Ramadhan Pertama di Perantauan

Ku kira akan sulit, tapi semua masih lancar-lancar aja

Merantau adalah sebuah perjalanan seseorang menuju tempat tertentu dengan maksud tertentu. Biasanya orang pergi merantau karena alasan pekerjaan, menuntut ilmu, dan mencari uang. Mereka yang merantau dengan tujuan tertentu biasanya akan tinggal di suatu tempat yang jauh dari daerah asal mereka dan dengan itu membuat mereka terpaksa jarang pulang ke daerah asal mereka, kecuali jika ada libur panjang dan keadaan–keadaan tertentu yang membuat mereka harus pulang. Kebanyakan mereka yang merantau pasti akan pulang ke daerah asalnya pada saat lebaran tiba dan biasanya pada saat lebaran memang ada cuti yang bisa mereka manfaatkan untuk pulang ke daerah asal mereka.

Advertisement

Sebenarnya, tidak hanya perantauan yang akan pulang ke daerah asal mereka saat lebaran atau liburan panjang, kadang ada juga yang sudah menetap di suatu daerah dan mereka akan pulang ke daerah asal mereka yang di mana di sana masih ada orang tua atau keluarga mereka untuk dikunjungi dan melepas rasa rindu. Ada satu hal yang membuat orang yang sedang merantau sangat rindu kepada keluarganya, yaitu saat menjalankan puasa dan suasana rumah di bulan Ramadhan, apalagi bagi orang yang pertama kali Ramadhan di perantauan dan jauh dari keluarga. Pada Ramadhan tahun 2023 ini adalah Ramadhan pertama saya di perantauan, jadi saya akan meluapkan apa yang saya rasakan selama menjalani puasa di bulan Ramadhan di perantauan, lebih tepatnya saya adalah anak kost yang sedang merantau untuk menuntut ilmu.

Menjalani Ramadhan pertama ini di perantauan tentu saja menjadi pengalaman baru bagi saya. Di mana keadaan ini membuat saya untuk buka puasa dan sahur sendirian di kost padahal biasanya bisa sahur dan buka bersama keluarga di rumah, tentu saja ini rasanya sangat berbeda dan terasa sepi walaupun banyak teman–teman kost juga yang menjalankan puasa. Selain keadaan ini membuat saya harus buka puasa dan sahur sendirian, saya juga harus menyiapkan makanan untuk buka dan sahur sendirian, tapi untungnya di kost saya ada kantin yang penjualnya adalah ibu kost saya sendiri, jadi saya tidak perlu repot–repot membeli makanan untuk buka puasa dan sahur yang harus saya beli di waktu yang sangat pagi. Salah satu rintangan di bulan puasa bagi perantauan atau anak kost adalah ketika sahu, di mana yang membangunkan kita hanyalah alarm HP atau jam beker, terkadang kita lupa menghidupkan alarm ataupun hanya mematikan alarm lalu lanjut tidur lagi, dan akhirnya membuat kita tidak sahur. Tetapi, karena ibu kost di kost saya menjual makanan di kantin ketika sahur, jadi ibu kost bisa membangun anak anak–anak kostnya untuk sahur dan tidak terlambat sahur.

Sebenarnya tidak harus membeli makanan untuk sahur ataupun berbuka puasa, tapi saya lebih memilih untuk membeli makanan daripada memasak karena saya malas untuk mencuci alat masak dan alat makan, jadi lebih praktis untuk membeli. Selain itu, supaya tidak sepi sebenarnya saya bisa buka puasa atau sahur bersama teman–teman ke luar, tapi itu harus meluangkan banyak waktu karena jika pergi bersama pasti lebih banyak waktu yang terbuang, jadi saya dan teman–teman jarang buka bersama dan sahur bersama. Kami lebih sering berbuka puasa dan sahur sendiri. Dengan adanya teman, itu cukup menghilangkan rasa sepi dan kangen dengan rumah, anggap saja teman – teman di perantauan adalah keluarga yang bisa saling membantu dan melakukan beberapa hal bersama.

Advertisement

Yang saya bayangkan terhadap Ramadhan pertama di perantauan ini adalah mungkin saya akan kesusahan untuk mencari makan untuk sahur. Tetapi ternyata sangat banyak penjual makanan yang buka di waktu sahur, termasuk kantin di kost saya. Jadi, jika saya keluar kost, saya tidak akan kebingungan mencari makan untuk sahur. Tetapi tetap saja sendirian jika keluar mencari makan untuk sahur. Padahal biasanya sudah dimasakkan makanan oleh ibu di rumah tanpa perlu keluar rumah mencari makanan. Di Ramadhan pertama di perantauan tahun 2023 ini, saya belajar untuk mengatur dan memanfaatkan waktu sebaik–baiknya dan menghindari begadang karena saya perlu bangun sangat pagi untuk sahur di mana saya dibangunkan oleh alarm dan supaya tidak terlambat untuk sahur. Sebenarnya tidak masalah jika saya begadang karena akan ada ibu kost yang akan membangunkan saya di saat sahur, tapi siapa tahu di satu hari ibu kost tidak membuka kantin untuk berjualan dan tidak membangunkan anak–anak kostnya, maka dari itu saya harus bisa bangun sendiri dengan menggunakan alarm.

Saya pikir akan sangat berat menjalani Ramadhan di perantauan, tetapi semuanya berjalan lancar–lancar saja. Semua itu tergantung diri kita masing–masing yang menjalaninya dengan senang hati atau dengan berat hati. Meskipun di kost saya tinggal sendirian, tapi saya tidak akan makan atau minum diam–diam di kost karena tidak ada orang yang melihat. Ada beberapa teman saya yang muslim, tapi dia tidak puasa dengan sengaja, entah apa alasannya. Saya juga pernah diajak teman saya untuk makan di waktu puasa, tapi saya langsung menolaknya walaupun saya merasa lapar dan haus karena puasa merupakan kewajiban bagi orang Islam. Bukan berarti tidak bersama orang tua di perantauan kitab isa sesuka hati melakukan hal yang tidak baik, justru ini waktunya untuk belajar mandiri dan tetap di jalan yang lurus meski tidak diawasi orang tua.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis