Pada malam, aku sampaikan pada semesta bahwa aku merindukanmu. Aku merindukan semua hal tentang kamu. Aroma tubuh kamu, cara kamu membisikan kata mesra di telingaku, cara kamu melihatku dengan penuh rasa, cara kamu membelai lembut wajahku, cara kamu mengecup keningku sebelum meninggalkan rumahku, cara kamu memelukku setelah pertengkaran yang menguras air mataku, dan hal-hal lain tentang kamu.
Iya, Rue. Sampai saat ini, aku masih merindukan semua hal tentang kamu.
Aku tahu, hubungan kita sudah berakhir. Aku dan kamu sudah tidak lagi saling memiliki, sudah tidak lagi saling memperjuangkan. Aku dan kamu, mungkin, sudah tidak ada harapan untuk bisa kembali bersama. Tapi, bolehkah aku mengatakan bahwa aku merindukanmu? Tapi, aku tidak punya cukup keberanian untuk mengatakan rinduku langsung. Jadi, aku hanya bisa sampaikan perasaan rindu ini pada semesta. Semoga semesta mendengar, semoga semesta menyampaikan rasa rinduku padamu.
Semesta tidak pernah mengecewakan bukan?
Selang beberapa jam, aku mendapati satu pesan masuk. Itu dari kamu, Rue. Aku sampai harus membaca ulang, memastikan bahwa aku tidak salah lihat. Tidak. Aku tidak salah lihat. Pesan ini dari kamu. Seolah semesta menyampaikan kata rinduku, kamu mengirimkan pesan dengan isi.
"Iya. Aku kangen kamu juga."
Tapi bukan rindu ini yang aku mau, Rue.
Mungkin kamu membalas rinduku, tapi bukan ini yang aku mau. Rindu ini butuh temu, Rue. Rindu ini tidak hanya butuh sekedar ungkapan atau balasan. Lebih dari itu semua yang aku inginkan adalah pertemuan.
Rinduku ini sungguh-sungguh, Rue. Tidak selucu rindu yang kamu punya. Kamu bisa membalas kata rinduku, mengajakku untuk bertemu. Tapi, lagi-lagi, kamu menghilang begitu saja. Seolah aku dan rindu yang aku punya bisa kamu permainkan sesuka hati.
Nyatanya kamu tidak pernah berubah, Rue.
Kelemahan aku adalah selalu menganggap semua orang bisa berubah, termasuk kamu. Tapi, nyatanya, aku salah. Kamu tetap menjadi kamu yang selama ini aku kenal. Kamu yang bisa membuat aku jatuh cinta, tapi juga paling bisa membuat aku terluka. Bahkan, ketika kita sudah tidak lagi bersama, kamu masih bisa membuat luka dengan sesuka hati.
Kamu selalu menganggap aku perempuan yang akan selalu menerima semua permainan kamu. Ingat, Rue, aku tidak akan selalu menerima. Terkadang, aku ingin diperjuangkan. Aku ini bukan mainan, Rue. Rinduku ini bukan leluconmu.
Pada akhirnya, aku biarkan rindu ini kupendam sendiri. Tak lagi akan kubagi pada siapapun, termasuk pada semesta.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”