Tahun ini ujian yang Allah kasih sungguh luar biasa. Tidak pernah terbayang sesuatu yang tak kasat mata (baca:virus Covid-19) bisa merusak semua ekspektasi.Â
Menjelang idul fitri semakin sering gerimis batin ini.Lihat rendang dan ketupat seketika ingat ibu. Pasti beliau sibuk sekali memasak banyak hidangan untuk disantap bersama di pagi lebaran.
Liat teman buat kue lebaran terbayang repotnya ibu, kakak dan adik-adik di rumah yang sedang ikutan buat kue lebaran. Aku pengen pulang.Â
Tahun ini dengan sangat terpaksa harus jauh dari keluarga di kampung halaman. Meresapi takbir yang berkumandang dari kamar kos sendiri. Hanya tersisa beberapa orang yang kebetulan memang tak punya keluarga lagi atau memang tak ingin pulang kampung, selebihnya teman-teman satu kos sudah pergi mudik meski himbauan untuk tidak mudik sudah ditegaskan.
Tak ada ketupat atau rendang buatan ibu yang bisa tersaji. Tidak ada kue lebaran. Tak bisa berpelukan atau bersalaman bersama keluarga, meminta maaf pada kedua orang-tua. Rindu yang sudah ditahan dengan harap lebaran bisa terbalas akhirnya pupus sudah.Â
Berada di wilayah zona merah membuat aku harus mengurung keinginan terdalam untuk pulang ke kampung halaman.
Memilih untuk tidak mudik disaat banyak orang yang nekat mudik itu adalah sebuah keputusan yang sulit.
Mengalahkan banyak bisikan jahat dan keegoisan diri. Aku sayang keluargaku, aku tak ingin mereka terkena imbas dari keegoisan ku. Ya biarlah airmata yang mengalir di malam lebaran ini jadi saksi betapa aku ingin pulang.Â
Sungguh rindu ini berat sekali. Melihat teman yang bisa mengisi waktu #dirumahsaja dengan keluarga sekedar membuat kue lebaran hati ini sudah gerimis. Senang sekali rasannya bisa kumpul bersama keluarga. Apalah daya kami yang hanya memanfaatkan kuota internet untuk mengobati rindu dengan melihat wajah ibu dan bapak dari layar handphone.Â
Sebisa mungkin kami tahan air mata saat bertatap muka secara virtual dengan mereka. Biar ibu dan bapak tak bersedih. Meski sulit menutupinya tapi kami mampu meyakini, kami baik-baik saja lebaran di perantauan.Â
Bu pak, Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Mohon maaf lahir dan batin.
Hanya mampu mengucapkan selamat idul fitri melalu video call, tak apa tak berjumpa sekedar mendengar suara kalian saja sedikit mengobati rindu yang menumpuk ini.Â
Semoga keluarga disana diberi kesehatan dan dilindungi Allah. Semoga kita segera bertemu. Semoga wabah ini segera berlalu biar kita hidup kembali normal. Salam rindu dari putrimu di perantauan
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”