Surat Terbuka untuk Mereka yang Sampai Saat Ini (Masih) Meremehkan Corona

Meremehkan corona


 “Saya nggak takut Corona, malah jadi nggak bertetangga, saya takut sama Tuhan!”


Advertisement

Entah kenapa kalimat itu sering diucapkan oleh orang-orang di lingkungan domisili kita. Terlebih saat ini mall, bandara, dan pelabuhan sudah boleh beroperasi lagi. Kebayang nggak gimana perasaan kita? Secara tersirat sepertinya kita jadi dianggap lebih takut Corona ketimbang Tuhan kan?

Padahal sebenarnya kita juga takut Tuhan. Bukan berarti meskipun di rumah saja kita tidak mengerjakan ibadah seperti sholat wajib, sholat tarawih, dan tadarus. Namun, apakah kita juga harus lapor dengan orang lain tentang ibadah apa saja yang sudah kita lakukan di rumah? Kalau iya, lalu untuk apa? Apakah bisa membuat kalian tidak menggunjing kita? Tidak juga kan? Tersebab, kalian menggunjing tetangga itu mungkin karena tetangga tersebut tidak sesuai dengan keinginan kalian kan? Sebagai seperantau sepertiku yang tinggal di lingkungan keras seperti ini ya biar-biarkan saja lah mereka mau ngomong gimanapun tentang kita seperti; ngeghibahin kita. sebenarnya aku juga nggak habis pikir dengan orang-orang seperti itu.

Tersebab, aku dan pasanganku sudah bela-belain nggak mudik, setiap pulang kerja langsung cuci tangan, ganti baju, mandi, dan social/physical distancing demi memutus rantai penyebaran. Kita tidak bertetangga saat ini juga karena kami menjaga diri, mungkin salah satunya ada benarnya mereka mengira kita itu takut kena virus Corona.

Advertisement

Namun, sebenarnya bukan hanya itu saja, tetapi karena kami takut jika kami berbaur justru bisa jadi kamilah yang menularkan virus itu ke mereka. Mengapa? Ya gimana tidak, sekarang lagi marak-maraknya “orang tanpa gejala” dan setiap orang yang sehat itu potensi berstatus “orang tanpa gejala” sih menurutku. Apalagi aku dan pasanganku masih harus bekerja dan bertemu dengan orang banyak di instansi perusahaan maupun pendidikan. Otomatis kita bisa jadi terkena virus tetapi tetap sehat.  Intinya kami menjadi diri kami dan menjaga orang-orang di lingkungan kami berdua. Sesayang itu lho kita sama orang lain.

Akan tetapi, justru dianggap berbeda oleh para tetangga yang budiman. Baiklah, tidak mengapa. Toh kita juga tidak bisa memaksakan orang lain untuk sama dengan mindset kita. Jadi tidak perlu membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak bisa kita paksakan. Saat ini, fokus kita sebagai masyarakat hanyalah berkomitmen untuk tetap di rumah saja kecuali “kerja” atau ada keperluan yang sangat penting. Mengapa? Karena tentu kita semua ingin virus ini segera hilang, masyarakat sehat, dan kita bisa kembali bersua dengan keluarga di kampung halaman. Jadi, ayolah kita sama-sama saling berkomitmen untuk memerangi virus ini bersama-sama tanpa egois bahkan sampai berkumpul dengan beberapa orang hanya untuk saling menggunjing di bulan puasa seperti ini.

Tidakkah lebih baik kita semua berlomba-lomba secara diam-diam meraih ridha dan pahala-Nya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan? Mari sama-sama kita berpikir positif, tidak memberikan tekanan sosial kepada yang lain, dan tidak egois. Semoga semua akan baik-baik saja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini