Tak Seperti yang Terbayangkan
Sungguh, aku tak dapat mengenalmu sebelumnya
Membayangkanmu saja aku tidak bisa
Sebab kau telah tanamkan sejuta luka
Tanpa ku tahu apa penyebabnya
Sekarang pusaran waktu mempertemukanku
Dengan ilusi yang teramat nyata
Skenario Tuhan mempertemukanmu dan diriku
Yang sebenarnya mata dan hatiku teramat menolaknya
Kutunggu kau dalam serpihan luka hatiku
Pada waktu pertemuan yang engkau janjikan
Jikalau tidak dengan kekuatan Tuhan
Mungkin pertemuan ini tidak akan berjalan
Waktu, lagi-lagi waktu
Menggiringku pada alur cerita
Hingga kau datang dihadapanku
Untuk melihat sosok dan rupa wajahmu
Oh, pandanganku terasa gelap
Tiada yang dapat kulihat
Kurasakan wajahmu mulai mendekat
Berlutut sambil mendesiskan kata maaf
Tetesan yang sepertinya air mata,
Jatuh pada kakiku
Sembari ku kenali dirimu yang telah mengambil
Cahaya kedua mataku
Hingga semua gelap, dan sebutanku menjadi si buta
Dua mataku memang tak bisa lagi melihatmu
Sekalipun aku memaksakan membuka lebar dua mataku
Tetap, kegelapan sudah menjadi takdirku
Dan inilah makna pandangan pertama bagiku untuk dirimu
……………………………………………………………….
Perangai Rindu, Bawa Aku Bersamamu
Dapatkah aku bertanya pada rintik hujan
Yang mendarat di pelipis mataku
Prihal menanyakan kabar angin lalu
Yang tidak memberi kabar atas hutang rindu
Apakah hujan ini sampai padanya
Mengenai hidung mancung dan pipi lembutnya
Mengabarkan berita rinduku
Atas pertemuan beberapa bulan lalu
Duhai sajak yang perkasa
Aku kini kuyup dibasuh rindu
Yang menyejukkan seluruh tubuhku
Sebab kehangatan akan datang
Bila rindu ini terlepas
Membebas tak beriras
Saat perangai hujan membawa kau dihadapanku
Melambai tangan, mengukir senyum sumringah
Ketika itu pulalah kehangatan bertemu tubuhku
Menyapa rindu, melibasnya pergi
Tak membiarkan dirimu lenyap di ruang ini
Dalam rintik hujan yang bersaksi
Budi Rahmah Panjaitan
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”