Ramadan Ketiga tanpa "Komandan", Kami Mulai Bangkit karena Semangat yang Dicotohkannya

Menjalani puasa Ramadan tanpa sosok Ayah yang selalu semangat

Sudah tiga tahun lamanya sosok Komandan di keluarga kami telah berpulang. Meskipun kami mulai terbiasa dengan ketidak hadirannya, namun dalam hati ini tetap terbayang sosoknya yang penuh semangat meskipun sedang berpuasa Ramadan. Dari pagi sampai menjelang buka puasa dan bahkan sampai sahur tiba, selalu saja sosok Komandan kami ini terus memberikan kami contoh semangat yang luar biasa.

Advertisement

Ya, demikianlah saya menggambarkan sosok ayah. Pagi hari setelah salat subuh, ayah saya selalu memilih untuk berolahraga. Entah itu bersepeda, berjalan kaki, atau sekedar membersihkan rumah dari depan sampai belakang. Menurut beliau, puasa itu tidak bisa dijadikan untuk bermalas-malasan, apalagi dirinya menyebut jika kegiatan ini bagian dari kesibukannya yang baru lantaran sudah pensiun.

Setelah pagi hari berkegiatan dan beristirahat secukupnya, Komandan selalu pamit ke ibu saya untuk pergi ke masjid. Ada saja yang diurus jika menyangkut masalah masjid, entah berdiskusi mengenai kegiatan rutin, perbaikan masjid, dan hal-hal lainnya. Jika diminta untuk istirahat, ayah selalu menjawab "buat kegiatan, dinggo sangu sok mben" (untuk bekal besok).

Jika sudah memiliki niatan tertentu, sebisa mungkin ayah melaksanakannya. Terlebih lagi, ayah masih terbawa-bawa sikapnya saat masih bertugas. Saat dihubungi oleh seseorang, ayah sering kali menjawab "siap perintah". Bulan Ramadan, ladangnya pahala sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Kyai saat memberikan ceramah. "Fastabiqul Khairat" berlomba-lomba dalam kebajikan. Itulah prinsip yang dipegang oleh ayah saat melakukan segala aktifitasnya terutama saat berpuasa.

Advertisement

Setelah berjalan tiga tahun semenjak Komandan berpulang, kami perlahan mulai bangkit dan menekankan pada diri kami bahwa hidup terus berjalan dan sekarang giliran kami untuk "mencari sangu". Tugas saya, sebagai anak hanya bisa mendoakan setiap harinya, dan berbuat kebaikan seperti yang diajarkan oleh ayah. Dengan begitu, ayah tetap mendapatkan imbalan dari apa yang saya perbuat untuk beliau.

Ritme keseharian terutama dalam berpuasa yang biasa saya lihat dari sosok Komandan, perlahan-lahan mulai saya lakukan. Meskipun belum mendekati, tetapi setidaknya rasa semangat yang diperlihatkan oleh ayah semasa hidup dapat mengubah kebiasaan saya saat berpuasa. Ibu kini juga semangat dalam berkegiatan lagi, sudah berusaha mengikhlaskan kepergian dari Komandan. Mulai aktif berkegiatan sosial, berkumpul lagi dengan grup pengajiannya, dan bersemangat kembali dalam kontrol rutin kesehatan.

Ayah, sebenarnya kami khususnya saya rindu sekali dengan semangatmu. Caramu membangunkan kami saat sahur, mengajak kami berolahraga meskipun sedang puasa, atau saat memaksa kami untuk berangkat ke masjid ketika adzan berkumandang. Ayah, semoga anakmu ini bisa mencontoh yang biasa ayah lakukan di rumah. Komandan, Siapp Perintah!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

suka baca dan belajar menulis