Hidup bukan untuk mata-mata ataupun pura-pura baik, seolah-olah tidak terjadi masalah. Hidup memang pilihan, akan tetapi bukan untuk menjadi seorang pecundang dalam pandangan orang lain.
Betapa banyak orang-orang yang tidak mau mengutarakan pikirannya tentang keadaan yang sebenarnya. Enggan berbicara, entah karena malu atau memang sengaja tidak mau menjelaskan bahwa dirinya sedang dilanda problem yang seharusnya ia diceritakan.
Bahagia memang keinginan seorang insan di dunia. Kalau ditanya, "mau bahagia atau mau susah?" yang jelas jawabannya adalah mau bahagia. Atau mungkin juga ada seseorang yang menjawab dengan jawaban sebaliknya, yakni, mau susah.
Ketika mendengar jawaban terakhir itu, yang jelas pikiran kita pasti terkejut. Apakah orang ini sudah bosan dengan kebahagiaan? Atau ia hanya bersandiwara karena hidupnya memang tak pernah disinggahi kebahagiaan?Â
Berbicara masalah bahagia atau tidak yang paling dominan adalah karena malu untuk mengungkapkan sesuatu yang hasilnya di luar prediksi. Ia tetap menyimpan seribu keluh-kesah dan pura-pura bahagia.Â
Tanpa disadari bahwa menyimpan dan memendam rasa seperti itu sebenarnya bernilai sampah bagi dirinya dan bisa menjeruskan orang lain ke jalan yang tidak pernah orang lain inginkan. Ada beberapa nilai umum yang nyaris tidak bisa dipecahkan bahkan jika sudah masuk dalam kategori yang tidak dapat dipecahkan. Contohnya:
Nilai Ujian Rendah
Setiap manusia, terutama yang sedang menempuh dunia pendidikan baik dalam bangku SMA ataupun bangku perkuliahan, pasti menginginkan nilai yang sempurna. Di masa SMA misalnya, ia sangat ambisius dalam mengejar nilai 8 ataupun 9, setiap hari selalu belajar. Tanpa lelah dan putus asa, hingga ia tidak mengenal dunia games yang memang saat ini sangat marak di kalangan remaja terutama seumuran siswa-siswi SMA.
Namun karena keoptimisannya yang tinggi, demi nilai yang bagus agar setelah lulus SMA mendapat nilai terbaik, atau karena mengejar nilai baik agar setelah lulus SMA ingin mendapatkan status Siswa Berprestasi dan mendapatkan beasiswa misalkan, sehingga ia memilih berbeda dengan teman-temannya.
Dunia games tidak dimainkan atau bahkan dihapus sekalipun. Kerjaannya adalah belajar dan terus belajar dan di sisi lain sambil membantu keluarganya. Setelah itu ia belajar lagi sampai lupa waktu istirahat dan menyebabkan sakit, tiada lain hanya demi nilai yang baik dan yang terbaik.Â
Begitu pun misalkan saat kuliah, mengejar nilai tinggi agar saat wisuda mendapatkan mahasiswa terbaik. Atau agar mendapat penghargaan dan tentu membahagiakan orangtua dan keluarganya.Â
Alhasil, setelah pengumuman kelulusan, ia justru down dengan hasil yang sama sekali ia tidak diinginkan bahkan di luar dugaan karena ia sudah terus menerus belajar dan akhirnya nilainya tetap saja rendah.
Yang jelas secara tidak langsung orang itu tidak akan bahagia dan pasti akan merasakan kecewa. Kekecewaan itulah yang membuatnya sengsara. Hari-harinya selalu tidak semangat lagi belajar. Mengingat perjuangannya yang tidak membuahkan hasil manis.
Hari-harinya sudah berubah tidak seperti biasanya. Namun ia tetap memilih untuk berekspresi seakan-akan tidak ada masalah. Dan tetap pura-pura ceria.Â
Melihat kondisi itu, orang lain akan berpikir, "mengapa dia tidak seperti biasanya" dan setelah ditanya "kamu kenapa, dan ada apa" ia hanya tersenyum dan menjawab "nggak apa-apa, aku baik-baik saja."
Di situlah yang seharusnya ia menjelaskan fakta sebenarnya, momen itulah, momen yang tepat untuk mengutarakan pendapatnya agar orang lain memberikan gagasannya dan mungkin bisa membantunya, dan orang lain pasti akan memberikan solusi.
Bukan hanya diam dan meretapi nasib sendirian atas kekecewaan yang ia rasakan. Bisa saja orang lain memberikan arahan, seharusnya kamu begini dan tak seharusnya kamu begitu. Sebab kegagalan adalah jalan untuk maju. Jika tetap diam dan pura-pura bahagia, ia tidak akan mendapatkan solusi dan menjadi sampah sendiri atas dirinya.
Asmara yang Menimbulkan Luka
Ini adalah kasus yang sering dirasakan dan lumrah terjadi. Baik di kalangan para remaja ataupun orang dewasa. Cinta memang harus berjalan dengan kebagiaan bukan penderitaan. Namun tak sedikit juga orang-orang yang menjadi korban di balik asiknya hubungan ini.Â
Banyak bagi kaum lelaki ataupun perempuan yang tak mampu merajut kasih sayangnya dan harus terluka kehilangan calon tulang rusuknya. Dan tak sedikit pula orang-orang yang tidak mau menjelaskannya. Entah karena malu, karena hubungannya sudah hampir 3 tahun misalkan, dan orang lain menyangka ia akan berlanjut ke pelaminan.
Namun tidak, justru kenyataan pahit yang harus ia telan. Hubungan nya harus kandas di tengah jalan, apakah itu ditinggal selingkuh atau pasangan dari salah satunya dijodohkan oleh orangtuanya karena ada latar belakang yang orangtuanya tidak menyetujuinya. Dan salah satunya harus rela menelan rasa yang tak seharusnya ia menelannya.
Atau memang dari salah satu mereka punya niat buruk untuk mengelabuinya ke jurang pelampiasan. Maka yang jelas orang yang merasakan permainan seperti itu akan merasa sangat kecewa.
Dan ketika masalah itu terjadi, ia tidak mau menjelaskan ataupun bercerita ke sahabat dekatnya. Karena ia malu melihat hubungan yang sudah lama berjalan, dan berpikir, "kita akan menjadi pasangan yang baik anak-anak kita nanti".
Pikiran seperti itulah yang mungkin menjadi penghambat tertutupnya bibirnya untuk menceritakannya. Padahal, jika memang dari salah satu dari mereka, yang menjalin hubungan itu ada niat jahat, dan dari salah satu mereka tidak mengetahui tentang sifatnya, maka seharusnya ia ceritakan.
Ya, seharusnya ia bercerita bukan malah diam saja dan pura-pura bagahia. Siapa tahu orang lain tahu akan sifat dan kejatahatan itu yang ia sendiri tidak mengetahuinya. Jika tetap pura-pura bahagia, dan enggan berbicara, maka dari korban kecewa itu adalah memilih untuk menjadi sampah yang busuk.Â
Masih dalam ruang orang kecewa yang harus diceritakan agar menemukan celah dan solusi agar tak lagi terjebak dalam kekecewaan. "Malu bertanya sesat di jalan"Â dan "banyak bertanya tidak akan jalan-jalan". Tidak, justru banyak bertanya akan menemukan jalan yang mungkin bisa menebus kekecewaan itu dengan cara yang berbeda atas solusi dari orang lain.
Separah apapun kejadian yang kamu rasakan, sepahit apapun bahkan nyaris tak tertolong, berceritalah. Sebab banyak orang lain yang akan menolongmu dan akan memberikan solusi terhadapmu. Jangan diam dan pura-pura bahagia, karena itu akan membuatmu menjadi sampah dan lebih sengsara.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”