Puisi 1: Surat Untuk Ibu
Pagi ini tak seperti biasanya, Bu
Tak kutemukan tangisan embun di rantai-rantai pohon
Pada rumput-rumput kering di halaman rumah
Hanya berselimut debu dan asap kendaraan yang di tiup angin
Â
Ada yang berbeda, Bu
Di sini lahan-lahan mogok tak berempu
Rumah-rumah kosong di huni rayap
Mobil-mobil jadi barang rongsokan
Perbankkan ramai diserbu piutang
Sedang para depkolektor parkir rapi
di bahu jalan menunggu mangsa
Begitupun moral yang digadai dengan kemewahan
Â
Bu, tak bisa lagi kutulis puisi
Berkisah gigilnya pelukan udara pegunungan
Pematang sawah yang hijau seperti permadani
Dan pasir-pasir putih di pantai hanyut diterjang ombak
Serta lukisan matahari sore tenggelam di telan malam
Â
Di tempat ini, Bu
Aku bisu!
Riana Anjarsari
Â
Puisi 2: Sajak Kerinduan
Di raut wajah ibu memerah
Hatinya hancur di koyak rindu
Batinnya berdarah di sayat kasih sayangnya sendiri,
sedang anaknya di rantau
Dipasung rutinitas
Â
Tiap pagi dikirimnya doa-doa
Dan Fatihah untuk anak yang
Setahun tak pulang sambangi gubuk tua
Â
Rambutnya putih beruban seperti padang ilalang di belakang rumah
Kantung matanya gelanyut di wajah penuh kerut,
Tapi bibir keriput tak henti melangitkan dzikir-dzikir yang
Alirannya seperti air sungai di samping rumah kita
suci jernih memberi kehidupan untuk alam dan manusia
Â
Hari ini,
Di depan jendela ibu duduk
Ditemani gerimis dan kembang api di langit
Tangannya gemetar usap gambar anaknya
Sedang matanya berkaca
Tersebab rindunya tak juga menemui temu
Â
Riana Anjarsari
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”