Maaf Untuk Sendiri
Sendiri tanpa kawan
Oh ini bukan mauku
Bukan juga maumu
Aku sedang mencoba peka
Peka dengan ragaku yang sedang berbicara
Aku sadar mereka sedang bicara padaku
Ini permintaan ketiga organ dalam tubuhku
Saat ini telinga, otak, dan hatiku sedang berbicara
Aku mencoba memahami saja
Mereka hanya mulai sedikit lelah dan tak siap mendengar bahkan menerima
Semua bentuk suara dari mulutmu
Serta sikap dari bahsa tubuhmu
Bertanya bukan karena ingin bertanya
Kamu bertanya untuk sebuah bahan cerita dengan kawan lainnya
Berkata dengan tidak semestinya tanpa sadar tajamnya makna kata, jika tak dikoordinasikan dengan hati dan pikiran di kepala
Bersikap seolah baik-baik saja, tak ada apa-apa saat bercengkrama
Padahal kamu, bukan kamu saja, bahkan kalian pun sedang menggali sebuah makna rahasia
Iya, mungkin hanya indera pendengaranku yang terlalu kecil, tak sanggup merasakan sakitnya ketajaman kata yang sampai ke telinga.
Tak mampu mendengar setiap kalimat yang kalian tanyakan
Mungkin juga ruang otakku sedang penuh, tak ada kemampuan mencerna serangan kelompok kata yang kalian sampaikan
Bahkan menerima semua gerak interaksimu padaku
Sehingga hatiku pun ikut merana menyaksikan telinga dan otakku tak berdaya.
Tak apa, kusudah memaafkan mereka,
mereka hanya sedang sakit, jadi perlu sedikit obat dan istirahat
Berjalan sendiri tanpa teman
Oh ini juga bukan mauku, bukan juga maumu
Aku hanya mencoba memahami diri, yang tak bisa bertahan lama dengan banyak berinteraksi
Ketika telinga, otak dan hatiku masih harus rehat, sejenak beristirahat
Satu, dua, tiga, empat manusia cukup bagiku
Sekutu kecil tapi kutaruh hatiku bersamanya menjadi satu
Daripada seribu namun saling terpisah menjadi kubu
Aku bukan tak barkawan, bukan juga tak punya teman
Hanya tak ingin menjadi tak nyaman
Dengan beberapa peran yang sedang tayang di bumi dan di hadapanku
Bahkan aku pun turut di dalamnya.
Beradu peran denganmu dan kalian semua
Permintaan maafku kepada kamu mewakili telinga, otak dan hatiku yang belum mampu
Mereka bicara denganku, berbisik padaku melalui tingkah lakuku,Â
melalui perkataanku
Maafkan, kemarin aku baru memahami pesan mereka
Aku baru mampu mendengar rintihan merekaÂ
lucu ya, aku bahkan tidak mengenali diriku sendiriÂ
Sekarang, saat ku bisa mengenali mereka, mampu mendengarkan mereka, aku siap menyampaikan padamu
Menerima kata dan sikapmu dan kalian semua.
Terimakasih sudah memahamiku
Terimakasih sudah mengerti aku
Memahami kesendirianku
***
Lembaran Buku Baru
Aku sekarang adalah sebuah buku.
Jika aku yang kemarin belum bisa mendengar suara tubuhku sendiri,
maka aku yang sekarang adalah sebuah buku baru
Tubuhku yang dulu adalah buku lama
yang sudah penuh dengan goresan.
Penuh dengan tulisan.
yang menulis ditubuhku, bukan menulis dengan pensil yang bisa dihapus dengan penghapus karet,Â
atau pun menulis dengan bolpoin yang bisa dihapus dengan tipp-exÂ
Kebanyakan dari mereka lebih suka meninggalkan tulisan dengan spidol,
sehingga sayang untuk dihapus, bahkan tidak untuk dibuang.
Sekarang, saat aku memahami diriku sendiri,
aku mendengar dan mengenal diriku.
Aku sadar aku adalah buku baru.
Jika aku tahu aku sendiri saat ini,Â
artinya lembaran dalam diriku hanya masih kosong sajaÂ
belum ada yang mau menuliskan kisah hidupnya padaku.
Aku adalah lembaran buku baru, diary baru yang belum dibuka
saat ini, masih banyak ruang kosong dalam lebaran-lembaran ini
untuk tempat menyimpan kisah hidup seseorang, atau beberapa orang nantinya
Siapa pun yang percaya padaku
Aku adalah lembaran – lembaran dalam sebuah buku untuk keluargaku, sahabatku, untuk siapa pun.
Mereka yang mau menuliskan kisahnya di lembaran yang aku miliki.
Menjadi sebuah buku yang menarik untuk dibaca oleh pembacanya kelak.
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”