizkya melihat masakan-masakan ibuku. Sesuatu yang patut dicontoh olehnya kelak.

Setelah selesai menyajikan makanan, Rizkya keluar bersama Aprilia, sedangkan aku di sudut ruangan yang lain sedang sibuk mengobrol bersama paman-pamanku. Dari sudut itu pula, sekilas aku melihat dia mengobrol dengan Gani dan Zain. Gani adalah sepupuku, ia kesini bersama temannya Zain yang juga adalah temanku. Intinya kami ini seumuran.

Pada perkumpulan keluarga ini, aku harus membagi waktu menyapa setiap keluarga yang datang, sebagai tuan rumah kami sekeluarga sudah seharusnya memberi sambutan positif dan ramah tamah terutama untuk keluarga jauh karena kami jarang bertemu. Aku selalu menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Rizkya yang sepertinya sudah sangat bisa berbaur dengan keluarga dan teman-temanku.

Sehari setelah acara perkumpulan keluarga, aku, Gani dan Zain sudah biasa kumpul di basecamp kami. Zain sepertinya baru saja selesai telponan dengan orang spesialnya. "Telponan aja," kataku kepadanya. "Baru nih ya?" Zain menjawab, "Kamu tahu gak Rizkya? Dia juga hadir di acara kemarin." "Oh, iya tahu, temannya Aprilia kan?" kataku pura-pura bodoh. "Nah pas!" sambutnya dengan senyam senyum. "Aku baru saja telponan sama dia, orangnya asik banget, enak diajak ngobrol. Pokoknya gue bangetlah."

Saat itulah aku melihat mata Zain berisi harapan yang banyak tentang Rizkya. Saat itu juga aku sadar bahwa secara tak langsung aku telah melihat mataku sendiri waktu kenal dengan Rizkya. Belakangan aku mengetahui kalau dia juga kenal dengan teman-temanku yang lain. Entah sampai mana hubungan Rizkya dengan beberapa cowok yang pasti dia selalu merahasiakannya dariku.


Rizkya sayangku, musnah sudah harapanku.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Dari sebuah desa terpencil di pulau yang juga kecil. Pulau Lombok— Pulau dengan level kepedasan paling tinggi dari pada pulau-pulau yang lainnya di Indonesia.