Menapak Kata
Menapak kata
Seringkali kita berucap tanpa candu
Merangkai kata dengan haru
Semua kata terucap tanpa pilu
Deraian mata membisu
Ucapan sering tak sama
Selalu berbeda di sana
Dengan kata kita berjumpa
Tanpa harus bertukar pita
Jarak membawa cerita
Menapak kata telah terbiasa
Hariku diiringi cinta tanpa rasa
Hariku diiringi rindu… terbiasa
Aku sudah bukan aku
Dirimu seakan bersatu
Menjadi kata tanpa pintu
Selalu menerjang batas tanpa malu
Permisi… Sudah tidak perlu
Dengan jarakpun sudah menjadikannya lalu
Pintu ke pintu tanpa aku
Hari terlewatkan tanpa tujuan
Yang terpatri tanpa arah
Membawa makna tanpa kata
Membawa kata yang tak perlu
Obrolan seakan lucu
Walaupun tak tau tertawa dengan siapa
Yang terlihat hanya tulisan tanpa aksara
Seakan rinduku telah membawa cara biasanya
Kehadiranmu sudah bersatu dengan kata
Tertera jelas tanpa adanya aku
Kehadiran seakan tak perlu
Dengan menapak pun kau sudah menjadi madu
Lebah terbang tinggi mencari angin yang terhembus rindu
Jika dengan kata sudah membuatmu menyatu
Masihkah rindu bisa terbiasa hadirmu
Hanya jarak telah tahu
Kerinduan yang mencinta dengan dirimu
Menjadi kata tak berujung yang selalu bersatu
Dengan ini caraku merindu
Jarak telah bersahabat denganku.
Reviana Setyo, @rs_kata
September 2018
Ini Milik Siapa
Kopi itu hitam pekat
Aku berjalan di tepi kiri
Melihat waktu seakan berjalan mundur
Perubahan yang kian damai
Sayup terdengar ramainya malam
Melihat lalu-lalang yang entah mau kemana
Kaki ini masih terdiam
Melihat awan yang mulai memerah terterpa sinar senja
Saat semua sudah lupa apa yang dia kerjakan
Saat mulai bergairah untuk segera pulang
Orang tercinta menunggu
Pikiran ini melayang jauh kesana
Tak sadar hingga orang menegurku
Aku acuhkan begitu saja
Mungkin dia mengira aku sombong
Justru mereka tak tahu sedang apa aku ini
Kesadaranku kembali karena pekatnya kopi ini
Hingga membuatku mengerutkan kening
Pahit ini tak sebanding dengan kau pergi meninggalkan kenangan
Kenangan yang putus di tengah jalan
Mungkin benda berharga sudah habis untuk menutupi mulut-mulut mereka
Hingga terdampar sia-sia
Proyek ini tak kunjung usai
Entah aku yang tak sabar menunggu yang baru
Atau mungkin ini memang tak kunjung usai
Semua yang ada sudah terkuras
Deraian keringat telah habis
Cucuran air mata kesedihan telah kering
Kebahagian penantian telah lenyap
Ditelan penantian yang tak kunjung selesai
Hingga di lepas di tengah jalan
Kumenoleh kiri kanan, siapa tahu ada angkutan
Yang bisa membawaku pergi jauh dari cekikan jaman
Nama-Mu sudah mulai terdengar merdu
Deruan suara dari jauh telah sampai ke telinga ini
Bahagia, sedih entah apa ini
Aku tak merasakan yang biasanya kurasakan
Sarung kotak-kotak terlihat jelas dipakai anak itu
Pantulan diujung bawah menandakan sudah tak muda lagi
Berjalan terbirit-birit agar tak tertinggal shaf paling depan
Kempricik air menandakan orang sedang mensucikan
Aku mencoba merasakan yang dia rasakan
Kesedihan ini membuatku lupa
Karena sudah tertumpuk dengan harta yang entah kemana
Jalan sudah dibubarkan
Cinta sudah mulai disudutkan
aku mulai merasa yang gundah tak terarah
Doa sudah mulai keluar dari bibir ini
Untuk segera mengembalikan canda tawa mereka
Karena cinta, benda, harta
Sampai lupa dengan yang Esa
Untukmu cinta, untukmu harta, untukmu benda-benda yang Lainnya
Terima kasih telah mengembalikan rasa yang sudah putus ditengah jalan yang tak kunjung selesai dengan bantuan yang bukan milik kita.
Revian Setyo, @rs_kata
November 2017
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”