Rindu yang Sempat Terbagi

Pagi ini aku lelah dengan kegiatan yang menguras tenaga. Meskipun lelah ini terasa sangat lekat pada tubuh, aku masih kuat untuk tetap berpuasa ramadhan. Jam menunjukan pukul duabelas siang, aku bersandar pada dinding kamarku sambil menghela nafas lega karena tubuhku dapat beristirahat. Dinding ini terasa bagaikan tempat tidur terbaik sepanjang masa, aku tidak ingin melakukan apa–apa lagi.

Advertisement

Lima menit kemudian nafasku mulai berhembus normal kembali, tatapan mataku kosong membawaku terlelap tidur. tubuhku terbaring lemah seakan tidak mampu lagi untuk beranjak pergi dari sandaran. Aku memasuki dunia mimpi yang sangat berbeda. Disana aku hidup bahagia bersama seorang perempuan di dalam suatu rumah yang sederhana. Aku dikaruniai dua anak dari hasil pernikahanku saat itu. Enam bulan setelah pernikahan kami kewalahan dalam hal mengasuh anak, hingga pada akhirnya aku mencari seorang pekerja rumah tangga untuk merawat anak-anaku. Hal ini disebabkan aku dan istri yang sibuk bekerja. Aku sibuk berdagang dan menjaga toko yang dikelola saat ini, sedangkan istriku sibuk bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit di Jakarta. Setelah bermusyawarah dan sepakat, akhirnya kami mencari seorang pekerja rumah tangga.

Enam bulan sudah kami hidup bersama kedua anak kami, dan saat ini genap satu tahun setelah pernikahan. Anak kami tidak lagi diasuh ibunya melainkan seorang pekerja rumah tangga. Hidup kami menjadi lebih berbeda, hubungan rumah tangga kami menjadi lebih dingin. Lelah bekerja membuat kami tidak sempat bertemu dengan anak-anak.

Hari Minggu, aku dan istri libur bekerja. Saat itulah kami berbagi kasih sayang kepada anak-anak dengan mengajaknya berjalan–jalan atau bermain seharian dirumah. Saat itu aku terhentak bahwa suasana ini sudah lama tidak lagi tergambar pada keluarga kami. Begitu pula dengan istriku yang memikirkan hal yang sama denganku. Dengan keputusan yang bulat, aku mengatakan kalimat ini padanya, “Bunda.. kamu jangan kerja lagi ya biar aku aja yang kerja, sedangkan kamu jaga anak-anak saja dirumah,” ujarku lembut kepadanya.

Advertisement

Setelah difirkannya dengan matang, akhirnya ia menyetujui apa yang disarankan olehku. Hari–hariku terasa lebih segar dan selalu bersemangat dalam mengerjakan setiap tugas yang aku hadapi. Karena disetiap waktu bekerja, isi kepalaku hanyalah mereka. Siapa mereka? Merekalah anak-anak dan istriku yang menungguku dirumah, berharap aku cepat pulang dengan membawa nafkah yang aku dapatkan untuknya. Yang terpenting bagiku adalah kehangatan pelukan untuk mereka yang selalu mendukungku, tidak ada lagi kelelahan dalam diriku. Yang ada hanyalah ingin cepat pulang bertemu dengan mereka.

Dalam keadaan apapun aku selalu bersyukur bahwa di hatiku ada yang tidak kujelaskan tentangnya, yang aku tahu dia Maha Esa, Maha Agung, dan selalu ada disaat keadaan apapun. Menjagaku, melindungiku, memberiku rizki, memberiku segala harapan dan maha segalanya.

Advertisement

BUGH!!!! suara pintu dipukul oleh Kakekku yang membangunkanku dari tidur. Kakekku mengabarkan bahwa ada lima orang pelanggan yang menunggu di depan toko ingin belanja. Aku segera beranjak dari tempat tidur, kemudian menemui para pelangganku yang sedang menunggu. (The End)


Keluarga adalah harta terindah, terbaik, dan tidak akan pernah ada yang mampu menggantikannya. Sayangilah keluargamu selagi mereka masih berada disisimu. Sebab, sedikit waktumu untuk mereka saja sangat berharga dibanding pekerjaanmu. Dan ingatlah! Setiap apa yang didapat meski kecil maka syukurilah. (kakycurly)


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

hujan