Review Film; Sui Dhaaga Made in India 2018

Segila-gilanya mimpi ialah yang mengucapkan ‘gila’ namun tidak melakukan.

Dibalik suksesnya seorang lelaki ada pengorbanan dan perjuangan seorang wanita. Karena tidak ada yang bisa hidup sendiri. Laki-laki dan perempuan seperti pakaian yang saling menutupi kesalahan satu sama lain. Wanita memang mudah menangis untuk hal-hal yang menyakiti hatinya, tetapi ia bisa menjadi sosok yang kuat tanpa bandingan.

Advertisement

Lelaki ialah pahlawan super yang rela berjuang untuk kehidupan orang di sekitarnya. Meskipun terkadang melupakan keadaan dirinya.

Mauji yang diperankan oleh Varun Dawan merupakan lelaki yang pantang menyerah atas keadaan, ia tidak sakit hati saat dicaci orang, direndahkan maupun dipukuli orang. Tetapi, ketika melihat istrinya Mamta menangis, saat Mauji diperlakukan seperti binatang oleh bosnya tempat ia bekerja. Ia menjadi tidak ingin melanjutkan pekerjaan yang satu-satunya menjadi ladang kehidupang. Mauji rela menganggur demi permintaan istrinya.

Mamta sosok perempuan tegar dan sabar, ia tidak begitu memperdulikan keadaan kehidupan yang pelik dan kekurangan, tinggal bersama dengan mertua perempuan yang tidak berhenti menyuruhnya melakukan aktivitas rumah tangga. Perempuan yang sedikit bicara dan santun kepada suami maupun kedua orangtuanya tidak sekalipun mengeluh.

Advertisement

Mamta memang wanita cerdas, ia ingin suaminya menjalankan usaha menjahit mengikuti jejak kakeknya. Tetapi, ayahnya tidak pernah setuju. Ia menganggap usaha menjahit tidak akan membuahkan hasil. Ia lebih menginginkan anaknya kerja di Meerut sebagai pekerja listrik, dengan gaji yang besar walaupun harus membeli ijazah palsu.

Mauji menolak keras, ia tidak ingin meninggalkan orangtuanya demi duit. Ia pun mengikuti saran istrinya membuka tempat menjahit di pinggiran jalan tempat orang jualan. Hari pertama bekerja, hari itu juga Mamta membawakan bekal secara diam-diam. Mauji memintanya makan bersama, sungguh Mamta terharu. Baginya, untuk pertama kali merasakan indahnya makan bersama.

Advertisement

Kisah kehidupan yang penuh tanjakan, liku dan duri-duri. Dilalui oleh mereka tanpa mengeluh, tanpa keraguan dan penyesalan. Film ini menyimpan banyak pesan-pesan kehidupan yang berbobot hampir di setiap adegan selama 2 jam. Hampir banyak film yang diproduksi terkadang menampilkan sisi terang, berbeda dengan "Sui Dhaaga Made in India", menampilkan berapa peliknya kehidupan masyarakat pedalaman yang berbading terbalik dengan warga metropolitan. Akses kesehatan yang belum memadai, juga sering terjadinya korupsi di beberapa instansi. Semua itu dikemas dengan baik tanpa menyinggung pihak mana pun.

Seperti pada adegan ketika ibu Mauji harus dibawa ke rumah sakit karena serangan jantung, dokter meminta biaya pengobatan harus dilunasi di awal sebelum dioperasi. Keadaan mendesak memacu pikiran Mauji untuk berpikir keras. Berdebat dengan ayahnya di rumah sakit, hanya karena pengangguran dan tidak membantu keadaan mereka, selain mengganggu ketenangan orang sekitar.

Ibu Mauji tidak nyaman mengenakan baju sari untuk berbaring di bangsal. Mamta berniat membuatkan baju untuk mertuanya, mengajak suaminya menjahitkan pakaian hangat dengan bahan kain seadanya; korden dilepas, kain-kain yang dimiliki untuk kombinasi dan terakhir mengambil memberi motif cap. Perjuangan mereka membuahkan hasil, banyak pasien yang menyukai, memesan untuk dibuatkan baju yang sama dengan motif yang sama pula.

Namanya kehidupan selalu ada manis dan getir, ada yang tidak menyukai usaha mereka seperti ayahnya yang menyewakan mesin jahitnya kepada tetangga. Merebutnya pun membuat malu keluarga Mauji. Ia teringat akan mesin gratis yang didapatkan dengan cara ikut tes menjahit. Tetapi jarak tempuhnya 40 mil, Mauji nekat membawa serta istrinya dengan sepeda ontel kesayangannya di bawah terik matahari dan pasir gurun yang terbang menerpa mata.

Tidak ada yang benar-benar gratis di dunia ini, bahkan ke toilet harus membayar. Mereka harus mengantri dengan nomor urut ke-700 berdesakan dengan ribuan warga lainnya. Ketegangan dalam film ini terasa, saat Mauji yang kakinya berdarah tersandung batu selama di perjalanan harus meninggalkan istrinya menunggu nomor panggilan antri.

Haru dan ingin menangis jika mengingat usaha keras demi sebuah mesin jahit gratis, mereka bisa pulang dan melanjutkan perjuangan menjahit 15 potong pakaian dalam semalam suntuk. Ketegangan memuncak tatkala karya mereka ada yang membelinya dalam jumlah banyak, pelakunya orang terdekat Mauji yang terlihat meyakinkan akan membayar biaya rumah sakit. Tetapi berkompromi dengan salah satu dokter rumah sakit untuk bisnis pakaian untuk pasien.

Perjalanan Mauji dan Mamta masih panjang, mereka bisa membuka mata bahwa di perkotaan juga tidak ada yang mau membantunya. Tidak seperti keadaan tempat tinggalnya. Uang memang segalanya, tetapi harga diri tidak bisa dibeli dengan uang. Mereka pun tidak sudi harus bekerja di pabrik atas pakaian yang mereka ciptakan sendiri namun menggunakan label negara lain.

Pada titik ini Mamta menguatkan suaminya yang masih tidak terima dengan keadaan keluarganya yang terus menyudutkan. Padahal ia sudah berupaya semaksimal mungkin, tapi tidak dianggap. Tidak ada yang indah dengan saling mempertahankan egoisitas. Rumah menjadi sunyi dan tidak berpenghuni.

Film ini sukses mengacak perasaan, mengaduk pikiran dan mempertajam emosi. Segalanya yang terjadi pada setiap manusia mustahil tanpa campur Allah. Film ini ditutup dengan ending yang manis seperti harapan setiap penonton.

Pesan utama yang saya dapatkan dari film Sui Dhaaga Made in India, arti dari "Jarum dan Benang dari India". Setiap manusia pasti mendapatkan porsi kesulitan yang berimbang dengan kemampuan dirinya untuk menyelesaikannya., tapi tetap berjuang semampunya demi hasil terbaik dan saling membahagiakan orang terdekat.

Pasti selalu ada kemudahan setelah kesulitan. Rumus pastinya, selalu ada pencapaian paling baik jika berusaha sangat sungguh-sungguh tanpa keluhan dan membuang-buang waktu.

***

Hal paling berkesan yang saya dapat setelah menonton film ini, segila-gilanya mimpi ialah yang mengucapkan ‘gila’ namun tidak melakukan. Hanya mematung, menunggu dan berharap hasil banyak. Kalau bole mengatakan ‘gila’, katakan setelah sukses menuai hasil. Nyesel kalau sampai enggak nonton karena film ini tidak sekadar drama keluarga, ada banyak kisah inspiratif yang memotivasi kehidupan lebih baik lagi.

Pereview : Baiq Cynthia

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Wanita muda yang suka fotografi, Editor freelance, bookstagram. Suka menulis cerpen, novel dan blog. Bukunya yang sudah terbit DARAH: sepuluh cerita psikopat dan September Wish. Menulis membuatmu ada.