Kenangan, harapan dan penantian. Kenangan adalah rekaman, rekaman akan sesuatu yang belum atau tidak bisa tergantikan. Harapan adalah kepercayaan, kepercayaan kepada sesuatu yang diinginkan untuk didapatkan. Penantian adalah pengorbanan, pengorbanan waktu, jiwa, pikiran untuk menjaga kenangan dan harapan. Pertemuan atas ketiganya, melahirkan satu nama yang disebut kerinduan.
some memories are unforgettable, remaining ever vivid and heartwarming
Joseph B. Wirthlin
hope is the little voice you hear whisper "maybe" when it seems the entire world is shouting "no"!
Unknown
Life was always a matter of waiting for the right moment to act. -
Paulo
Kepada siapapun kamu, pemilik rindu yang bertumpu. Katanya, rindu adalah keinginan atau hasrat hati untuk bertemu dengan orang tertentu. Orang bilang, rindu itu selalu tentang melihat dan bersatu. Nyatanya, rindu tidak sesempit itu. Ada rindu yang mampu menembus ruang dan waktu. Ada rindu yang tidak bisa ditebus hanya dengan sebuah wujud yang bisa disentuh. Namun sejatinya setiap rindu pasti pernah bicara tentang menunggu.
Rindu mampu menembus ruang dan waktu. Rindu itu bebas, tak berbatas. Rindu tidak melulu tentang sesuatu yang menjauh. Untuk merasakan kerinduan, tidak selalu butuh sebuah kehilangan. Ruang dan waktu hanyalah masalah tempat. Sementara rindu tidak mengenal kedua hal tersebut. Di ruang manapun dan di waktu kapanpun, ketika kerinduan hinggap di hati, maka saat itulah kamu korbankan hatimu untuk merasa.
Ada rindu yang tidak bisa ditebus hanya dengan sebuah wujud yang bisa disentuh. Rindu jauh lebih luas dari apa yang telah dikotak-kotakkan. Rindu itu abstrak. Bukan hanya kepada siapa yang terlihat dan apa yang tersentuh. Rindu bisa hinggap kepada siapapun yang belum pernah bertemu dan kepada apapun yang tidak bisa saling menyentuh. Melihat tidak melihat, menyentuh tidak menyentuh, saat rindu menjamah, saat itulah kamu ikhlaskan hatimu untuk merindu.
Setiap rindu pasti pernah bicara tentang menunggu. Menunggu adalah sebuah ritual khusus dari kerinduan. Menunggu adalah jeda untuk menimbang rasa. Waktu untuk mempertimbangkan kemana rindu harus berujung. Mungkin akan berakhir dengan sebuah perjuangan, mungkin hanya akan merindu saja, atau malah berproses untuk menghilangkannya. Memang ujung rindu tidak selalu selaras dengan kemana arah hati, pikiran dan kaki melangkah. Namun, menimbang merupakan suatu usaha, ada nilai yang terkandung didalamnya. Sehingga pun misal rindu itu memberontak, sebuah pertimbangan dari menunggu tetap bukan hal yang sia-sia.
Rindu adalah hal yang sederhana. Kita yang membuatnya terlihat rumit.Â
Seseorang pernah bertanya kepada saya, "Wu, Apakah kamu rindu dia?"
Butuh waktu lama untuk menjawabnya, "umm.. Rindu.. Tapi sedikit."
Kemudian orang itu bertanya lagi "Bagaimana Wu bisa membedakan sedikit atau banyak perihal rindu? Rindu ya rindulah."
"May be, karena rindu yang sekarang tidak sesesak dulu. So, what do you think about that?"
Saya mendengar dia menghela nafas panjang lalu berkata "Sederhanakan saja. Katakan aku rindu dia. sederhana namun mengobati."
Heniiiiiiing………
"Rindu Wu pada dia, jadikan pematik agar hidup ini indah." lanjutnya.
Dari situ saya sadar adalah sebuah kebenaran bahwa rindu tidak butuh timbangan. Sedikit atau banyak bukan hal yang tepat ketika berbicara soal rindu. Ungkapkan rindu dengan sesederhana mungkin. Lupakan Ja'im dan gengsi. Rindu akan sampai secara utuh ketika kita mengungkapkannya dengan sederhana. Kesederhanaan yang mampu melepaskan beban di hati.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”