Usiaku saat itu 18 tahun, masih muda, penuh energi, dan belum memahami seputar kesehatan reproduksi. Waktu itu keputihan bukanlah suatu hal yang baru karena aku sudah mengalaminya sejak menstruasi pertamaku di usia 12 tahun.
Sebagai perempuan, aku mengakui bahwa keputihan adalah salah satu hal yang sangat meresahkan dan mengkhawatirkan. Selain aku tidak nyaman dengan kelembaban, aku juga sedikit parno dengan mitos-mitos buruk seputar vaginal discharge.
Kekhawatiranku semakin diperparah saat aku mengalami keputihan dengan nyeri perut bagian bawah, serta cairan yang lebih banyak dari biasanya. Aku semakin bertanya-tanya, "Sebenarnya apa ya yang terjadi dengan organ reproduksiku?"
Fyi, aku tidak pernah menggunakan sabun pembersih kewanitaan dan juga tidak pernah berhubungan seksual (apalagi menggunakan kontrasepsi). Hal tersebut perlu kujelaskan karena sumber-sumber di internet tidak pernah ketinggalan untuk menyebutkan tiga hal itu sebagai penyebab dari keputihan.
Apakah aku diam saja? Oh tentu tidak. Selain aku sibuk menerapkan tips-tips yang diberikan internet, aku juga mencoba bercerita ke salah satu teman. Dan temanku mengatakan bahwa mungkin aku hanya kecapekan atau stres aja. Okay, aku tampung pendapat dari temanku tersebut.
Hari ke hari aku semakin risih dengan jumlah cairan yang keluar sangat banyak dan mengharuskan aku untuk mengganti celana dalam sesering mungkin. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk memakai pantyliner untuk beraktivitas sehari-hari karena tidak ada pilihan lain.
Awalnya aku senang sekali karena benda kecil ini bisa menampung cairan keputihanku tanpa harus membuat celana dalam menjadi basah. Namun sayangnya, kesenangan ini hanya sementara.
Dalam satu hari aku mengganti panty sebanyak tiga kali tanpa memberi jeda untuk Miss V-ku bernafas tanpa panty. Hal tersebut aku lakukan selama dua minggu, benar-benar tanpa jeda. Sepertinya saat itu aku sudah mulai ketergantungan dengan pembalut kecil tersebut. Bagaimana tidak, benda tipis ini sungguh sangat memberikan kenyamanan terlebih untukku yang banyak beraktivitas.
Jalan tiga minggu pemakaian pantyliner, aku mengalami hal-hal janggal yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Nyeri perutku memang sudah lenyap, namun ada hal buruk lain yang datang menambah ketakutanku. Miss V-ku mengalami sedikit ruam yang gatalnya tak tertahankan.
Aku juga terkejut saat keputihanku tidak lagi berwarna putih. Cairan yang keluar berubah warna menjadi kuning kehijauan dengan tekstur seperti adonan tepung kental. Aku menangis saking takutnya. Tak kuceritakan hal ini pada siapapun karena malu dan takut dianggap yang nggak-nggak. The only thing yang bisa aku lakukan yaitu mencari jawabannya di Google.
Ternyata benar dugaanku bahwa pantyliner-lah penyebabnya. Google berkata bahwa kurangnya menjaga kebersihan saat menggunakan panty dapat menjadi tempat bagi jamur untuk berkembang biak dan menyebabkan iritasi.
Aku sangat bingung namun tak ada hal lain yang bisa aku lakukan selain berusaha tenang dan mencari solusi. Aku mencoba untuk mengkonsumsi banyak buah-buahan dan olahan susu seperti yogurt. Pantyliner pun tak lagi kugunakan karena sebisa mungkin aku harus menjaga vagina dari kelembaban.
Dalam 24 jam aku bisa mengganti celana dalam antara tiga sampai lima kali. Akupun menghindari untuk memakai celana dalam terlalu ketat supaya area kewanitaan bisa bernafas. Jujur, yang aku andalkan saat itu hanya kebersihan saja, bukan obat-obatan.
Selama masa menstruasi, aku juga menjaga kebersihan daerah kewanitaan dengan ketat supaya gatal tidak semakin menjadi-jadi. Aku usahakan untuk mengganti pembalut sebelum cairan penuh. Tidak ada effort berlebih yang aku lakukan selama masa menstruasi. Sekali lagi, aku hanya mengandalkan kebersihan saja.
Hari ke hari setelah menstruasi, dan minggu-minggu setelahnya, keadaanku semakin membaik. Keputihan masih ada namun warna dan teksturnya sudah normal, jumlahnya pun tidak membuat celana dalam menjadi basah seperti orang ngompol. Aku terus konsisten menjaga kebersihan dan say good bye untuk pantyliner dalam jangka waktu yang lama.
Apakah masalah ini terjadi karena pantyliner? Big no. Semua ini terjadi karena kesalahanku pribadi yang memakai panty terlalu berlebihan sampai menimbulkan iritasi.
Coba bayangkan betapa tersiksanya area kewanitaan saat kita tidak memberikan space sama sekali untuknya bisa bernafas karena terhalang oleh sesuatu. Yang ada justru bakteri jahat dan jamur berpesta pora di dalamnya.
Syukurlah sudah dua tahun sejak kejadian itu, aku tidak lagi pernah mengalami kejadian buruk tersebut. Pun aku mulai aware dengan kebersihan dan kesehatan area kewanitaan, karena bagaimana juga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting dan berharga untukku.
Bagi siapapun yang pernah mengalami keputihan dengan ciri yang tidak normal, segeralah ditangani. Kalau kamu bingung langkah apa yang harus kamu lakukan, aku sangat menyarankan kamu untuk tidak ragu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional. Dan untuk siapapun yang membaca ini, ingatlah untuk selalu menghargai alat reproduksi dengan menjaga dan merawatnya dengan sepenuh hati.
Memperbanyak literasi seputar kesehatan organ reproduksi akan membantu kamu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Hal yang bisa kamu lakukan adalah banyak membaca buku dan sumber-sumber digital yang membahas isu yang berkenaan dengan reproduksi, seksualitas, dan dunia remaja.
Salah satu platform yang relevan dengan bahasan tersebut yaitu Dokter Gen Z. Dokter Gen Z merupakan salah satu platform edukatif dan informatif yang membahas seputar kesehatan reproduksi, relationship dan banyak hal lain seputar remaja dan dunianya.
Karena di jaman sekarang ini, mempelajari dan membicarakan kesehatan reproduksi bukan lagi menjadi hal yang tabu dan ditutup-tutupi. Sehingga remaja harus mulai open terhadap isu-isu tersebut supaya hal-hal buruk dapat dihindari sejak awal. Maka dari itu, ingatlah bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan sampai penyesalan itu datang karena kurang peduli terhadap diri sendiri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”