Puisi 1: Seteru
Dua banteng sedang berseteru
Mengasah tanduk bersiap tuk menyerbu
Dua banteng sedang beradu
Layaknya tuan dan puan di malam itu
Tuan dan puan sedang berseteru
Memperdebatkan ini dan itu
Siapa yang kuat bertahan hingga garis akhir
Mempertahankan hubungan yang berada di titik terakhir
Tuan dan puan sedang beradu
Pojok kedai bersaksi di waktu itu
Dingin malam seketika bereaksi
Panas hati menggeliat tersulut emosi
Tak terasa tuan puan
Dinding air mata sudah merembes
Mengaliri hulu ke hilir
Siapa yang kuat bertahan?
Menahan ego yang tak terkalahkan
Dua hati sedang beradu
Mempelajari rasa tuk kuat jadi padu
Puisi 2: Sandiwara Linimasa
Riuh ramai, berdesak desakan
Canda tawa, umbar kisah sedih
Jual beli argumen, panen buah viral
Agaknya dunia kita semakin ramai saat ini
Tarik ulur dan geser atas bawah
Matahari dan bulan mengawasimu tiap waktu
Tapi kepedulianmu lebih besar padanya
Duniamu sepertinya menarik sekali
“Hei apa yang kau cari”
Jika gawaimu dapat berbicara, mungkin itu yang akan ia ucap
“Aku Lelah”, sambungnya
Sudahilah sandiwara ini
Tuan nyonya silih berganti menumpuk penuh deretan cerita
Ragam hias makna muncul
Adu argumen saling siul
Umbar cinta dan relasi
Tuan nyonya, ini hanya sandiwara
Maknanya hanya semu
Cinta bukan hanya demi sebuah klik
Argumen bukan hanya adu siul tak berbobot
Dunia yang kau jalani tak seharusnya seperti ini
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”