Menikah adalah cita-cita semua orang. Merdeka dari pertanyaan "kapan menikah?", ibadah yang halal, memiliki pasangan sehidup semati, dan melahirkan keturunan adalah hal indah yang diharapkan terjadi dalam pernikahan. Ketika pasangan justru merasa terkekang setelah menikah dan khususnya ini terjadi di kalangan pasangan muda, ada apa yang salah?
Pertama, mungkin Anda akan merasa kehilangan waktu bekerja. Berteman adalah hal yang baik sehingga tidak logis jika pasangan Anda melarangnya selama pertemanan Anda berada dalam batas wajar. Ketika Anda dimarahi terkait berteman, pasti ada sesuatu yang salah dengan cara pertemanan Anda dan semuanya semata-mata untuk melindungi Anda. Pertama, sekarang Anda sudah berkeluarga dan memiliki jam wajar untuk pulang ke rumah serta tidak dikhawatirkan oleh keluarga. Anda bukan lagi bujangan atau gadis dan Anda harus memberitahu dengan jujur ke mana, kapan, dan untuk apa Anda pergi bersama teman-teman. Ketika keluarga membutuhkan keberadaan Anda, tentu mereka harus diutamakan di atas teman-teman. Kedua, Anda tetap boleh berteman dengan lawan jenis selama berada dalam batas kewajaran dan menjaga privasi masing-masing. Anda harus transparan kepada pasangan mengenai teman lawan jenis Anda. Ketiga, Anda masih boleh mentraktir teman, tetapi bukan berarti Anda bebas menghamburkan uang karena uang Anda sekarang adalah uang keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jangan sampai teman Anda justru selalu diberikan yang lebih baik dibandingkan keluarga sendiri.
Kedua, Anda mungkin merasakan pembatasan untuk membeli dan memiliki. Setelah menikah, uang suami dan istri sama-sama adalah uang keluarga. Istri memiliki hak untuk menggunakan uang suami dan begitu juga sebaliknya selama alasannya tepat. Pasangan tidak mungkin melarang Anda untuk membeli dan memiliki barang tertentu jika barang tersebut benar-benar dibutuhkan, sesuai kocek yang dimiliki, dan/atau bisa dijadikan investasi demi masa depan. Sebaliknya, pasangan pantas melarang Anda membeli barang-barang mahal terlebih lagi yang tidak penting dan tidak dibutuhkan karena hal ini tentu membebani keuangan keluarga terlebih ketika hanya salah satu pihak yang bekerja. Ingat, tanggungan Anda sekarang lebih banyak dan membutuhkan pemenuhan kebutuhan secara adil, yaitu pasangan itu sendiri, orang tua masing-masing pihak, dan anak-anak.
Ketiga, Anda mungkin merasa dibatasi untuk bekerja. Seringkali seorang istri meminta suaminya untuk bekerja tak jauh dari rumah, pulang tak larut malam, dan membatasi pekerjaan sampingan setelah menikah. Begitu pula dengan suami, bahkan bisa saja istrinya benar-benar dilarang bekerja dan dijadikan ibu rumah tangga. Menghadapi kondisi seperti ini, ada dua hal yang harus diperhatikan. Soal keuangan keluarga, selama pemasukan belum mampu memenuhi kebutuhan, baik suami maupun istri harus bekerja keras mencari uang untuk itu. Solusi terbaik demi keutuhan keluarga adalah mendedikasikan waktu luang sebagai waktu keluarga dan dengan rela mengurangi atau bahkan menghapuskan waktu pribadi dan waktu bersama teman-teman.
Soal tekanan psikologis, ketika seseorang yang biasanya bekerja keras diminta mengurangi pekerjaan, tentulah ada sesuatu yang hilang di dalam hidupnya. Terlebih lagi jika diminta untuk berhenti bekerja, hal ini tentu mengurung pasangan di dalam rumah, membatasi ruang gerak dan pemikirannya, mengurangi pemasukan sekaligus jatah konsumsi pribadi, dan menimbulkan stres serta pembodohan secara perlahan. Ketika istri hamil dan anak masih kecil, menjadi wajar bagi istri untuk tidak bekerja dan suami mengurangi pekerjaannya demi masa depan si kecil. Ketika anak beranjak besar, tidak perlu lagi peran orang tua seperti sebelumnya, dan jarang menghabiskan waktu di rumah, suami boleh menambah pekerjaan dan istri juga kembali bekerja selama mereka tidak melupakan tanggung jawab dan kasih sayangnya dalam keluarga.
Setelah membaca artikel ini, diharapkan Anda tidak lagi merasa terkekang dan sebenarnya tetap memiliki kemerdekaan seperti ketika masih lajang. Hanya saja, kini Anda harus bisa memposisikan diri secara bijaksana sebagai bagian dari keluarga sehingga harus mengutamakan kepentingan kolektif di atas kepentingan pribadi. Selamat beradaptasi dan selamat menjalani kehidupan pernikahan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”