Realita Kehidupan Anak Tunggal, Engga Melulu Soal Dimanja!


Wah enak ya jadi anak tunggal bisa jajan apa aja.


Advertisement


Pengen banget jadi anak tunggal biar ngga ada yang ganggu.


Kalimat yang sering saya dengar setelah mereka tahu kalau saya anak tunggal. Bosen? Banget, karena kenyataannya ngga seperti itu. Sebagian orang di luar sana berpikir menjadi anak tunggal itu istimewa karena bisa dapat semua yang dia mau.

Padahal tidak semudah itu, ferguso. Anak tunggal bukan berarti anak sultan yang minta barang hari ini, besuknya sudah dibelikan. Dari pengalaman pribadi, saya akan cerita sedikit ngga enaknya jadi anak tunggal.

Advertisement

Kalau kalian berpikir anak tunggal selalu dimanja itu wajar. Tapi kalian pernah ngga berpikir kalau hal itu bisa membuat mereka depresi. Dimanja ngga selalu berdampak positif bukan? Memang niat orang tua pasti baik yaitu ingin melindungi dan menjaga anaknya. Tapi kalau berlebihan justru jatuhnya posesif. Saya sebagai anak tunggal sering ngalamin perlakuan ini dari orang tua saya.

Misalnya saja, ada satu hari saat saya main dengan teman di salah satu mall di Solo. Pas itu kita lagi nonton film, namun tiba-tiba HP saya bergetar. Ternyata saya mendapat telepon dari Papa saya. Beliau juga WA saya kalau sudah ada di tempat parkiran. Padahal pas itu masih sekitar jam 5 sore dan masih ada 20 menit sebelum film kelar yang artinya itu part klimaksnya. Kan ngga lucu kalau sudah nonton dari awal tapi ngga tahu akhirannya.

Advertisement

Itulah yang saya sesalkan dari sikap orang tua saya.  Padahal, sebelum berangkat saya sudah bilang mau menonton film dan akan mengabari kalau sudah selesai. Saya juga bukan tipe anak malam. Saya tahu waktu kapan saya harus pulang. Tapi orang tua saya selalu berpikir yang berlebihan. Saya tidak tahu alasan tepatnya tapi sungguh, hal itu membuat saya kurang nyaman. Malah jatuhnya seperti orang tua yang tidak percaya pada anaknya.

Pengalaman lain adalah saat minta dibelikan sesuatu. Pasti banyak nih yang mikir anak tunggal selalu dapat apapun yang dia mau dengan mudah. Padahal ngga semua juga bisa didapatkan. Orang tua saya bukan tipe yang nyah-nyoh alias langsung membelikan, kecuali jika itu barang yang sangat penting seperti untuk keperluan sekolah. Jadi, saya juga harus usaha dulu lewat menabung. Saya harus sabar menunggu uang saya terkumpul. Setelah itu, kalau masih ada kekurangan baru ditambahi oleh orang tua saya.

Saya tidak mengeluhkan hal itu pada orang tua saya karena menurut saya ada ajaran yang baik dibalik itu semua. Kalau mau sesuatu ya harus ada usahanya. Hanya saja,  saya menyesalkan pemikiran orang lain yang selalu menganggap anak tunggal mudah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Padahal saya juga seperti anak lain bukan? Tapi entah sampai kapan pemikiran itu akan terus ada.

Anggapan jadi anak tunggal enak karena ga ada yang ganggu. Hmm, mari bicarakan baik-baik. Karena kondisi pandemi saat ini tidak memungkinkan untuk sering keluar rumah, jadi dari pagi sampai pagi lagi selalu sendirian di dalam rumah.

Kalau stres bingung mau cerita ke siapa karena terhalang gengsi kalau harus cerita ke orang tua. Nah, kalau masalahnya sama orang tua? Engga tahu deh harus bagaimana lagi. Kesepian. Itulah yang dirasakan anak tunggal kalau cuma di rumah aja.

Makanya kadang heran dengan mereka yang punya saudara tapi tidak bisa akur. Memang kurang mengerti hal itu karena saya tidak pernah mengalaminya, hehe, jadi maaf ya kalau salah. Yang saya pikirkan hanya sayang kalau punya waktu bareng tapi selalu berantem dan bukan melakukan hal yang menyenangkan bersama.

Saya kadang iri bahkan dengan peristiwa kurang menyenangkan itu (berantem). Menurut saya punya saudara kandung jauh lebih baik daripada jadi anak tunggal. Kenapa? Kalaupun merasa kesal ada objek tempat melampiaskan amarah.

Seringkali kami (anak tunggal) hanya memendam kalau ada masalah karena memang sudah terbiasa sendiri. Akhirnya jadi overthinking dan nangis sendirian di kamar tanpa ada satu orang pun yang tahu. Apalagi kalau masalahnya sama orang tua. Rasanya kaya benar-benar sendirian. Kalau ada saudara kandung, bisa diajak curhat entah didengarkan atau tidak tapi rasanya akan sedikit lega bukan? Bukankah lebih enak kalau punya saudara yang bisa menjadi tempat untuk berkeluh kesah?

Seperti yang saya lihat dari keluarga lain yang memiliki tiga anak. Mereka memang sering berantem waktu masih kecil. Tetapi sekarang mereka sudah tumbuh dewasa dan ngga berantem sampai nangis-nangis lagi. Paling hanya saling bercanda satu sama lain. Kalau ada yang punya masalah, yang lain akan memberi nasihat dan sarannya.

Mereka saling berbagi sudut pandang dan saling memahami satu sama lain. Menurut saya itu merupakan satu hal yang sangat berharga, memiliki seorang saudara yang saling percaya dan menghargai satu sama lain.  

Bagaimana pun juga, kehidupan setiap orang itu berbeda. Ada anak tunggal yang dimanja orang tuanya karena mereka memang mampu secara finansial. Tapi ada juga anak tunggal yang diperlakukan sama seperti anak bersaudara lainnya. Ada yang diperlakukan posesif, ada juga yang hidupnya dibebaskan.

Karena perbedaan itulah, jangan lagi menyamaratakan pemikiranmu tentang anak tunggal ya, hehe. Engga semua anak tunggal selalu hidup enak seperti yang kalian pikirkan selama ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini