Review Film Somewhere In Time (1980): Menjelajah Waktu Tanpa Mesin Waktu

Mungkin banyak dari kita yang berpikir bahwa mesin waktu adalah media utama untuk menjelajah waktu. Bahkan tak jarang seseorang berpikir alangkah baiknya memiliki sebuah mesin waktu untuk melihat masa depan ataupun kembali ke masa lalu.

Advertisement

Tenrnyata tidak semua perjalanan dimensi waktu harus selalu dengan sebuah mesin waktu, sama halnya dengan penjelajahan waktu dalam film berjudul Somewhere In Time, hasil garapan sutradara Jaenot Szwarc.

Film ini menceritakan tentang seorang penulis drama terkenal bernama Richard Collier (Christoper Reeve) pergi berlibur untuk menenangkan diri sekaligus mencari ide karena ia sendiri sedang mengalami Writer's Block. Situasi makin rumit disaat pacarnya mengajak untuk putus.

Ia mengunjugi sebuah tempat bernama Grand Hotel untuk menginap sekaligus berlibur. Suasana yang asri ditambah pemandangan danau di dekat hotel, mulai membuatnya merasa tenang.

Advertisement

Ia kemudian memasuki sebuah galeri lukisan dan melihat sebuah lukisan wajah pemain teater tahun 1912 bernama Ellise McKenna (Jane Seymour) yang membuatnya jatuh hati. Richard kemudian mencoba kembali ke masa lalu dengan cara Selfhypnosis.

Film ini diadaptasi dari sebuah novel berjudul Bid Time Return yang terbit pada tahun 1975 karya Richard Matterson yang juga menulis naskah film ini. Film ini sendiri disutradarai oleh Jaenot Szwarc. Tayang perdana pada tanggal 3Oktober 1980 di Amerika Serikat. Film ini berdurasi 1 jam 43 menit.

Advertisement

Sebuah kisah romansa yang unik serta menarik yang pastinya tidak membuat kita mersa bosan ketika menonton film ini. Hal paling menarik di dalamnya adalah momen ketika Richard menjelajah waktu dari tahun 1980 ke tahun 1912. Banyak dari kita yang berfikir film ini akan menampilkan sebuah mesin waktu seperti halnya film time travel pada umumnya.

Alih-alih sebuah mesin waktu film ini justru menampilkan time travel dengan menggunakan pikiran dan alam bahwah sadar, tentunya film ini memiliki alur yang berbau psikologis. Sebuah gagasan menarik jika disatukan dalam sebuah film bergenre romance.

Secara garis besar, film ini sendiri memberika sebuah pesan kepada kita, bahwa barangkali kita berpikir tentang sebuah penjelajahan waktu baik untuk melihat masa depan ataupun kembali ke masa lalu, tapi itu tidak lebih dari sebuah imajinasi didalam alam bawah sadar kita sendiri     

Selain cerita yang menarik ditambah pesan tersirat di dalam filmnya, keunggulan lain dalam film ini terdapat pada aspek editing. Di mana film ini menggunakan warna hangat seperti kuning, cokelat, dan oranye yang membuat kita mersakan nuansa kehangatan dari kisah cinta Richard dan Ellise di sepanjang film. Selain itu film ini tihanya bermain transisi frame by frame dalam menggambarkan adegan perjalanan waktu tanpa sebuah efek visual seperti halnya film sci-fi bertema time travel yang popular di era tersebut.  

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini