Melangitkan namamu tanpa jeda kepada semesta
Pena ini dengan setia merangkai tiap kata tak berkoma
Pada frasa yang tidak berjeda
Mengukir aksara ditiap sepenggal kata
Kata rasa yang bercerita
Kata jingga pada logika
Merenung dalam merasuk menembus langit yang bersahaja
Berjalan menjabarkan tiap bening pijakannya
Memaklumi tiap hal dalam batas nalar
Luruskan tekad mu
Niatkan untuk beribadah pada ikhtiar panjang yang ingin engkau semogakan
Dan munajat mu yang akan menselaraskannya
Seorang wanita disini
Masih dengan setianya mengecup engkau dalam lantunan do'a khusyuknya
Bergetar gerak gerik lidahnya pada lisan dalam jarak sujudnya merunduk
Hanya dalam sujudnya
Hanya dalam munajat panjangnya dipenghujung malam yang bersahaja
Hanya dalam petuah istikharahnya ia merendah kepada Sang Maha Pencipta
Diatas sajadah ia meluapkan segalanya
Dalam teduh pilu isak harapnya
Langit tetaplah langit …
Biarlah arti kata kita singgah nantinya memiliki arti yang menjabarkannya dengan sendirinya
Tersimpan rapi pada tempat kenangan disepanjang jalan cerita yang kita lalui bersama.
Melangitkan sebaris namamu kepada semesta ialah caraku menyapamu tanpa jeda.
​​​Takdir yang bercerita
Seperti cerita negeri seberang yang kental dengan sara tentang reinkarnasi waktu.
Waktu terus berputar dan detik terus berjalan.
Melangkah pun tidak bisa nyatanya melangkah mundur memutar kembali waktu yang berlalu. Karena waktu melangkah terus kedepan.
Biarlah namamu dan namaku tercantum dalam lembaran buku kenangan yang mempunyai jalan cerita akhirnya.
Kita tidak dapat memesan takdir hidup yang kita jalani kepada semesta.
Takdir pun telah dirancang sesuai kehendak Nya.
Sejauh perjalanan kita …
Dalam skenario episode panjangnya …
Bertahun melewati hati demi hati yang penuh misteri.
Dunia memang sara akan teka – teki.
Klimaksnya pun harus pandai diresapi.
Sejauh rasa yang semesta titipkan pun masih tetap tidak ingin beranjak dari penjaga hatinya.
Sejauh dirimu yang tak tergapai kini …
Sejauh ini pun aku masih menanti …
Sabar yang tiada batas berkesudahan.
Biarlah ku titip rasa ini kepada semesta.
Ia pun dengan sendirinya tentunya akan memahami dimana tempat terakhirnya berlabuh dan berhenti.
Kembali, jika takdir menghendaki.
Anggun Gerardine/@anggungerardine
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”