“Nuk, sayang banget kamu tidak bisa denger suara-suara orang bangunin saur disini. Rame banget setiap subuh tahun kemarin. Mungkin karena ada wabah ini di tiadakan” kata temanku saat menjelang saur puasa pertama. Aku hanya dia dan berkata dalam hati "aku rindu rumah", yang ketika saur warganya saling membangunkan. Air mataku menetes di dalam hati.
Hari ke 2 puasa
SAUR… SAUR.. SAUR…
DUM DUM DRUM DRUM DUM
TRENG TRENG TRENG
Sontak aku terbangun dengan sangat kaget, aku pikir terjadi sesuatu. Ternyata beberapa anak melakukan keliling didaerah ini untuk membangunkan saur, tetap berjaga jarak. Hahaha, aku tertawa spontan karena termanku pun terkaget-kaget.
“aku pikir orang-orang ini sudah punah” ujar temanku.
Jadi ini suasana kampung yang temanku katakan. Akan ada yang rutin membangunkan setiap saur. Hari-hari mulai berlalu, setiap subuh setengah 3 mereka akan mulai berkeliling membangunkan. Kadang ada saat aku sedih dimana niat baik mereka kadang ditolak. Ada yang mengusir mereka ada juga yang memaki mereka seperti temanku. Padahal berkah untuk bangun saur itu sungguh besar dna luar biasa sangat sayang untuk dilewatkan.
Aku selalu bersyukur setiap kali mereka mulai membangun orang-orang, jika saja mereka tidak melakukannya aku mungkin akan selalu bangun kesiangan. Mereka selalu memiliki ide dan pralatan baru, setiap saur akan ada saja hal mengagetkan terdengar. Kadang mereka menggunakan benda yang terbuat dari plastik keras atau kadang mereka menggunakan benda yang terbuat seng. Bahkan mereka menyiapkan yey yey yey yang setiap hari ganti. Jika kelak aku memiliki rezeki lebih aku ingin menghadiahkan sesuatu kepada anak-anak itu. Sungguh.
Aku mulai terbiasa, kemudian sejenak aku berpikir. Jika kalian berada didaerahku kalian akan tertawa. Awalnya aku merasa, antara kesal karena kaget dan bahagian karena sudah bangun saur. Ini tidak buruk karena hal ini membuatku saur tepat waktu. Semoga anak-anak itu selalu sehat, mereka adalah pilar suatu negara kelak nanti di masa depan dan negara tercintaku, semoga engkali segera pulih dari wabah ini.
Ramadan kali meski jauh dari rumah, aku tetap merasa seperti di kampung. Ini akan menjadi pengalaman dan memori yang tidak terlupakan bahkan akan menjadi kenangan rindu. Untuk keluarga, meski rindu tetap bisa komunikasi setiap saat aku harap kita semua baik-baik saja meski tidak bersama. Salam untuk anak-anak kebayoran baru daerah rt 6 hahahaha. Kalian menggemaskan hingga ingin aku siram air.
#RamadandiPerantauan #PelukJauh
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”