Ramadan Kali Ini Mengajarkan Arti Rindu yang Sesungguhnya. Tidak Ada Kolak Buatan Mama

Tidak Ada Kolak Buatan Mama

Film Dilan tahun 2018 cukup mencuri perhatian publik dengan kata-kata andalannya “Rindu itu berat, biar aku saja”. Awalnya saya tidak percaya kalo rindu bisa seberat itu. Sebuah kalimat gombal yang dilantunkan seorang bocah ke pacarnya. Namun akhir-akhir ini saya mulai percaya dengan nasihat Dilan. Ramadan kali ini mengajarkan arti rindu yang sesungguhnya. Tidak ada kolak buatan Mama.

Advertisement

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Ramadan kali ini begitu terasa sulit. Pandemik Covid-19 ada di tengah-tengah kita semua. Tidak ada bukber dengan teman-teman, tidak ada sholat tarawih di masjid, dan tidak ada masakan lezat buatan mama. Yap, saya seorang buruh yang sedang merantau di Jakarta. Jakarta menjadi kawasan zona merah sejak Maret 2020. Angka penyebaran Covid-19 terus melonjak hingga ribuan kasus. Akibatnya, akses keluar masuk Jakarta sangat dibatasi. Saya terjebak di ibu kota, tidak bisa pulang ke rumah. Tidak ada kolak buatan Mama

Saya ingat betul momen itu, mulai dari pengurangan armada Transjakarta, ukur suhu tubuh di stasiun, dan semua orang wajib menggunakan masker. Baru kali ini merasakan pengalaman menakutkan ditahun pertama saya merantau di Jakarta. Peresmian PSBB (Pembatasan sosial bersekala besar) di Jakarta membolehkan saya kerja dirumah sementara waktu. Dua hari pertama saya berdiam di kosan, setelahnya memutuskan untuk numpang di rumah tante.

Rasa sepi, sedih, dan marah terus singgah di hati saya. Mengapa peristiwa ini terjadi di saat saya sedang jauh dari keluarga? Di saat ramadan datang? Rasanya tidak adil sekali. Setiap hari selalu datang perasaan cemas, terlebih memikirkan keluarga dirumah. Maklum, ada mama dan nenek dirumah yang usianya sudah tidak muda lagi, ditambah kakak yang bekerja sebagai perawat. Bagaimana kondisi keluarga di rumah? Saya benar-benar tidak bisa pulang untuk memastikan mereka sehat.

Advertisement

Tidak pernah bosan saya menanyakan menu lauk buka puasa di rumah via telpon. Setidaknya jawaban mama akan mengobati rasa rindu saya tentang ramadan di rumah. Saya masih bersyukur dengan keadaan ini. Setidaknya makan dan tempat tinggal sudah dijamin tante saya. Salah satu teman saya bercerita bahwa ramadan tahun ini begitu berat. Dia tinggal dikosan sendiri. Sulit saat bangun sahur dan sulit memilih menu buka puasa karena takut keluar kosan. Teman saya bergumam, “lengkap sudah, ramadan di tanah rantau ditambah ada Covid-19”. Terkadang mereka bosan dengan menu makanan yang hanya itu-itu saja. Rasanya tidak seenak buatan mama dirumah. Tapi disisi lain harus tetap bersyukur karena masih ada rezeki untuk makan. Kadang dalam hati berbisik, “Boleh tidak sih mengeluh sambil bersyukur?” Tidak ada Kolak buatan Mama

Momen paling sedih adalah saat saya membatalkan tiket mudik yang sudah dipesan sebelumnya, tercantum tanggal pulang 20 Mei 2020. Saya percaya, mental seorang perantau lebih kuat dari siapapun. Mereka memilih untuk tetap bertahan dalam situasi yang sulit. Tetap bekerja untuk bisa menyambung hidup. Tidak ada Kolak buatan Mama

Advertisement

Dokter dan perawat yang rela tidak bertemu keluarga, seorang relawan yang masih sibuk membantu warga, seorang pegawai kantoran yang terjebak ditanah rantau, seorang buruh harian yang terus berjuang agar bisa bertahan hidup, kalian semua harus semangat. Terima kasih sudah bertahan, menyimpan bosan selama 2 bulan lebih karena PSBB, dan kuat menahan rindu. Percayalah semua ini akan berlalu. Tetap jaga kesehatan dan jangan pernah bosan untuk berdoa. Hari yang kita tunggu akan segera datang, hari dimana kita semua bisa berkumpul.

Tak apa jika tahun ini tidak makan kolak buatan mama. Pasti akan diganti Allah di tahun depan. Kamu bisa makan sepuasnya sampai pancinya bersih.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini