Saat Kemarin
Kemarin semua terasa indah…
Saatku, berdamping mesra dengan dirinya…
Aku terbawa suasana hingga lupa akan laksana…
Aku selalu ceria, saat dirinya berkata manja saat senja..
Duduk berdua dalam ruang, hingga lupa akan derita..
Berpagut dengan lembayung, lambai tuan tak tertera…
Aku sangat bahagia sampai waktu tak bisa berputar, saatku diam di tatapnya…
Kuselipkan semua rasa kesah,
Di halaman bahagiaku, agar kau tersenyum..
Saat bersamaku..
Indah bukan..
Dengan logikaku yang mengumam deras tanpa dasar,
Semua itu menjuru dalam satu wajah:
Yaitu wajahmu dengan pesona saga di atas derita….
Namun kini semua itu tinggal cerita…
Kau pergi tanpa berita..
Meninggalkan kisah tanpa naskah…Â
Kau menyeruak dengan alasan berdasi…Â
Kau mengumbar janji, seolah kau penguasa tanpa dosa…
Lihatlah tubuh ini, Teman…
Terkapar selaut di atas ombak…
Sesampai mana ombak itu membawamu
Kemari dekatkan wajahmu di bahuku..
Ceritakan sajakmu..
Kemarin aku mencintai seseorang..
Dengan nada yang sangat indah..
Dia memainkannya dengan sangat baik…
Melebihi nalarku saat bersyair…
Wah..Siapakah gerangan?
Terdengar sangat menarik..
Apakah dia pangeran berlapis coklat?
Bukan..
Dia Hanya pelukis rasa…Â
Yang mewarnai kusam hatiku…
Dia sangat piawai dalam membangun aksara….
Hingga aku lupa akan lara…..
Namun semua itu hilang dan sirna..
Dia meninggalkanku..
Di tengah rasa yang bertahta…
Dia meninggalkanku dengan sejuta kata yang terikat janji..
Ke mana Dia menghilang?
Kenapa Dia melarutkanmu dalam sengsara….
Apakah Dia seperti Kereta di stasiun ?
Hanya singgah sejenak lalu pergi dengan meninggalkan suara..
Aku tak tau rimbanya kemana dia pergi?
Dan apa, alasan ia ingin berlalu?
Di saat hati ku mulai bisa menerima derma dalam bercinta…
Teman. Ingatlah..
Tak ada rasa yang salah..
Tak ada cinta yang buta..
Semua itu adalah tatanan estetika..
Ketika kau mencoba memilih…
Ketika kau mencoba merapikan rasa
Kepada seseorang…
Itu hanyalah pilihan..
Bukan berarti untuk menetap…
Ketika satu pilihanmu salah…
Masih banyak pilihan yang lebih indah sebagai gantinya..
Karena orang yang cantik dan pandai seperti dirimu..Â
Tidak akan memakan duri di dalam air…
Terima kasih Teman…
Kau adalah juwita yang mengobatiku…
Ketika hati ini lara..
Dalam rasa yang tak bertuan…
Kau adalah temanku..
Deritamu bagaikan udara di sekitarku..
Aku tidak bisa bernafas lega…
Jikalau udara yang kuhirup..
Tersengal dan terhambat akan sesuatu…
Aku berjanji..
Tidak ada lagi aksara yang membelenggu tentang Dia..
Akan kuhapus dengan telata…
Akan kurajut kembali asa yang terlepas..
Aku akan berlari dengan rasa bahagia..
Tanpa harus bersama Dia.
Â
Logika Rasa
Kemarin semua terasa indah…
Saatku, berdamping mesra dengan dirinya…
Aku terbawa suasana hingga lupa akan laksana…
Aku selalu ceria, saat dirinya berkata manja saat senja..
Duduk berdua dalam ruang, hingga lupa akan derita..
Berpagut dengan lembayung, lambai tuan tak tertera…
Aku sangat bahagia sampai waktu tak bisa berputar, saatku diam di tatapnya…
Ku selipkan semua rasa kesah,
Di halaman bahagiaku, agar kau tersenyum..
Saat bersamaku..
Indah bukan..
Dengan logikaku yang mengumam deras tanpa dasar,
Semua itu menjuru dalam satu wajah:
Yaitu wajahmu dengan pesona saga di atas derita….
Namun kini semua itu tinggal cerita…
Kau pergi tanpa berita..
Meninggalkan kisah tanpa naskah…Â
Kau menyeruak dengan alasan berdasi…Â
Kau mengumbar janji, seolah kau penguasa tanpa dosa..
Aku dan Teman (Hati)
Lihatlah tubuh ini, Teman…
Terkapar selaut di atas ombak…
Sesampai mana ombak itu membawamu
Kemari dekatkan wajahmu di bahuku..
Ceritakan sajakmu..
Kemarin aku mencintai seseorang..
Dengan nada yang sangat indah..
Dia memainkannya dengan sangat baik…
Melebihi nalarku saat bersyair…
Wah..Siapakah gerangan?
Terdengar sangat menarik..
Apakah dia pangeran berlapis coklat?
Bukan..
Dia Hanya pelukis rasa…Â
Yang mewarnai kusam hatiku…
Dia sangat piawai dalam membangun aksara….
Hingga aku lupa akan lara…..
Namun semua itu hilang dan sirna..
Dia meninggalkanku..
Di tengah rasa yang bertahta…
Dia meninggalkanku dengan sejuta kata yang terikat janji..
Kemana Dia menghilang?..
Kenapa Dia melarutkanmu dalam sengsara….
Apakah Dia seperti Kereta di stasiun ?
Hanya singgah sejenak..
Lalu pergi dengan meninggalkan suara..
Aku tak tau rimbanya
Kemana Dia pergi?
Dan apa, alasan ia ingin berlalu?
Di saat hatiku mulai bisa menerima derma dalam bercinta…
Teman. Ingatlah..
Tak ada rasa yang salah..
Tak ada cinta yang buta..
Semua itu adalah tatanan estetika..
Ketika kau mencoba memilih…
Ketika kau mencoba merapikan rasa
Kepada seseorang…
Itu hanyalah pilihan..
Bukan berarti untuk menetap…
Ketika satu pilihanmu salah…
Masih banyak pilihan yang lebih indah sebagai gantinya..
Karena orang yang cantik dan pandai seperti dirimu..Â
Tidak akan memakan duri di dalam air…
Terima kasih Teman…
Kau adalah juwita yang mengobatiku…
Ketika hati ini lara..
Dalam rasa yang tak bertuan…
Kau adalah temanku..
Deritamu bagaikan udara di sekitarku..
Aku tidak bisa bernafas lega…
Jikalau udara yang ku hirup..
Tersengal dan terhambat akan sesuatu…
Aku berjanji..
Tidak ada lagi aksara yang membelenggu tentang Dia..
Akan ku hapus dengan telata…
Akan ku rajut kembali asa yang terlepas..
Aku akan berlari dengan rasa bahagia..
Tanpa harus bersama Dia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”