Sepi Berselimut Rindu
Pertama kali aku mengenalmu,
Penuh canda dalam suka maupun duka,
Menatap dalam pada teduh pandangan bersahaja,
Masih dalam kesederhanaan yang menghiasi,
Jauh dari porak poranda gemerlapnya duniawi.
Saat jalan yang terbentang menguji,
Meraba dunia yang klise,
Langkahmu pun menghilang bersama kabut.
Meninggali sepi dalam rindu yang belum engkau tuntaskan.
Dikala rindu terus bergema dalam syair berirama,
Rindu yang berselaksa diriuhnya bayang semu,
Menyirami hati dengan lagu rindu yang menjadikannya nyata.
Engkau menciptakan reka dalam drama yang engkau perani sendiri.
Argumen yang menyesakkan jiwa bagi kaum hawa.
Dan aku masih memandangmu sosok yang serupa,
Serupa halnya sedekat tatapmu dan tatapku dahulu kala saling bersahaja tanpa sandiwara.
Rindu ini menyelimuti rasa,
Rindu ini masih memujamu,
Bersandar dalam kerinduan yang bercerita.
Hening
Pertama kali aku tergugah,
Dalam ucap kata yang berseru,
Ingin kuhapus namamu,
Saat langkahmu berpaling meninggalkan senja.
Senja tak lagi ada,
Pada cerita kita yang pernah ada.
Menanam kerinduan pada selaksa hati yang hening.
Namun engkau masih tetap bungkam seolah tak berdaya,
Kepentingan ego duniawi kah yang membuatmu berubah?
Sepenting itukah egomu bersamanya,
Mengatasnamakan kata cinta.
Sanggupkah aku bertepi,
Meninggalkan hatiku yang engkau singgahi.
Dalam hening menyapa hati,
Saat hadirmu tak lagi ada,
Tinggal kata dalam kemelut logika.
Bagai mentari ditelan senja,
Menjelma bayangmu dalam luapan rasa.
Rasaku yang tak mampu untuk menghapusmu dari ingatan tentang kita yang pernah ada.
Rasaku yang tak beralasan,
Untuk segera menuntaskan lara.
Hening didalam langkah yang bersajak.
Kala engkau memalingkan senja.
Dan aku hanya sanggup menitipkan rasa kepada semesta.
Anggungerardine/@anggungerardine
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”