Review Buku: Rehat Dulu Oleh Syahid Muhammad

Rehat yang berarti istirahat.

Sekitar satu bulan yang lalu, tepatnya saat saya berulang tahun. Saya menghadiahi diri sendiri dengan buku limited edition karya Syahid Muhammad (@iidmhd). Buku ini saya katakan limited edition karena hanya dijual selama 5 hari dalam versi digital dan tidak akan diperjualbelikan ataupun dicetak. Benar-benar hanya dilakukan pre-order selama 5 hari. Dalam postingannya di instagram Syahid menuliskan caption, “E-book tidak akan dicetak dan sudah tidak dijual lagi. Kalau kalian dapat/membeli e-book selain dari saya. Selamat, kamu penjahat. Hehe. Terima kasih semuanya”. Di akhir kalimat, Syahid membubuhkan emoticon berbentuk hati, pertanda ia menyayangi para pembaca yang bisa bertanggung jawab dengan e-book tersebut.

Advertisement

Jika dipikir-pikir, sebenarnya Syahid cukup mengambil risiko saat menerbitkan buku Rehat Dulu. Sebab selama pandemi Covid-19, banyak e-book bajakan yang berseliweran melalui pesan whatsapp. Bukannya malu, para pelaku pembajakan buku ini justru merasa bangga karena sudah membagikan bahan bacaan bagi teman-temannya. Katanya, “Selama pandemi berlangsung, kami tidak mampu membeli buku bacaan. Sedangkan diri sudah sangat-sangat bosan. Toh, isinya sama saja. Yang penting bisa dibaca”.  Hahaha. Lucu juga. Padahal masih banyak alternatif lain agar tetap bisa membaca buku. Contohnya bisa menggunakan aplikasi iPusnas. Di iPusnas siapa saja bisa meminjam buku. Prosedur peminjamannya pun sama dengan perpustakaan pada umumnya. Jika buku yang ingin dipinjam sudah habis maka kita harus mengantre terlebih dahulu.

Sudah-sudah. Mari beralih dari e-book bajakan dan kembali pada buku Rehat Dulu. Syahid Muhammad merupakan seorang novelis yang telah menerbitkan 7 buku versi cetak dan 1 buku digital atau e-book. By the way, dari ketujuh buku yang sudah dicetak ulang hingga beberapa kali itu semuanya tidak lepas dari pesan-pesan tersirat mengenai kesehatan mental. Syahid memang dikenal sebagai novelis yang kerap kali menyuarakan tentang kesehatan mental. Ini juga sebenarnya jadi alasan mengapa saya menghadiahi diri dengan buku ini. Selain ingin merawat kesehatan mental diri sendiri, saya juga ingin suatu saat dapat menyuarakan isu kesehatan mental kepada teman-teman di sekitar saya.

Dalam bukunya yang versi digital ini Syahid berusaha mengusung tema sesuai dengan judulnya yaitu Rehat Dulu. Rehat yang berarti istirahat. Dan buku ini memang sebaiknya dibaca saat sedang istirahat, sehingga membacanya pun tidak perlu terburu-buru.

Advertisement


Oh, iya. Buku ini bukan novel dan lebih tergolong seperti buku self improvement.


Di dalamnya tidak akan ada tokoh-tokoh fiksi yang akan menjadi idola para pembaca. Namun, berisi tentang apa-apa saja yang lebih terkesan sebagai upaya menghargai dan meningkatkan kapasitas diri sendiri agar jauh lebih baik dari sebelumnya. Jadi, mari kita bahas lebih dalam mengenai buku ini. Ya, ini versi dan sesuai pengamatan saya, sih! 

Advertisement


Artwork cover yang unik


Seperti buku cetak, e-book juga memiliki cover yang harus dipertimbangkan secara matang. Tidak boleh hanya sekadar dianggap remeh. Bagi saya, artwork dari cover buku ini cukup unik. Kenapa? Karena tampilannya terlihat seperti digambar sendiri oleh Syahid dan terlihat mewakili isi buku tersebut. Pada cover-nya terlihat seorang tokoh yang digambarkan sedang duduk di sofa dengan selimut menutupi kakinya. Mulanya saya bingung, kenapa digambarkan sedang duduk sembari bermain gawai disertai gambar seperti benang kusut di atas kepalanya. Setelah selesai membaca, akhirnya saya mengerti maksud dari gambar tersebut adalah apa yang selama ini tidak terlihat oleh mata kita. Ya, semoga tidak salah tafsir. Hahaha.


Diksi yang ringan


Jika buku sebelumnya, Kamu Gak Sendiri, merupakan ungkapan perasaannya. Buku ini ditulis dengan menggabungkan antara ungkapan perasaan dan pikiran, bukan hanya miliknya saja namun juga milik orang lain. Dalam buku ini Syahid menuturkan segalanya dengan bahasa yang apik dan sederhana. Meskipun diksinya terbilang ringan, tapi pesan yang ingin disampaikan oleh Syahid tertulis dengan sangat jelas. Bahkan saya sangat kagum dengan gaya penulisannya yang tidak terkesan seperti menasihati, melainkan mengajak.Ya, kalau dipikir-pikir, sih, sesuai dengan cover-nya yang terdapat tulisan “Belajar sembuh seiring tumbuh”. Sepertinya buku ini memang dibuat sebagai ajakan untuk bersama-sama merawat mental agar sembuh dan juga tumbuh dengan baik.

Secara keseluruhan, saya sangat menyukai buku ini. Pada bagian-bagian tertentu yang memang terasa relate dengan kehidupan yang sedang saya jalani maka air mata tidak dapat terbendung. Seketika selalu tumpah ruah. Terlebih saya memang hanya membaca buku ini sebelum tidur dan sudah jadi kebiasaan bagi saya untuk membiarkan diri menangis sebelum rehat. Biasanya saya akan mengingat-ingat apa saja yang saya kerja dalam satu hari itu. Jika terasa sangat berat biasanya saya terlebih dulu menangis, lalu ditutup dengan berterima kasih pada diri sendiri karena sudah mampu bertahan. Ritual ini selalu saya lakukan sebelum tidur supaya dapat terbangun di esok hari dengan lebih lega. Dan ternyata dalam buku ini, Syahid juga mengajak kita untuk membiarkan diri jika dirasa memang perlu menangis.

Di tengah banyaknya manusia yang merasa insecure dan overthinking, buku ini sangat cocok dibaca. Sebab mengajak kita untuk lebih mengenal dan mencintai diri sendiri atau istilahnya self love. Jujur, kalau saja buku ini kembali diperjualbelikan atau dicetak, pasti saya akan merekomendasikan buku ini kepada teman-teman. Sayangnya, tidak. Maaf, dapat dikatakan saya termasuk orang yang beruntung. Hahaha.

Sebelum saya akhiri, dalam buku Rehat Dulu karya Syahid Muhammad ada kutipan yang benar-benar sangat saya sukai dan akan selalu saya ucapkan sebelum tidur. Begini kalimatnya, “Hey, makasih udah berjuang. Sekarang dengarkan diri perlu apa, kasih yang manis-manis. Tubuhmu, berhak dapat apresiasi dan dicintai dengan romantic juga. Setidaknya oleh dirimu sendiri, dulu”.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya adalah seorang mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dengan program studi ilmu komunikasi.