#RamadandiKampungku – Apem, Makanan Unik Pembuka Bulan Suci

Di Yogyakarta, tradisi membuat apem sudah turun temurun dilakukan untuk menyambut bulan Ramadan. Tapi, apa ya tujuan sebenarnya?

Bulan suci Ramdan telah tiba. Umat muslim di berbagai belahan dunia menyambut dengan suka cita. Tak terkecuali dengan masyarakat Yogyakarta yang mayoritas beragama islam. Salah satunya dengan membuat makanan khas menyambut bulan Ramadan: kue apem.

Advertisement

Kue apem sendiri merupakan jajanan tradisional yang umum dijumpai. Kue ini terbuat dari adonan tepung beras, santan, gula, dan ragi. Bisa juga ditambah dengan tepung terigu agar teksturnya lebih lembut. Cara memasaknya pun sederhana. Cukup dipanggang di atas cetakan berbentuk wajan kecil seperti kue serabi hingga kecokelatan. Kue apem pun siap disajikan sebagai camilan.

Tak berbeda dengan kue apem pada umumnya, tradisi membuat kue ini khusus dilakukan menjelang bulan Ramadan saja. Umumnya, masyarakat khususnya ibu-ibu, akan memasak bersama apem ini. Nantinya, kue apem yang sudah matang akan dibagikan kepada warga setempat.

Tak hanya apem. Makanan lain juga dibagikan untuk dikonsumsi bersama apem. Sajian ini biasanya mudah ditemukan saat acara kenduri atau hajatan warga. Sebut saja kolak pisang dan ubi, ketan, hingga nasi lengkap dengan lauk dan sayur. Di daerah penulis, tradisi ini masih berjalan hingga kini.

Advertisement

Tak lekang oleh jaman, membuat apem dirasa bisa sebagai pengingat bahwa bulan suci semakin mendekat. Serta, kerja sama antarwarga dapat membuat silaturahmi semakin erat.

Konon, tradisi ini berawal dari lingkungan kerajaan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat luas pun mengadopsi tradisi membuat apem untuk menyambut bulan suci. Beberapa wilayah bahkan membuat apem secara besar-besaran untuk diarak dan dibagikan kepada masyarakat luas.

Advertisement

Lantas, mengapa harus apem?

Kata apem sendiri merupakan perwujudan dari kata 'afuwwun' dalam bahasa Arab, yang berarti 'ampunan'. Dengan membuat apem, diharapkan menjadi pengingat bahwa kita memohon ampunan dari Yang Mahakuasa. Terlebih di bulan suci, ibadah harus lebih giat lagi.

Begitu pula dengan makanan pendamping apem yaitu kolak dan ketan. Kolak erat kaitannya dengan kata 'khaliq' yang dalam bahasa Arab berarti 'Sang Pencipta'. Sedangkan ketan merupakan bentuk dari ikatan yang terjalin antara manusia dengan Tuhan-nya.

Menarik bukan? Masyarakat Jawa yang lekat dengan filosofi pun tercermin dari hidangan yang disajikan. Tentu tradisi ini menjadi nilai tersendiri bagi warga Yogyakarta. Selain habluminannas atau hubungan kerja sama antarmanusia, juga habluminallah atau hubungan manusia dengan Allah SWT,.

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi sobat Hipwee yang menjalankan!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Freelance Writer. Suka makan, suka jalan-jalan, tapi lebih suka kalo sama kamu.