Terror in The Woods adalah film yang digarap tahun 2018 yang mengangkat isu kesehatan mental pada anak-anak yang diambil dari kisah nyata. Bercerita tentang Rachel, seorang anak yang baru saja memasuki usia SMP. Rachel tidak memiliki teman dan waktunya dihabiskan untuk menonton video tentang sosok monster hutan bernama Suzerain. Di hari pertama sekolah, Rachel bertemu dengan anak penyendiri yang bernama Kaitlyn dalam bus sekolah. Mereka pun saling berkenalan.
Kaitlyn adalah anak yang memiliki imajinasi tinggi. Dia memiliki teman khayalan bernama Sofie yang membuatnya kadang terlihat berbicara sendiri. Rachel dan Kaitlyn sering menghabiskan waktu bersama sehingga keakraban diantara mereka pun terjalin. Rachel mulai mengenalkan sosok Suzerain kepada Kaitlyn. Kaitlyn yang memiliki teman khayalan bernama Sofie pun mulai percaya akan keberadaan sosok Suzerain dan mulai berhalusinasi tentang sosok Suzerain.
Baik Rachel maupun Kaitlyn adalah sosok remaja yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Ibu Kaitlyn adalah seorang wanita karir yang begitu sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan ayahnya dikarenakan kondisi tertentu menjadi Ayah Rumah Tangga (yang mana tidak terlalu memperhatikan Kaitlyn). Sementara Rachel adalah anak broken home. Ia tinggal dengan Ibu dan Ayah tirinya. Disini dapat dilihat bahwa kehadiran orang tua sebagai pengawas kesehatan mental dua remaja ini sangatlah kurang.Â
Kaitlyn dan Rachel terjebak dalam imajinasi mereka dan merencanakan melakukan ritual persembahan untuk sosok Suzerain agar orang tua mereka selamat. Info ini didapatkan oleh Rachel dari video yang dia tonton di internet. Mereka mempercayai bahwa Suzerain selalu mengawasi mereka dan akan menyakiti kedua orang tua mereka jika mereka tidak menyenangkan hati Suzerain. Kaitlyn dengan mulai sering dihantui halusinasi tentang Suzerain mengatakan bahwa mereka harus melakukan ritual tersebut dan memilih Emily (Teman mereka yang tidak mempercayai adanya Suzerain).
Kaitlyn dan Rachel melakukan rencana untuk menyakiti Emily dengan membawa Emily ke hutan dengan modus bermain bersama. Disanalah Kaitlyn dan Rachel melakukan rencana jahatnya. Dengan wajah dan tangan berlumuran darah, Kaitlyn dan Rachel pergi ke sebuah toko untuk membersihkan diri. Emily ditemukan di pinggir sungai dengan kondisi lemas dan berlumuran darah. Polisi pun datang ke rumah Kaitlyn dan Rachel untuk melakukan pemeriksaan.Â
Kaitlyn dan Rachel akhirnya dijemput oleh pihak kepolisian ketika mereka sedang duduk di pinggir jalan. Tak ada penyesalan mereka terhadap Emily. Mereka justru lega karena orang tua mereka selamat dari Suzerain. Adegan selanjutnya memperlihatkan orang tua Kaitlyn sedang berbagi cerita tentang imajinasi anaknya dan berjanji akan mendampingi Kaitlyn saat Kaitlyn terbebas dari penjara nantinya.
Keadaan seperti ini bukan saja terjadi di negara asalnya tempat terjadinya peristiwa tersebut. Kondisi ini dapat terjadi pada lingkungan terdekat kita. Sebagai orang tua maupun calon orang tua, kita harus banyak belajar tentang isu kesehatan mental yang bukan saja dapat menyerang orang dewasa, namun juga anak-anak. Rating film ini hanya 5.7 di IMDB yang artinya film ini belum banyak beredar ke masyarakat luas, atau film ini mungkin kurang diminati karena cenderung terlihat membosankan, padahal banyak pelajaran yang dapat diambil didalam film ini untuk membuat kita lebih sadar akan kesehatan mental.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”